Menuju konten utama

Joserizal Jurnalis, Dokter Penakluk Wilayah Konflik

Joerizal Jurnalis meninggal dunia karena serangan jantung, Senin, 20 Januari 2020.

Joserizal Jurnalis, Dokter Penakluk Wilayah Konflik
Dr. Joserizal Jurnalis (FOTO ANTARA/Reno Esnir)

tirto.id - Joserizal Jurnalis punya banyak kisah selama bergiat di Medical Emergency Rescue Committee (MER-C), termasuk bergelut di daerah-daerah konflik.

Pria kelahiran Padang, Sumatera Barat, 11 Mei 1963 itu mendapatkan gelar dokter umum di Universitas Indonesia pada 1988. Ia melanjutkan pendidikan di kampus yang sama dengan mengambil spesialis bedah ortopedi dan traumatologi. Kuliah spesialis ini ia selesaikan pada 1999.

Ia mendirikan MER-C pada tahun yang sama, tepatnya pada 14 Agustus 1999. MER-C adalah organisasi sosial yang berkomitmen membantu masyarakat mendapatkan bantuan logistik dan pelayanan medis di daerah konflik.

MER-C didirikan saat Joserizal berangkat ke Ambon pada April 1999 bersama Tim Medis Mahasiswa UI (TMM-UI). Saat itu di Ambon dan sekitarnya jadi lokasi konflik antarkelompok agama.

Dilansir dari laman MER-C, di lokasi tersebut tim melakukan berbagai aksi kemanusiaan, antara lain pelayanan pengobatan bagi pengungsi dan hospitalisasi di sebuah rumah yang tak lagi berfungsi sejak konflik di berlangsung.

Di sana, Joserizal dan tim melihat pelayanan medis yang timpang: ada yang mendapatkan bantuan logistik dan pelayanan medis secara wajar, namun ada yang sebaliknya.

Ketimpangan akses tersebut yang menginspirasi Rizal mendirikan MER-C. Ia bercita-cita ada tim yang bergerak dalam bidang gawat darurat medis dengan sifat profesional, amanah, netral, mandiri, sukarela, dan memiliki mobilitas tinggi.

Selain di Ambon, mereka pun turun langsung ke wilayah-wilayah konflik lain seperti Aceh dan Sambas.

Saat Pemilu 2019, Joserizal dan MER-C mengultimatum pemerintah dan Komisi Pemilihan Umum (KPU) terkait banyaknya petugas pemungutan suara yang meninggal dunia. Saat itu setidaknya, lebih dari 600 orang meninggal dan lebih dari 10 ribu orang sakit usai bertugas di Pemilu 2019.

Joserizal dan kawan-kawanya pun tak hanya berkutat di Indonesia. Mereka pun melebarkan sayap ke negara-negara konflik seperti Irak, Iran, Afganistan dan Palestina.

MER-C mengklaim sudah mengirimkan lebih dari 124 misi kemanusiaan ke berbagai daerah di Indonesia, juga dua misi ke Afganistan, satu misi ke Irak, satu misi ke Iran (di bawah naungan Departemen Kesehatan RI), satu misi ke Thailand, dua misi ke Kashmir Pakistan, satu misi ke Lebanon Selatan, satu misi ke Sudan, satu misi ke Somalia, dan dua misi ke Palestina (pada saat agresi militer Israel ke Jalur Gaza).

Nama MER-C dan Joserizal semakin terkenal saat berperan aktif dalam pembangunan rumah sakit di Gaza, Palestina, pada 2009--ketika terjadi agresi militer Israel. Situs resmi mereka menyebut rumah sakit ini "merupakan sebuah hadiah dari rakyat Indonesia kepada rakyat Palestina."

Selain itu, bersama Pemerintah Indonesia, MER-C juga merintis pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Rakhine Myanmar.

Presidium Divisi Konstruksi MER-C Faried Thalib menegaskan jika Joserizal punya komitmen kuat terhadap keadilan dan kemanusiaan. Dan itu jelas tak diragukan melihat apa yang dia lakukan selama ini.

Faried, yang menganggap Joserizal sebagai sahabat dan guru, terutama terkesan dengan komitmen Joserizal dalam menyampaikan titipan amanah. Joserizal pernah menyampaikan padanya bahwa suatu amanah yang diberikan masyarakat kepada lembaganya tak boleh dititipkan ke lembaga lain, hanya karena kesulitan menembus daerah konflik.

"Beliau mengatakan kalau kita yang diamanahkan, tidak boleh amanah ini dititipkan lagi kepada yang lain. 'Kalau itu kamu lakukan, kamu namanya broker amanah'," kata Faried, yang sering melakukan perjalanan bersama Joserizal, dikutip dari Antara.

Joserizal tak kalah oleh kondisi apa pun, kecuali sakit jantung yang telah dideritanya selama tiga tahun terakhir. Ia mengembuskan napas terakhir hari ini, Senin (20/1/2020), pukul 00.38 WIB di RS Harapan Kita, Jakarta, di usia 56 tahun.

"Mohon dimaafkan segala kesalahan dan kekhilafan beliau," kata Humas MER-C Rima melalui keterangan tertulis.

Tak hanya MER-C yang ditinggalkan selamanya, Joserizal juga harus meninggalkan seorang istri bernama Dian Susilawati dan tiga orang anak bernama Aisha, Nabila dan Saladin.

Baca juga artikel terkait MER-C atau tulisan lainnya dari Bayu Septianto

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Bayu Septianto
Editor: Rio Apinino