tirto.id - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyebut Israel sebagai "teroris" dan "negara pembunuh anak" dalam sebuah pidato pada Minggu (10/12/2017) saat dia mengkritik Presiden AS Donald Trump terkait pengakuannya atas Yerusalem.
"Yerusalem adalah jantung hati kita. Kita tidak akan melepaskannya ke negara pembunuh-anak. Kita tidak akan meninggalkannya ke negara penjajah," kata Erdogan dalam sebuah pidato di kota Sivas, Turki, seperti dilansir CNN.
"Kami akan melanjutkan perjuangan dalam hukum dan demokrasi. Di Istanbul kami akan menyatukan negara-negara Islam, pemimpin, dan kepala negara. Peta jalan kita akan menunjukkan bahwa tidak mudah bagi mereka untuk mewujudkan rencana mereka," kata Erdogan.
Erdogan juga mengklaim bahwa pengumuman Trump terkait Yerusalem sebagai ibu kota Israel "tidak berlaku lagi."
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menanggapi Erdogan pada Minggu, dengan mengatakan: "Saya tidak terbiasa menerima ceramah tentang moralitas dari seorang pemimpin yang membom penduduk desa Kurdi di negeri asalnya, yang memenjarakan wartawan, yang membantu Iran mengatasi sanksi internasional, dan membantu teroris, termasuk di Gaza, membunuh orang yang tidak bersalah. Dia bukan orang yang akan menguliahi kita."
Berbicara dari Paris saat bertemu dengan Presiden Perancis Emmanuel Macron, Netanyahu mengatakan bahwa Yerusalem "selalu menjadi ibu kota kita [Israel], dan Yerusalem tidak pernah menjadi ibu kota orang lain. Saya pikir semakin cepat orang-orang Palestina mengatasi kenyataan ini, lebih cepat kita akan bergerak menuju perdamaian."
Israel melancarkan serangan udara pada Sabtu (9/12/2017) pagi melawan apa yang dikatakannya sebagai sasaran Hamas di Gaza, setelah beberapa roket dikeluarkan dari jalur itu menuju Israel. Dua orang Palestina tewas dalam serangan udara tersebut, kata Kementerian Kesehatan Palestina.
Sementara itu, lebih dari 300 orang terluka pada Jumat (8/12/2017) di Tepi Barat, Gaza dan Yerusalem. Adapun 50 di antaranya membutuhkan perawatan di rumah sakit, selama demonstrasi menentang keputusan Trump, menurut Kementerian Kesehatan Otoritas Palestina.
Di Beirut, pasukan keamanan Lebanon bentrok dengan pemrotes di dekat Kedutaan Besar AS pada hari Minggu. Kekerasan meletus saat demonstrasi menentang pengumuman Trump di Yerusalem.
Ratusan pemrotes dan puluhan polisi anti huru hara berkumpul di depan pintu masuk menuju gedung yang sangat kokoh itu. Beberapa pemuda di kerumunan melemparkan batu ke gerbang menuju kedutaan.
Meskipun ada panggilan untuk menjaga agar demonstrasi tetap damai, bentrokan meletus saat orang banyak melemparkan botol air plastik, batu ,dan tongkat ke polisi.
Pasukan keamanan Lebanon di tempat kejadian menanggapi dengan gas air mata dan meriam air, saat demonstran menyalakan sebuah tong sampah besar dan ban mobil terbakar. Satu bendera Amerika dibakar.
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari