tirto.id - Pidato Presiden Joko Widodo dalam pertemuan tahunan International Monetary Fund (IMF)-World Bank di Bali, pada Oktober 2018 silam jadi sasaran kritik Direktur Program Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Esther Sri Astuti.
Ia mengatakan, pernyataan Presiden yang menyebut perekonomian dunia bak film Game of Thrones dinilai menunjukkan pesimisme serta ketergantungan Indonesia di hadapan para petinggi dunia.
Menurut Ester, Indonesia mungkin memang negara kecil jika dilihat dari sisi Produk Domestik Bruto (PDB). Tetapi, harusnya Presiden bisa menunjukkan bahwa Indonesia dapat berperan besar dalam konstelasi ekonomi dunia.
Untuk itu, menurutnya, Jokowi harus belajar pada film epic lainnya, yakni The Lord of The Rings, di mana figur utama yang berperan besar dalam menentukan keselamatan dunia adalah seorang hobbit bernama Frodo Baggins.
"Hobbit yang terlihat kecil, lemah dan biasa saja bisa menyelamatkan dunia. Di situ dunia hampir hancur. Para peri elf dan orc perang satu sama lain memperebutkan cincin sakti. Namun ternyata yang mampu menghancurkan itu yang mungil dan lemah," kata Ester saat memberikan sambutan pada Seminar Nasional Kajian Tengah Tahun INDEF 2019 di Hotel Sahid, Jakarta Pusat, Selasa (16/7/2019).
"Jadi kita jangan bergantung pada negara lain, kita bisa menyelamatkan diri kita sendiri," tambahnya.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang jadi salah satu pembicara dalam acara tersebut langsung menjawab kritik yang dilontarkan Esther dalam sambutannya.
Sri Mulyani mengatakan, kritik tersebut tidak tepat sebab keduanya merupakan film yang tak bisa merepresentasikan kondisi perekonomian Indonesia di tengah negara-negara lain yang saling bergantung dan membutuhkan.
Bahkan, negara sebesar Cina pun sangat bergantung pada negara lain.
"Mengatakan seolah-olah Presiden Jokowi merasa sebagai pemimpin negara kecil yang diremehkan dunia, itu juga perlu dikoreksi karena di dalam banyak hal, Indonesia sebagai negara G20 kita bisa secara cukup influential," ucapnya saat menjadi pembicara pada sesi pertama diskusi tersebut.
Ia juga menyinggung soal perang dagang antara Cina dan AS yang dianggap memberikan banyak dampak negatif terhadap Indonesia. Menurutnya, hal tersebut tidak sepenuhnya benar sebab Indonesia belum menjadi bagian dalam arus supply-chain perdagangan dunia.
Karena itu lah, Indonesia tak banyak terkena dampak perang dagang ketimbang negara-negara lain yang bergantung pada ekspor. Meski begitu, Indonesia juga sulit untuk untuk memanfaatkan perang dagang untung masuk dalam supply-chain tersebut.
"Jadi less-exposed, tapi juga less-able untuk masuk," tutur mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno