Menuju konten utama

Kardinal Pell: Vatikan Membuat Kesalahan Besar

Seorang Kardinal Tinggi Vatikan mengakui bahwa Gereja Katolik telah membuat kesalahan besar yang mengecewakan masyarakat terkait kasus pelecehan seksual pada anak-anak secara sistematik yang dilakukan oleh para imam Katolik.

Kardinal Pell: Vatikan Membuat Kesalahan Besar
Paul Levely, salah satu korban korban pelecehan seksual anak. ANTARA FOTO/REUTERS/Alessandro Bianchi

tirto.id - Seorang Kardinal Tinggi Vatikan mengakui bahwa Gereja Katolik telah membuat kesalahan besar yang mengecewakan masyarakat terkait kasus pelecehan seksual pada anak-anak secara sistematik yang dilakukan oleh para imam Katolik.

Kardinal asal Australia George Pell, seperti dikutip oleh kantor berita Antara dari Reuters, pada hari Minggu, (28/2/2016), memberikan kesaksian terkait penyalahgunaan wewenang Gereja Katolik, dengan menyampaikan bukti di depan para korban pelecehan, kepada Royal Commission into Institutional Response to Child Sexual Abuse Australia.

Ia mengatakan bahwa kesaksian anak-anak sering tidak dipercaya dan imam-imam yang melakukan tindakan tidak bermoral tersebut berpindah-pindah dari satu paroki ke paroki yang lain.

“Gereja telah membuat kesalahan besar dan sedang berusaha untuk memperbaikinya, namun gereja di banyak tempat, tentunya di Australia, telah membuat kekacauan atas beberapa hal, dan telah membiarkan masyarakat kecewa,” ujar Pell, di sebuah kamar hotel di Roma, Italia, melalui video yang terhubung dengan komisi tersebut di Sydney, Australia.

“Saya di sini tidak untuk membela yang tidak dapat dibela,” tegasnya.

Keterangan Pell terhadap pelecehan seksual yang telah terjadi sejak beberapa dasawarsa sebelumnya telah memberikan implikasi yang lebih luas terhadap akuntabilitas para pemimpin Gereja karena jabatan tinggi yang diemban Pell di Vatikan. Pell saat ini menjabat sebagai menteri keuangan.

Pria berusia 74 tahun itu menjadi titik fokus dari para korban yang frustrasi atas apa yang mereka katakan sebagai kurangnya tanggung jawab pihak Gereja Katolik. Pell sendiri tidak pernah dituduh melakukan pelecehan seksual dan telah dua kali menyampaikan permohonan maafnya atas lambannya tanggapan dari pihak gereja.

Ketika didesak untuk memberikan penjelasan tentang situasi tertentu yang melibatkan para imam tertentu sekitar 40 tahun yang lalu, Pell berulang kali mengatakan bahwa dia tidak bisa mengingat insiden yang ditanyakan, dan pada satu titik menyebutkan bahwa dia mengalami “sebuah momen senior” (pikun akibat usia), yang kemudian menyulut kemarahan saksi baik di Roma dan Sydney.

“Dia pria yang cerdas dan sedang menduduki jabatan tinggi. Kami semua memiliki momen tersebut, namun bukan sesuatu seperti ini,” kata Tish Charter yang bahwa ia dilecehkan antara usia empat hingga delapan tahun di sebuah panti asuhan yang dijalankan oleh para suster, di Sydney.

Sekitar 15 korban pelecehan dan pendukung mereka melakukan perjalanan ke Roma dengan dukungan dana dari masyarakat untuk melihat Pell memberikan kesaksian setelah ia mengatakan bahwa ia tidak dapat melakukan perjalanan ke Australia karena masalah jantung.

Di Sydney, pendukung korban berkumpul di luar ruangan sidang Komisi, berpegangan tangan dalam doa dan membawa spanduk protes yang bertuliskan “Paus, Pecat Pell Sekarang” dan Pell, pergilah ke neraka”.

Para Uskup di Australia sendiri mendukung Pell dari belakang dan menyebutnya sebagai “seorang pria berintegritas yang berkomitmen untuk kebenaran”.

Ironisnya, sidang dengar pendapat di Roma tersebut mulai hanya beberapa jam sebelum acara Piala Oscar yang diselenggarakan di Hollywood , di mana film “Spotlight”, sebuah film tentang pelecehan seksual yang ditutup-tutupi secara sistematis di Gereja di Boston, Amerika, telah dinominasikan untuk enam kategori Academy Awards.

Baca juga artikel terkait AUSTRALIA atau tulisan lainnya

Reporter: Ign. L. Adhi Bhaskara