Menuju konten utama

Kelompok Bersenjata & TNI Saling Bantah Tembak Bocah di Intan Jaya

TNI menuding kelompok bersenjata yang menembak mati Melianus Nayagau, tapi dibantah Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka.

Kelompok Bersenjata & TNI Saling Bantah Tembak Bocah di Intan Jaya
Prajurit Kostrad dari Yon Armed 13 saat tiba di Bandara Domine Eduard Osok (DEO) Kota Sorong, Papua Barat, Selasa (20/8/2019). Sebanyak 325 personi\el Kostrad didatangkan untuk membantu Kepolisian dalam mengamankan wilayah Sorong dan Manokwari - Papua Barat dari aksi protes warga terhadap isu Rasisme. ANTARA FOTO/Olha Mulalinda/pd.

tirto.id - Juru Bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka Sebby Sambom membantah pihaknya menembak mati Melianus Nayagau, seorang bocah di Kampung Puyagia, Sugapa, Intan Jaya.

"TNI-Polri yang tembak itu," kata Sebby ketika dikonfirmasi Tirto, Selasa (9/3/2021).

Sebby belum bisa memberikan keterangan lebih lanjut lantaran ia belum mendapatkan informasi tambahan dari jajarannya.

Sementara itu, Kapen Kogabwilhan III Kol Czi IGN Suriastawa mengklarifikasi bahwa korban kontak tembak di Kampung Puyagia adalah personel kelompok bersenjata. Hal itu diketahui dari barang bukti yang didapatkan aparat.

"Wajah, ciri dan atribut korban (gelang dan cincin) sama dengan foto-foto yang ada di telepon genggamnya, dan itu menjadi bukti kuat bahwa yang bersangkutan adalah kelompok bersenjata," ucap Suriastawa, Senin (8/3) kemarin.

Perihal klaim pihak tertentu di media sosial yang menyebutkan korban adalah warga sipil, Suriastawa mengatakan itu cara kelompok bersenjata membentuk opini dan menyudutkan aparat TNI dan Polri, serta pemerintah Indonesia.

Menurut dia, meski di internal kelompok bersenjata terdapat banyak faksi dan berebut kepentingan, namun secara garis besar kelompok ini terdiri dari tiga sayap gerakan yaitu sayap politik, klandestin dan bersenjata.

Tiga sayap gerakan ini memanfaatkan media sosial untuk berkomunikasi, merencanakan aksi dan menyebarkan berita bohong untuk membentuk opini buruk tentang pemerintah dan aparat keamanan Indonesia.

"Jadi, yang dihadapi bukan hanya kelompok bersenjata yang ada di gunung-gunung saja, tapi juga politik dan kelompok klandestin yang bisa berprofesi apapun" tambah Suriastawa.

Untuk sayap gerakan bersenjata, mereka bergerilya dalam kelompok-kelompok kecil dan tidak semuanya membawa senjata saat melancarkan aksinya.

"Jangan dibayangkan seperti foto mereka di medsos yang bergerombol dan semuanya bersenjata," jelas Suriastawa.

Dalam aksi gerilyanya, dari 5-7 orang hanya 1 atau 2 yang bersenjata. Bila terjadi kontak tembak, orang yang selamat membawa kabur senjata. Kemudian diunggah di media sosial dan menyatakan korban adalah warga sipil.

Para terduga penembak ialah personel Batalyon Infanteri Raider 715/MTL, kejadian pada 6 Maret 2021. Ketika itu aparat tengah menyisir kawasan Puyagia. Akibat dari peristiwa itu, Melianus, siswa kelas II SMP Negeri 1 Sugapa, tewas tertembak peluru aparat. Lantas masyarakat dari Dusun Pesiga dan Magalogae, serta beberapa kampung sekitarnya lari ke hutan.

Baca juga artikel terkait PENEMBAKAN PAPUA atau tulisan lainnya dari Adi Briantika

tirto.id - Hukum
Reporter: Adi Briantika
Penulis: Adi Briantika
Editor: Bayu Septianto