tirto.id - Presiden Joko Widodo meminta Pertamina dan PLN untuk membangun skema besar dalam menghadapi isu energi terbarukan. Ia beralasan, dunia sudah mulai meninggalkan energi fosil sehingga PLN dan Pertamina harus bersiap dalam menghadapi perubahan tersebut.
"Semakin hari semakin ke sana semakin ke sana arahnya itu sudah bisa ditebak bahwa suatu saat yang namanya energi fosil, penggunaan mineral fosil itu pada suatu titik akan disetop padahal kondisinya adalah misalnya PLN penggunaan batu baranya masih sangat besar sekali," kata Jokowi dalam rapat pengarahan kepada direksi dan komisaris PLN dan Pertamina di Istana Negara pada 16 November 2021 lalu sebagaimana ditayangkan Sekretariat Presiden, Sabtu (20/11/2021).
"Pertamina juga bisnisnya berada pada posisi bisnis minyak dan gas yang mau tidak mau itu juga akan terkena imbasnya kalau ke depan itu mengarahnya semuanya ke mobil listrik," tutur Jokowi.
Jokowi menuturkan, niatan transisi energi di dunia sudah tidak bisa dibendung. Ia beralasan, negara-negara Eropa sudah mulai bergerak ke komitmen energi hijau. Mereka sudah mulai membuat regulasi untuk meninggalkan energi fosil.
Menurut Jokowi, Indonesia harus mempunyai persiapan untuk transisi ke energi baru. Ia pun mendesak agar PLN maupun Pertamnia bisa membuat rancangan tidak sebatas aksi besar, tetapi hingga detil dengan memanfaatkan waktu yang ada.
Ia beralasan, transisi energi sudah tidak bisa dinegosiasi dan perusahaan seperti PLN dan Pertamina harus mencari solusinya secepat mungkin.
"Jadi mau tidak mau transisi energi menuju ke sebuah energi hijau itu harus. Itu sudah enggak bisa tawar-menawar. Itu tugas saudara-saudara untuk mencari teknologi yang paling murah yang mana," kata Jokowi.
"Ini adalah kerjanya cepat-cepatan karena siapa yang bisa mengambil peran secepatnya itu yang akan mendapatkan keuntungan," tegas Jokowi.
Jokowi lantas menyinggung soal penggunaan energi di Indonesia. Ia menceritakan bahwa komposisi energi Indonesia didominasi dari batubara (67 persen), minyak (15 persen dan gas (8 persen).
Jokowi mencontohkan, negara bisa mengambil untung jika mobil yang menggunakan energi fosil menjadi energi listrik. Ia berpendapat, listrik PLN yang berlebihan bisa terserap dan angka impor minyak turun. Hal itu akan berdampak positif pada keuangan Indonesia karena Pertamina kerap mencari keuntungan dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan pembelian minyak.
"Oleh sebab itu kenapa kita ingin mendorong apa yang namanya mobil listrik dan kompor listrik tapi problemnya di situ ada," kata Jokowi.
Jokowi lantas meminta para direksi dan komisaris PLN maupun Pertamina untuk menghitung berbagai langkah yang akan diambil. Ia mengingatkan, PLN dan Pertamina adalah perusahaan milik negara sehingga masih ada tanggung jawab untuk negara meski bertugas mencari untung.
Ia pun menekankan, masalah transisi energi harus selesai karena bersinggungan dengan masalah keuangan negara.
"(Dampak) larinya ke negara. Kalau ini enggak diselesaikan sampai kapanpun neraca pembayaran kita enggak pernah beres. Ini logika-logika itu yang semua kita harus ngerti hitung-hitungannya," kata Jokowi.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Bayu Septianto