Menuju konten utama

Jumlah Doktor di Indonesia Tak Sebanding Jumlah Penduduknya

Menristek-dikti Mohammad Nasir mengakui bahwa dilihat data jumlah perguruan tinggi di Indonesia jumlah dosen dengan tingkat pendidikan doktor masih sedikit.

Jumlah Doktor di Indonesia Tak Sebanding Jumlah Penduduknya
Gubernur Aceh, dr. Zaini Abdullah didampingi Rektor UIN Ar-Raniry,Prof. Dr. Farid Wajdi Ibrahim MA menyematkan pin kepada peraih penghargaan Ar-Raniry. FOTO/acehprov.go.id

tirto.id - Salah satu kunci kemajuan peradaban dunia adalah pendidikan berkualitas. Sementara negara-negara maju mulai mengembangkan teknologi untuk bisa membuat hidup lebih baik, banyak negara lain yang berusaha untuk memenuhi pendidikan dasar mereka.

Ketika negara-negara seperti India, Amerika, dan Cina berusaha mengembangkan teknologi untuk bisa melakukan penjelajahan di luar angkasa, negara-negara lain seperti di Afrika dan Asia masih berusaha untuk memberikan warganya kemampuan dasar membaca dan menulis.

Tak semua orang bisa mencecap pendidikan hingga ke bangku universitas. Bagi sebagian masyarakat di negara-negara berkembang, mengenyam pendidikan tinggi adalah privilese yang dimiliki oleh orang kaya. Biaya sekolah, buku, dan akses pendidikan tidak mudah diperoleh.

Bagi yang negara-negara maju tertentu, pendidikan adalah hak dasar yang bisa dimiliki dengan subsidi dari pemerintah, meski tak demikian yang terjadi di Amerika Serikat. Lantas negara mana yang memiliki lulusan pendidikan tinggi terbanyak?

Untuk lulusan doktoral terbanyak, Amerika Serikat mengalahkan negara-negara maju lain. Berdasarkan laporan dari OECD, Amerika memiliki Ph.D dua kali lebih banyak daripada Jerman. Pada 2014, ada 67.449 orang yang lulus dengan gelar Ph.D di Amerika Serikat, angka ini mengalahkan 28.147 orang lulusan yang sama di Jerman. Menariknya India memiliki 24.300 doktor bergelar Ph.D yang lulus pada tahun yang sama, di bawah Inggris yang memiliki 25.020 lulusan Ph.D.

OECD menyebut bahwa jumlah lulusan doktoral di dunia semakin meningkat selama dua dekade terakhir. Banyak dari mereka berasal dari negara-negara berkembang yang peduli dengan investasi pendidikan masyarakatnya. Salah satu negara yang punya komitmen untuk investasi pendidikan adalah India dengan 24.300 doktor baru pada 2014. Salah satu negara di Afrika yang saat ini getol mendorong warganya untuk mendapat pendidikan tinggi adalah Afrika Selatan. Ini bisa dilihat dari 2.060 lulusan doktor pada 2014.

Tren yang muncul kemudian adalah bidang lulusan yang menjadi fokus studi sarjadna PhD. 40 persen doktor baru di negara-negara anggota OECD berasal dari bidang sains, teknologi, teknik dan matematika. Negara yang paling banyak menghasilkan lulusan dari jurusan ilmu alam dan teknik adalah Prancis, (59 persen), Kanada (55 persen), dan Cina (55 persen). Cina melalui kebijakan ekonomi yang agresif mengembangkan teknologi untuk kepentingan industri, tentu membutuhkan lebih banyak doktor untuk mewujudkan itu semua.

Lantas bagaimana dengan Indonesia? Pada 2012 Indonesia, jumlah penyandang gelar doktor baru mencapai 25.000 orang. Dua tahun kemudian angka itu naik mencapai 75.000 orang, angka ini jauh tertinggal dari Cina yang memiliki 500.000an doktor. Untuk meningkatkan jumlah doktor di Indonesia pemerintah melalui Kementerian Keuangan memberikan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) alokasi dana abadi yang saat ini nilainya mencapai Rp20,6 triliun untuk kepentingan beasiswa bagi para mahasiswa Indonesia yang memiliki prestasi akademis tinggi.

Dana abadi tersebut dikelola oleh Badan Layanan Umum (BLU) LPDP. Saat berdiri pada 2012, dana abadi LPDP mencapai Rp15,6 triliun dan kini jumlahnya meningkat menjadi Rp20,6 triliun. LPDP sendiri adalah lembaga pemerintah yang dikelola oleh Kementerian Keuangan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, dan Kementerian Agama.

INFOGRAFIK Doktor di Indonesia revisi

Tapi, apa pentingnya beasiswa untuk pendidikan doktoral?

Dari setiap satu juta penduduk di Indonesia hanya terdapat sebanyak 143 doktor. Perbandingan tersebut sangat jauh dengan negara-negara tetangga yang berada di Asia. Malaysia misalkan, rasionya adalah ada 509 doktor dari setiap satu juta penduduknya. Di India, terdapat sebanyak 1.410 doktor dalam setiap satu juta penduduknya. Di Jepang terdapat 6.438 doktor pada rasio satu juta penduduknya.

Selain dengan negara Asia, LPDP juga mencatat perbandingan dengan negara Amerika Serikat. Di Amerika ada 9.850 doktor setiap satu juta penduduknya. Apabila kondisinya tetap seperti ini, Indonesia hanya mengalami perkembangan doktor setiap tahun hanya 15 persen. Untuk mencapai kenaikan doktor pada angka kelipatan 100.000, akan bisa dicapai pada tahun 2022. Sedangkan penambahan 150.000 doktor akan tercapai pada tahun 2026.

Hingga Januari 2016, LPDP telah memiliki alumni sebanyak 538 orang, 104 orang di antaranya telah menyelesaikan studi pada 2014 dan sebanyak 434 orang pada 2015. Alumni tersebut tersebar dari berbagai universitas di dalam dan di luar negeri. Di Indonesia sendiri, masalah pendidikan merentang dari kualitas sarana dan prasarana pendidikan seperti sebaran guru, fasilitas pendidikan, akses menuju sekolah, kurangnya dosen sampai masih kurangnya guru besar.

Menristek-dikti Mohammad Nasir tahun lalu mengakui bahwa dilihat data jumlah perguruan tinggi di Indonesia jumlah dosen dengan tingkat pendidikan doktor masih sedikit. Di Indonesia ada 134 PTN dan 4.225 perguruan tinggi swasta dengan jumlah dosen total mencapai 230.633 orang.

"Dari jumlah dosen tersebut, yang masih S1 sebanyak 53.031 orang atau sekitar 22,99 persen dan ini jadi masalah" seperti dikutip Antara. Untuk tingkat S2 ada sekitar 134.522 atau sekitar 58,33 persen, dan S3 ada 26.199 atau sekitar 11,36 persen.

Februari lalu Direktur Utama Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), Eko Prasetyo, menyatakan bahwa sebanyak 30 persen kuota beasiswa setiap tahunnya diperuntukkan bagi warga di daerah tertinggal, terluar dan terdepan (3T). Seleksi bagi masyarakat yang berada dari daerah 3T akan berbeda dengan masyarakat dari daerah lainnya. Contohnya dalam kemampuan bahasa Inggris yang mensyaratkan TOEFL 550 atau IELTS 6,5 untuk beasiswa luar negeri, untuk masyarakat dari daerah 3T nilai TOEFL atau IELTS bisa di bawahnya.

Eko mengatakan jumlah beasiswa yang diberikan LPDP setiap tahun mengalami peningkatan. Pada 2013, ada 1.500 beasiswa, 2014 sebanyak 2.800 beasiswa, 2015 sebanyak 4.600 beasiswa, dan 2016 sebanyak 7.300 beasiswa.

"Setiap tahun mengalami peningkatan. Hingga saat ini, sudah 16.295 beasiswa yang diberikan," katanya. Perbandingan beasiswa dalam negeri dan luar negeri yakni 60 persen dan 40 persen. Sedangkan untuk program studi prioritas yakni sains, teknik, teknologi, dan matematika.

Baca juga artikel terkait UNIVERSITAS atau tulisan lainnya dari Arman Dhani

tirto.id - Pendidikan
Reporter: Arman Dhani
Penulis: Arman Dhani
Editor: Maulida Sri Handayani