tirto.id - Kehadiran British Petrolium (BP) Tangguh dan beberapa perusahaan mitra lain di daerah Papua harus memberikan berkah dan manfaat lebih bagi bumi Cenderawasih tersebut. Harapan itu diungkapkan Bupati Teluk Bintuni, Pietrus Kasihiw di Manokwari, Minggu (24/7/2016).
"Itu keinginan saya satu-satunya, bukan menjadi bencana. Untuk itu saya akan terus membangun komunikasi intens dengan BP, agar manfaat positif yang begitu besar kiranya bisa diperoleh masyarakat," ujarnya.
Pemerintah Teluk Bintuni, kata dia, harus belajar dari investasi PT Freeport di Kabupaten Timika, Provinsi Papua. Ia tak mau, investasi kilang liquefied natural gas (LNG) atau gas alam cair di Teluk Bintuni merusak alam dan berujung pada bencana.
Bupati tak ingin ekosistem alam rusak akibat eksploitasi gas yang dilakukan perusahaan. Ia pun tak mau masyarakat mengalami goncangan sosial, melainkan harus mengalami pertumbuhan ekonomi dari kehadiran para investor tersebut.
"Hadirnya BP harus membawa Multi Player Effect, harus ada dampak ganda. Seperti tenaga listrik yang memadai sehingga seluruh pelosok perkampungan di daerah kita terang," ujarnya lagi.
Dia mengutarakan, sumber daya listrik sangat dibutuhkan untuk menumbuhkan perekonomian masyarakat melalui usaha industri rumah tangga. Teluk Bintuni harus memperoleh kuota listrik yang cukup dari perusahaan.
"Kalau Kementerian ESDM [Energi dan Sumber Daya Mineral] bikin program Indonesia Terang. Kita pun harus bisa membuat program Teluk Bintuni Terang," ujarnya menambahkan.
Beberapa waktu lalu Manajemen BP Tangguh bersama Bupati Teluk Bintuni menggelar pertemuan di Manokwari, membahas rencana pembangunan rumah warga di Distrik Weriagar dan Tomohu.
"Terkait program kelistrikan akan kita bahas dalam pertemuan berikutnya. Masih banyak yang harus dibahas bersama perusahaan," sebutnya.
Dia menyebutkan, nilai investasi pada proyek kilang gas dan minyak bumi pada train-3 kedepan sebesar 8 miliar dolar Amerika Serikat. Investasi tersebut harus bisa menyerap lebih banyak tenaga kerja lokal.
Bupati berharap perusahaan menyiapkan kuota 70 persen bagi tenaga kerja lokal. Sehingga, kehadiran mampu menekan angka pengangguran di Teluk Bintuni dan Papua Barat secara umum.
"Saat ini untuk anak-anak asli Bintuni belum banyak terutama untuk tenaga-tenaga terampil. Kami akui, hal ini karena terbatasnya sumber daya manusia di daerah kami," pungkasnya.
Penulis: Abdul Aziz
Editor: Abdul Aziz