Menuju konten utama

Jual Mahal Snapchat

IPO Snapchat banyak dikritisi karena terlalu mahal. Dengan keuntungan yang belum jelas, valuasi sebesar $25 miliar dianggap berlebihan.

Jual Mahal Snapchat
Snap Inc. mengajukan dokumen penawaran saham perdana alias initial public offering (IPO) di New York Stock Exchange, Amerika Serikat. FOTO/FInancial Times

tirto.id - Snap, Inc perusahaan pengelola Snapchat akhirnya mengumumkan detail Initial Public Offering (IPO) atau penawaran sahamnya ke publik. Snap menargetkan $3 miliar dari IPO. Angka tersebut menempatkan valuasi perusahaan sosial media dan kacamata pintar Spectacles tersebut akan berada di angka $25 miliar, atau 62 kali penjualan.

Valuasi itu banyak disorot karena terlalu mahal. Ini dikarenakan kinerja Snap dalam beberapa bulan terakhir mengalami penurunan. Forbes mencatat, pada dua kuartal awal 2016, pengguna Snapchat masih mampu tumbuh 15 persen dan 17 persen. Namun, pada dua kuartal akhir 2016, pertumbuhan pengguna Snapchat hanya tumbuh sebesar 7 persen dan 3 persen.

Menurut Statista, Snapchat memiliki 159 juta pengguna aktif harian. Angka tersebut meningkat dari jumlah pengguna aktif harian di tahun 2015 yang berkisar di angka 106 juta. Secara demografi, pengguna Snapchat masih didominasi netizen dari Amerika Utara dan Eropa. Wilayah Amerika Utara menyumbang 68 juta pengguna, sedangkan wilayah Eropa menyumbang 52 juta pengguna. Wilayah-wilayah lain, hanya menyumbang 39 juta pengguna aktif.

Artinya, Snapchat masih belum memiliki basis pengguna yang kuat dan merata di seluruh wilayah dunia. Mereka harus menggenjot pertumbuhan di wilayah-wilayah yang belum begitu masif menggunakan Snapchat untuk menumbuhkan basis pengguna. Langkah tersebut, jelas membutuhkan dana yang tidak sedikit.

Secara keseluruhan, pada 2017 Snapchat berada di posisi 11 jaringan sosial yang dipakai para pengguna internet di dunia. Posisi tersebut juga mengikutsertakan layanan-layanan pesan instan seperti WhatsApp, bukan hanya media sosial. Sedangkan di ranah media sosial sendiri, Snapchat masih kalah bersaing dengan Facebook, Twitter, Instagram, bahkan Tumblr. Ini tentu menjadi pekerjaan rumah tersendiri bagi Snapchat dalam melakukan IPO mereka. Dengan basis pengguna yang belum cukup kuat, mereka terkesan berani menargetkan dana yang bisa diperoleh cukup tinggi.

Infografik Snapchat

Pada 2012, Facebook juga melakukan IPO. Bedanya, Facebook kala itu memiliki basis pengguna yang sudah sangat baik. Dikutip dari Statista, di tahun 2012, Facebook memiliki 526 juta pengguna aktif harian. Karena kecemerlangannya tersebut, di tahun yang sama, Facebook menghasilkan pendapatan sekitar $4,03 miliar, dengan laba bersih sekitar $974 juta.

Facebook mendapat dana $16 miliar melalui IPO, dan menjadikan perusahaan bikinan Mark Zuckerberg tersebut memiliki valuasi sekitar $104 miliar.

Sedangkan posisi Snapchat jelang IPO kurang menggembirakan dari sisi bisnis. Hingga akhir 2016, Snap memperoleh pendapatan $404,5 juta. Angka tersebut naik cukup baik daripada tahun 2015 saat mereka memperoleh pendapatan di kisaran $58,7 juta. Namun, meskipun pendapatan yang diperoleh meningkat, Snap masih tetap merugi, bahkan angka kerugiannya meningkat. Jika pada 2015 mereka hanya merugi $373,9 juta, pada 2016 kerugian malah membesar menjadi hingga $514,6 juta.

Artinya, Snap berada di posisi langit dan bumi jika dibandingkan dengan Facebook saat dahulu akan melakukan IPO.

Besaran target IPO yang diinginkan Snap pun terlalu besar jika dibandingkan dengan raksasa internet saat ini, Google. Saat melakukan IPO di tahun 2004, sebagaimana diwartakan Forbes, Google memperoleh dana dari IPO sebesar $1,67 miliar dan menjadikan valuasinya sekitar $26,4 miliar. Padahal, setahun sebelum melakukan IPO, di tahun 2003 Google mengantongi pendapatan sekitar $1,5 miliar. Angka tersebut tentu berkali-kali lipat dibandingkan kondisi bisnis Snap menjelang IPO kini.

Sejarah Twitter dalam melakukan IPO sebenarnya bisa menjadi pelajaran yang cukup baik bagi Snap. Melalui IPO di tahun 2013, sebagaimana diberitakan Mashable, Twitter sukses memperoleh dana sekitar $1,8 miliar. Valuasi Twitter ketika itu sebesar $14,2 miliar. Ketika itu, Twitter berhasil meraup pendapatan $316,9 juta. Ini artinya, valuasi Twitter mencapai 45 kali dari pendapatannya.

Setelah IPO, Twitter mengalami “pergolakan” untuk menumbuhkan bisnis mereka. Terutama perihal menumbuhkan basis pengguna mereka. Setahun setelah IPO, Twitter memperoleh pendapatan sekitar $1,4 miliar. Namun, secara bisnis Twitter merugi hingga $577,82 juta. Pada tahun berikutnya, di 2015 Twitter pun masih merugi hingga $521,03 juta. Tapi paling kritis tentang Twitter adalah mereka bahkan beberapa kali hendak menjual bisnis mereka tersebut.

Mengapa kinerja Twitter terus turun? Ulasan mengenai kinerja Twitter bisa dibaca pada laporan Tirto tentang Kabut Masa Depan Twitter.

Dengan pertumbuhan pengguna yang masih labil dan masih meruginya Snap, hal ini tentu akan menjadi tantangan bagi masa depan mereka. Akankah Snap menjadi raksasa internet setelah melakukan IPO mengikuti jejak Facebook atau bahkan Google? Atau Snap akan mengikuti jejak Twitter yang sampai-sampai pernah melakukan beberapa pertemuan untuk menjual media sosial berciri-khas 140 karakter tersebut?

Baca juga artikel terkait SNAPCHAT atau tulisan lainnya dari Ahmad Zaenudin

tirto.id - Teknologi
Reporter: Ahmad Zaenudin
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti