Menuju konten utama

Karakteristik Beragam Varian Baru Virus Corona yang Menyebar Luas

Sejumlah varian baru virus corona telah menyebar luas di berbagai negara. Sebagian telah beredar di Indonesia.

Karakteristik Beragam Varian Baru Virus Corona yang Menyebar Luas
Ilustrasi Virus Corona. foto/Istockphoto.

tirto.id - Pandemi Covid-19 di Indonesia masih belum mereda setelah melewati masa lebih dari satu tahun. Data kasus penularan virus corona (Sars-CoV-2) di tanah air juga menunjukkan upaya mengatasi pandemi masih memerlukan waktu panjang.

Hingga tanggal 1 Juni 2021, Satgas Penanganan Covid-19 mencatat masih ada 101.325 kasus aktif di Indonesia. Angka pasien Covid-19 yang sedang dirawat atau menjalani isolasi tersebut setara 5,5 persen total kasus positif corona yang selama ini sudah terdeteksi di Indonesia.

Total jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di tanah air sejauh ini sudah mencapai 1.826.527 orang. Mayoritas pasien memang sembuh, dengan jumlah 1.674.479 orang atau 91,7 persen dari total kasus. Namun, terdapat 50.723 orang yang meninggal dunia usai terinfeksi Covid-19. Meski dari persentase hanya 2,8 persen dari total kasus, angka kematian itu cukup signifikan.

Di sisi lain, penambahan kasus infeksi baru belum melandai. Berdasarkan data yang masuk pada tanggal 1 Juni 2021, dalam sehari terakhir masih ada 5.360 kasus baru penularan Covid-19. Sejak awal Mei lalu, penambahan harian kasus baru ada di rentang angka 3000 hingga 6000-an pasien.

Fluktuasi angka penambahan kasus baru yang cenderung meningkat terlihat pada periode usai libur Lebaran 2021. Setelah tanggal 16 Mei 2021, beberapa kali tercatat ada penambahan kasus baru secara harian dengan angka di atas 5000, meski dalam 15 hari terakhir jumlahnya pernah mencapai titik terendah, sekitar 3.100-an pasien.

Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono sudah menjelaskan, setidaknya ada 2 variabel utama yang memimu peningkatan angka kasus baru pada periode setelah Lebaran 2021.

"Sesudah lebaran, kita bisa lihat adanya external factor dan endogen factor," kata dia.

Dante menjelaskan faktor eksternal yang ia maksud adalah peningkatan mobilitas penduduk pada masa libur Lebaran 2021. Mobilitas penduduk diperkirakan berdampak pada lonjakan angka kasus baru pada beberapa hari setelah Idul Fitri.

"Ini kalkulasi prediksi yang kami lakukan, mungkin peningkatan akan sampai, pertengahan minggu yang akan datang," ucap Dante dalam konferensi pers 24 Mei 2021 lalu.

Sementara faktor endogen, menurut Dante, terkait dengan peredaran beberapa varian baru hasil mutasi virus corona di Indonesia. Kementerian Kesehatan sudah mendeteksi persebaran sejumlah mutasi virus corona yang berstatus variant of concern (VoC), seperti varian baru dari India, Afrika Selatan, dan Inggris.

"Kombinasi faktor eksternal berupa mobilitas [penduduk] dan faktor endogen berupa mutasi virus menyebabkan kasus ini akan meningkat beberapa saat ke depan. Kita masih tetap harus menjaga protokol kesehatan," kata Dante.

"Yang perlu diperhatikan adalah dalam siklus 4 sampai 5 minggu ke depan. Sebagai contoh pada saat liburan Natal dan Tahun Baru, kasus tertinggi naik pada 5 Februari 2021," dia menambahkan.

Daftar Varian Baru Virus Corona & Karakteristiknya

Virus corona (Sars-CoV-2) yang menyebabkan penyakit Covid-19 termasuk Virus Single Staranded RNA yang berasal dari kelompok Coronaviridae. Sars-CoV-2 berada dalam satu kelompok dengan virus Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV) dan SARS.

Bisa menular lewat droplet, atau partikel air yang berukuran sangat kecil dan biasanya keluar saat batuk atau bersin, virus corona baru teridentifikasi pada akhir 2019.

Secara alami, virus corona gampang bermutasi, terutama ketika penularannya terus terjadi. Mutasi tersebut adalah bentuk kemampuan adaptasi virus ini untuk bertahan hidup.

Selama pandemi Covid-19 berjalan selama lebih dari setahun, telah muncul sejumlah varian baru hasil mutasi virus corona. Sebagian telah dilabeli sebagai variant of concern (VOC) oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Status VOC menunjukkan bahwa sebuah varian baru dianggap mengancam karena hasil mutasi membuatnya lebih menular, atau mematikan, atau lebih resisten terhadap efek vaksin. Sejumlah varian baru yang berstatus VOC adalah virus B117, virus P1, virus B1351, dan virus B1617.

Infografik Karakteristik varian baru virus corona

Infografik Karakteristik varian baru virus corona. tirto.id/Rangga

Mengutip penjelasan dari Buku 2 Pengendalian Covid-19 [PDF] terbitan Satgas Covid-19 pada Mei 2021, setidaknya ada 7 varian baru virus corona yang selama ini beredar luas di banyak wilayah. Detail penjelasan tentang karakteristik masing-masing varian itu adalah sebagai berikut.

1. B117

Ditemukan pertama kali menyebar di Inggris pada musim gugur tahun 2020, varian B117 terbukti lebih menular karena dalam tempo tidak lama persebarannya menjangkau puluhan negara. Varian ini telah terdeteksi penularannya di lebih dari 80 negara, termasuk Amerika Serikat.

Varian B117 punya beberapa mutasi yang mempengaruhi protein spike, lapisan serupa paku yang ada di permukaan virus corona. Protein spike berfungsi sebagai pengikat virus corona dengan sel di tubuh manusia sehingga berperan besar dalam proses infeksi.

Karena itu, varian B117 bisa berpindah secara cepat antara individu satu ke yang lainnya. Badan kesehatan di Inggris mencatat B.117 sekitar 50 persen lebih menular daripada virus corona asli.

2. B1351

Teridentifikasi pertama kali di Afrika Selatan pada awal Oktober 2020, varian B1351 juga terbukti menyebar cukup cepat ke banyak negara. B1351 memiliki beberapa mutasi protein spike seperti di varian B117.

Beberapa bukti menunjukkan bahwa mutasi pada B1351 mempengaruhi antibodi. Adapun antibodi adalah protein kekebalan penting yang dapat mengikat dan menetralkan penyerang asing seperti virus, yang diproduksi sebagai respons terhadap infeksi alami atau vaksinasi.

Oleh karena B1351 dapat menghindari antibodi, sehingga orang yang sudah pernah tertular virus corona dan sembuh bisa kembali terinfeksi Covid-19 kembali, meski kekebalan mereka sudah ada.

Ada kemungkinan vaksin saat ini juga kurang efektif untuk varian ini, sehingga B.1351 juga dapat menular lebih cepat. Sebuah studi di Zambia menemukan, 22 dari 23 sampel yang dikumpulkan selama periode 1 pekan merupakan varian B.1351. Padahal, sebelumnya pemeriksaan terhadap 245 sampel tidak menemukan adanya penularan varian ini.

3. P1

Pertama kali terdeteksi di awal 2021 pada pelancong dari Brasil yang diuji saat masuk ke Jepang, varian P1 kemudian ditemukan sudah menyebar ke AS pada akhir Januari lalu. Varian yang sama ditemukan pula pada sejumlah sampel di Kota Manaus Brasil, pada Januari 2021.

P1 berisi 17 mutasi unik termasuk beberapa mutasi protein spike kunci yang ada di kedua varian yang pertama kali diidentifikasi di Inggris dan Afrika Selatan, serta beberapa mutasi lainnya.

Selain itu, P1 memiliki beberapa mutasi yang sama dengan B1351. Maka ada kemungkinan varian ini memiliki efek pada kekebalan dan keefektifan vaksin.

4. B1617

Varian yang teridentifikasi pertama kali di India ini terdiri atas dua mutasi protein lonjakan virus. B1617 merupakan hasil dari mutasi ganda E484Q dan L452R.

E484Q mirip dengan E484K, yakni mutasi yang terlihat di varian B1351 (ditemukan pertama kali di Afrika Selatan), dan varian P1. Adapun mutasi L452R terdeteksi di varian virus California (B1429), yang sama ditemukan pula pada varian asal Jerman.

Varian B1617 diduga kuat menyebabkan lonjakan kasus Covid-19 di India pada beberapa bulan terakhir. Penularan virus ini juga sudah ditemukan di Indonesia.

5. D614G

Mutasi D614G sudah mendominasi populasi Sars-Cov-2 di seluruh dunia sejak 2020 lalu. Mutasi ini dianggap tidak berbahaya meski bisa menyebar luas dengan cepat. Mutasi D614G ini ditemukan di Jerman dan China sejak awal Januari 2020 lalu, dan sekaramg telah meluas ke seluruh dunia.

Sekitar 78% virus Sars-Cov-2 di Indonesia kini sudah mengandung mutasi D614G. Dari 24 Whole Genome Sequencees (WGS) asal Indonesia yang dikirim ke Bank Influenza Dunia (GISAID), ada 9 di antaranya yang mengandung mutasi virus D614G.

Mutasi ini tidak berpengaruh pada efek kekebalan dari vaksin karena tidak mengubah bagian virus

spike atau fungsi RBD yang menjadi target vaksin.

6. N439K

Ditemukan awalnya di Skotlandia, mutasi virus corona N439K dianggap sama dengan D614G yang menyebar luas termasuk di Indonesia.

Sebuah studi melaporkan, N439K mampu bersembunyi atau melakukan kamuflase untuk terlepas dari jangkauan antibodi tubuh manusia. Varian tersebut disinyalir dapat melekat lebih kuat dengan receptor ACE2 di sel tubuh manusia, sehingga berpotensi lebih menular.

Sebuah studi yang berjudul Circulating SARS-CoV-2 Spike N439K Variants Maintain Fitness while Evading Antibody-mediated Immunity melaporkan kondisi tersebut. Studi itu memuat kesimpulan bahwa N439K meningkatkan daya ikat protein spike virus corona pada reseptor ACE2.

Virus N439K diidentifikasi memiliki kesesuaian replikasi in vitro yang lebih mirip dan menyebabkan infeksi dibandingkan tipe awal.

7. E484K

Disebut pula mutasi “Eek,” E484K sudah ditemukan persebarannya di berbagai negara, termasuk di antaranya Brasil, Inggris, Amerika Serikat, Kanada, Jepang, Afrika Selatan, Argentina, Filipina dan Indonesia. Mutasi E484K terjadi protein spike sehingga mempengaruhi kapasitas penularan virus corona.

Mutasi ini berpotensi menurunkan kemampuan antibodi tubuh manusia dalam menetralisir virus. E484K juga dijuluki "mutasi yang sedang melarikan diri" karena menyebabkan virus corona lebih mampu menghindar dari beberapa jenis antibody terhadap Covid-19.

Banner BNPB Info Lengkap Seputar Covid19

Banner BNPB. tirto.id/Fuad

Baca juga artikel terkait KAMPANYE COVID-19 atau tulisan lainnya dari Addi M Idhom

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Agung DH