Menuju konten utama

Jose Mourinho, Manchester United, dan "Kutukan" Musim Ketiga

Jose Mourinho bagai dihantui "kutukan" unik, selalu meninggalkan klub pada musim ketiga sejak di Real Madrid.

Jose Mourinho, Manchester United, dan
Pelatih Manchester United Mourinho. FOTO/REUTERS

tirto.id - Jose Mourinho meninggalkan Manchester United pada musim ketiganya bersama klub yang bermarkas di Old Trafford. Sebelum ini, pria yang menjuluki dirinya sendiri sebagai The Special One itu juga hanya bertahan di Real Madrid dan Chelsea dalam waktu tiga musim.

144 pertandingan, 84 kemenangan, 31 seri, dan 29 kekalahan. Demikian catatan Jose Mourinho selama berada di Manchester United. Laga Iblis Merah kala ditumbangkan oleh Liverpool 3-1 pada Minggu (16/12/2018) menjadi partai terakhir pria Portugal itu.

Jose Mourinho memang punya "masalah tersendiri" dengan musim ketiga, terutama setelah ia berada di Real Madrid. Ketika itu, pada akhir musim 2012/2013, The Special One dipastikan tidak lagi menangani Los Blancos.

Selama berada di Real Madrid, Mourinho mendapatkan tiga gelar, yaitu Copa del Rey 2011, Liga Spanyol 2011/2012, dan Piala Super Spanyol 2012. Artinya, dalam tiga musim, ia selalu memberikan gelar untuk kubu Santiago Bernabeu.

Namun, hal tersebut tidak bisa menjamin bertahannya Mourinho. Konfliknya dengan para bintang Real Madrid, terutama dengan keberaniannya mencadangkan Iker Casillas, dinilai sebagai salah satu pemicu hingga akhirnya Florentino Perez, presiden Los Blancos tak lagi melanjutkan kerjasama dengannya.

Uniknya, pada Senin (17/12) lalu, Casillas sempat mengeluarkan pernyataan yang seakan merujuk pada Mourinho.

Awalnya, Mourinho dan Record, harian Portugal, membahas wawancara Casillas dengan Jorge Valdano, legenda Real Madrid. Mou kemudian menyebut, wawancara tersebut adalah jenis wawancara seseorang yang kariernya segera usai.

Casillas kemudian membalas komentar Mourinho itu dengan pernyataan di akun twitternya, "Menurut sebuah media Portugal, seseorang berkata bahwa pemain seperti saya (37 tahun) berada di akhir karier.

"Saya sepenuhnya setuju! Pertanyaan saya untuk surat kabar itu, adalah: Soal pelatih, kapan dan pada titik mana Anda melihat bahwa mereka tidak lagi memegang komando tim atau melatih?"