Menuju konten utama

Kapolri Sebut Bubarnya Uni Soviet adalah Pelajaran Penting

Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian mengingatkan masyarakat Indonesia perlu belajar dari kegagalan Uni Soviet mengelola konflik dan menyelesaikan polemik yang berakibat pada bubarnya negara adidaya itu. 

Kapolri Sebut Bubarnya Uni Soviet adalah Pelajaran Penting
(Ilustrasi) Presiden Joko Widodo (kedua kiri) bersama Ketua MUI Maruf Amin (kiri), Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo (kedua kanan) dan Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian (kanan) menyampaikan keterangan pers usai pertemuan dengan tokoh lintas agama di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (16/5). Jokowi menyerukan agar masyarakat menghentikan pertikaian dan tindakan saling menghujat. ANTARA FOTO/Puspa Perwitasar

tirto.id - Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian menyatakan masyarakat Indonesia harus mengambil pelajaran penting dari sejarah bubarnya Uni Soviet pada dekade awal 1990-an lalu.

Menurut Tito, sebagai negara adidaya, Uni Soviet memiliki hampir seluruh potensi dan sumber daya, termasuk sistem senjata yang sangat canggih. Namun karena tidak mampu menyelesaikan polemik dan mengelola konflik, Uni Soviet akhirnya mengalami perpecahan menjadi belasan negara, seperti Rusia, Uzbekishtan, Kazakhstan dan lainnya.

Tito berpendapat nasib buruk Uni Soviet ini perlu menjadi peringatan bagi bangsa Indonesia agar selalu menjaga persatuan dan kesatuan.

“Banyak yang tidak menyangka jika Uni Soviet bakal mengalami perpecahan,” kata Tito di Medan pada Rabu (17/5/2017) seperti dikutip Antara. Tito menyatakan hal ini ketika berdialog bersama peserta Rakornas Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) di Asrama Haji Medan, Sumatera Utara.

Dia menambahkan, bubarnya Uni Soviet akhirnya diikuti kemunduran ekonomi di banyak negara pecahannya. Karena itu, dia mengimbau seluruh lapisan masyarakat Indonesia, termasuk kalangan mahasiswa, belajar dari sejarah perpecahan Uni Soviet.

Tito mengingatkan persatuan dan perdamaian di Indonesia saat ini merupakan potensi sekaligus anugerah yang harus dipertahankan.

Banyak negara, dia menjelaskan, mengagumi kemampuan Indonesia menjaga persatuan hingga kini. Dia mencontohkan pernah mendengar hal itu disampaikan oleh Presiden Afghanistan Ashraf Ghani saat berkunjung ke Indonesia baru-baru ini.

Tito mencatat, meski lebih dulu merdeka dari Indonesia dan 99 persen penduduknya muslim, tetapi perang dan kerusuhan masih terus melanda banyak provinsi di Afganistan saat ini. Padahal negara itu memiliki banyak potensi di sektor wisata dan sumber daya alam.

"Bom bunuh terjadi hampir tiap minggu, seperti curanmor (pencurian kendaraan bermotor) saja," kata Tito.

Pernyataan Tito ini selaras dengan isi pernyataan pers Presiden Joko Widodo bersama para tokoh lintas agama di Istana Merdeka pada Selasa kemarin.

Jokowi menyerukan agar semua pihak menghentikan gesekan yang membuat dinamika kehidupan berbangsa memanas akhir-akhir ini. "Jikalau pun dalam beberapa waktu terakhir ada gesekan antar kelompok di masyarakat, mulai saat ini saya minta hal-hal tersebut, gesekan tersebut untuk segera dihentikan," kata dia.

Dia menambahkan, "Jangan saling menghujat, jangan saling menjelekkan karena kita ini bersaudara. Jangan saling menolak karena kita ini bersaudara, jangan saling mendemo, habis energi kita untuk hal-hal yang tidak produktif karena kita adalah saudara sebangsa dan setanah air."

Baca juga artikel terkait KAPOLRI atau tulisan lainnya dari Addi M Idhom

tirto.id - Politik
Reporter: antara
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Addi M Idhom