Menuju konten utama

Kabut Masa Depan Twitter

Tahun 2016 bukanlah tahun yang baik bagi raksasa media sosial Twitter. Setelah mengalami rentetan kinerja yang buruk, kabar penjualan menghampirinya. Tidak sedikit yang tertarik untuk membelinya. Terakhir, perusahaan media massa dan hiburan raksasa Walt Disney Co. dikabarkan tertarik untuk bergabung dalam aksi pembelian tersebut. Bagaimana masa depan Twitter?

Kabut Masa Depan Twitter
Logo Twitter ditampilkan di New York Stock Exchange. Setelah Google menyatakan minatnya untuk melakukan akuisisi terhadap Twitter Inc. kini Walt Disney Co. juga tengah mengevaluasi rencananya untuk mengambil alih perusahaan media sosial asal Amerika Serikat. [Foto/Shutterstock]

tirto.id - Twitter pernah menjadi raja. Berdua dengan Facebook, ia menjadi sosial media yang digemari banyak orang, mulai dari kalangan presiden, selebriti dunia, hingga anak kuliah. Kini, satu dekade sejak didirikan, ketidakpastian menghantuinya. Setelah rangkaian kinerja yang tidak begitu baik, kabar penjualan menghampirinya.

Konglomerasi media massa dan perusahaan hiburan asal Amerika Serikat, Walt Disney Co., merupakan perusahaan terakhir yang mengabarkan ketertarikannya untuk membeli Twitter. Selasa (27/9/2016), Bloomberg mengabarkan bahwa Disney bersama dengan penasihat finansialnya sedang melakukan evaluasi akan tawaran pembelian yang mungkin dapat diajukan perusahaan tersebut terhadap Twitter Inc.

Disney bergabung dengan Salesforce.com serta Google yang sebelumnya dikabarkan telah menyatakan ketertarikan mereka. Salesforce sendiri serius mengenai ketertarikannya. Perusahaan teknologi itu, bekerja bersama Bank of America sebagai penasehatnya, juga tengah mempertimbangkan untuk mengajukan penawaran terhadap Twitter.

Bagi Twitter, isu penjualan ini membawa sedikit berkah. Berdasarkan data yang diperoleh oleh tim riset tirto.id, harga saham Twitter selama seminggu terakhir mengalami rebound. Tanggal 26 September kemarin, sahamnya ditutup pada posisi $23,37 setelah sebelumnya sempat jatuh di bawah $20. Sejumlah analis bahkan memperkirakan momentum tersebut akan terus berlanjut dan akan menyentuh harga $27 per lembarnya.

Tidak semua sependapat memang. Beberapa analis lainnya memprediksi harga saham tersebut tidak akan berubah banyak dari level $23. Seperti dikutip dari Fortune, James Cakmak, analis Monness, Crespi, Hardt&Co., adalah satu dari sekian analis yang mengatakan hal tersebut.

James mengatakan, secara fundamental Twitter bukanlah perusahaan teknologi yang berada dalam keadaan yang baik meski valuasinya tinggi. Kenaikan saham yang terjadi saat ini, lanjutnya, merupakan dampak dari perang penawaran yang sedang terjadi dengan mengesampingkan fundamental yang ada.

Fakta memang berkata demikian. Kinerja Twitter saat ini memang sedang buruk-buruknya.

Pada akhir 2013, Twitter go public dengan harga jual saham sebesar $26 per lembarnya, membuat perusahaan itu bernilai $18 miliar. Dalam tempo dua bulan, harganya terus menanjak hingga lebih dari dua kali lipat, mencapai harga tertinggi $69 per lembar pada Desember tahun yang sama. Namun, mimpi indah tersebut tidak bertahan lama. Harga sahamnya kemudian jatuh, hingga sempat menyentuh angka $14 per lembar pada bulan Mei lalu.

Twitter memiliki masalah besar dalam hal pengguna. Jumlahnya dari tahun ke tahun memang meningkat, tetapi tidak banyak, hampir datar. Pada kuartal II/2016 ini, jumlahnya hanya naik 3 juta menjadi 313 juta pengguna dari kuartal sebelumnya.

Hal itu berbanding terbalik dengan sejumlah kompetitornya seperti Snapchat dan Facebook yang terus mencetak angka pertumbuhan pengguna baru dalam laju yang cukup meyakinkan.

Sebagai perbandingan, data dari Statista menunjukkan, pengguna Facebook naik 58 juta menjadi 1,712 juta pengguna pada kuartal II/2016 dari kuartal sebelumnya. Sementara Snapchat, meski belum melampaui jumlah pengguna Twitter, hingga bulan Juni kemarin memiliki 150 juta pengguna, tumbuh dari 110 juta pengguna pada Desember tahun lalu, demikian seperti dikutip dari Bloomberg.

Jumlah pengguna ini menjadi penting karena para pelaku pasar membutuhkan jaminan masa depan di tengah masih gagalnya perusahaan ini mencetak profit. Perlu diketahui, meski sempat mencetak pendapatan $710,5 juta pada kuartal IV/2015, pada kuartal II/2016, raksasa sosial media ini mencetak kerugian bersih sebesar $107,2 juta. Setidaknya Twitter telah merugi $2 miliar sejak tahun 2011 secara total.

Disney, sang Kandidat Utama

James mengatakan Disney merupakan kandidat yang paling difavoritkan untuk membeli Twitter, sebab menurutnya kedua perusahaan tersebut akan cocok satu dengan yang lainnya.

Prediksi tersebut bisa jadi benar. Chairman sekaligus Chief Executive Officer (CEO) Disney Bob Iger sudah menjadi mentor dari CEO Twitter Jack Dorsey sejak lama. Selain itu, seperti dilaporkan oleh Bloomberg, sejumlah eksekutif Twitter pun mengagumi Iger dan pemikirannya. Pada awal tahun ini Iger bahkan berbicara dalam rapat manajemen senior Twitter.

"Dia berbicara mengenai transformasi Disney," kata Dorsey dalam sebuah wawancara pada Maret. "Mereka [Disney] berada di bawah dan dia membawa optimisme yang kuat. Ia berfokus pada kreativitas dan kualitas. Dan ia membuat beberapa langkah berani. Ini sangat selaras dengan orang-orang kami. Hal itulah yang kami butuhkan untuk didengar."

Bagi Disney, akuisisi Twitter diprediksi mampu menolong perusahaan tersebut di bidang media.

Seperti diketahui, bisnis terbesar Disney, TV kabel, telah kehilangan pemirsanya seiring dengan makin ketatnya kompetisi yang datang dari layanan video online. Di sisi lain, Twitter telah bergerak menuju arah menjadi platform video melalui Vine, Periscope, serta layanan live steraming the National Footbal League. Akuisisi Twitter kemudian diharapkan akan membantu Disney dalam transisi pemirsa TV kabelnya menuju format online.

Selain itu, akuisisi Twitter dapat menambah eksposur Disney pada pemasukannya melalui sektor iklan yang saat ini bergerak semakin gencar menuju sosial media.

"Twitter dapat memberikan mereka [Disney] kesempatan untuk berkomunikasi langsung dengan pelanggan mereka dalam lanskap media yang semakin terfragmentasi," kata Paul Sweeney, analis Bloomberg Intellegence.

Iger dikenal sebagai seorang pemikir strategis. Akuisisi Pixar, Marvel dan Lucasfilm merupakan bukti nyata dari pemikiran strategisnya yang membuahkan hasil positif bagi Disney. Bahkan sebelum rumor pembelian Twitter muncul, CEO Disney tersebut telah menambahkan nama Dorsey dan Chief Operating Officer (COO) Facebook Sheryl Sandberg pada jajaran direksinya.

Sebelumnya, Iger telah berinvestasi pada sejumlah bisnis media yang berkaitan dengan teknologi, seperti Vice dan BAMTech. Nama terakhir juga merupakan rekanan Twitter dalam layanan live streaming-nya.

Jika benar Disney jadi mengakuisisi Twitter, maka raksasa sosial media itu menjadi pekerjaan rumah terbesar Iger. Dengan kapitalisasi pasar sebesar $16 miliar, akuisisi Twitter bukanlah hal yang sembarangan bagi Disney. Kinerja buruk Twitter bisa jadi malah menghantui Disney.

Sebagai informasi, akuisisi terbesar Disney adalah sebesar $19 miliar pada tahun 1996, di mana perusahaan tersebut melakukan merger dengan ABC Inc.

Dengan berbagai faktor yang ada, apakah penjualan tersebut benar-benar akan terwujud? Sulit untuk mendapatkan jawaban yang pasti dalam waktu dekat. Namun, dengan prediksi bahwa Twitter akan menghadapi tantangan yang semakin sulit ke depannya, opsi penjualan adalah hal yang sangat masuk akal.

Baca juga artikel terkait TWITTER atau tulisan lainnya dari Ign. L. Adhi Bhaskara

tirto.id - Teknologi
Reporter: Ign. L. Adhi Bhaskara
Penulis: Ign. L. Adhi Bhaskara
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti