Menuju konten utama

Juara pada 2013 & 2019, Indra Sjafri "Berjodoh" dengan Piala AFF

Menjuarai Piala AFF U-22 2019 membuat Indra Sjafri seolah berjodoh dengan turnamen antarnegara ASEAN tersebut setelah sempat melakukannya pada Piala AFF U-19 2013.

Juara pada 2013 & 2019, Indra Sjafri
Pelatih Timnas Indonesia U-22 Indra Sjafri memberikan keterangan pada konferensi pers persiapan Timnas U-22 jelang Piala AFF U-22 di Jakarta, Jum'at (4/1/2019). ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso

tirto.id - Indra Sjafri kembali menorehkan catatan gemilang pada ajang Piala AFF. Kemenangan Tim Nasional (timnas) Indonesia U-22 atas Thailand U-22 di laga final Piala AFF U-22 2019 Selasa (26/2/2019) membuat dirinya meraih gelar juara Piala AFF kedua. Sebelumnya, Indra membawa Timnas U-19 juara pada 2013.

Dalam laga final Piala AFF U-22 di Stadion Nasional Phnom Penh, Kamboja, Timnas Indonesia U-22 sempat tertinggal oleh gol dari The War Elephants yang dihasilkan Saringkan Promsupa. Namun, Garuda Muda berbalik menang berkat dua gol yang dicetak Sani Riski dan Osvaldo Haay.

Kemenangan ini membuat harapan Indra Sjafri terwujud. Sebelum laga, pelatih berusia 56 tahun tersebut berharap meraih juara di final keduanya setelah melakukannya pada 2013 bersama Timnas U-19.

“Mudah-mudahan tak hanya final kedua. Semoga ini juara kedua saya di usia yang berbeda,” ucapnya jelang laga final seperti dikutip Antara.

Hasil yang diraih Garuda Muda pada Piala AFF U-22 2019 ini di luar ekspektasi banyak orang. Pasalnya, sebelum mengikuti ajang ini, Indra hanya menjadikan turnamen yang diikuti delapan negara tersebut sebagai persiapan menuju babak kualifikasi Piala Asia 2019.

Tak hanya itu, kesiapan tim pun sedikit terganggu dengan tidak adanya para pemain andalan seperti Egy Maulana Vikry, Saddil Ramdani, sampai Ezra William yang tak diizinkan oleh klubnya masing-masing. Kendati demikian, Indra menyebut bahwa ketidakhadiran mereka justru menjadi cobaan yang sarat hikmah.

Dengan tak adanya ketiga pemain tersebut, Indra berkesempatan mendapatkan gambaran lebih banyak tentang kualitas pemain yang akan menjadi bekal untuk membentuk tim di waktu mendatang.

Contoh paling nyata tentu saja kehadiran Sani Riski yang menjadi andalan di lini tengah. Pemain asal klub Bhayangkara FC itu mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Dalam tiga pertandingan terakhir Timnas U-22 (termasuk laga final melawan Thailand), dirinya selalu menjadi starter. Dalam tiga laga, ia menorehkan satu gol.

Pada Piala AFF U-22 2019 kali ini, terdapat beberapa kesamaan yang terjadi dalam skuat yang dilatih Indra Sjafri. Pada Piala AFF U-19 2013, Evan Dimas dan kawan-kawan kala itu berhasil mengalahkan Vietnam yang menjadi tim tak terkalahkan. Namun, pada babak final, mereka berhasil gagal juara lantaran menerima kekalahan pertama yang justru hadir di final.

Pada gelaran kali ini, hal serupa juga terjadi di ajang Piala AFF U-22 2019. Timnas Thailand U-22 yang tak tersentuh kekalahan sejak babak penyisihan grup, dikalahkan oleh anak asuh Indra Sjafri.

Baca juga artikel terkait PIALA AFF U-22 2019 atau tulisan lainnya dari Hendi Abdurahman

tirto.id - Olahraga
Penulis: Hendi Abdurahman
Editor: Fitra Firdaus