tirto.id - Presiden Republik Joko Widodo menuturkan Perhimpunan Bangsa- Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) sepakat untuk membangun ekosistem kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV). Dia menilai hal itu menjadi bagian penting dari rantai pasok dunia.
Hal itu disampaikan Jokowi dalam konferensi pers Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Ke-42 ASEAN di Labuan Bajo, NTT, Kamis (11/5/2023).
“ASEAN sepakat untuk membangun ekosistem mobil listrik dan menjadi bagian penting dari rantai pasok dunia sehingga hilirisasi industri menjadi kunci,” kata Jokowi dikutip dari Antara, Jumat (12/5/2023).
Dalam deklarasi tersebut, para pemimpin menyebut ASEAN berkomitmen membangun ekosistem kendaraan listrik regional yang melibatkan seluruh negara anggota. Seluruh negara anggota ASEAN mendukung adopsi agenda kendaraan listrik dan pengembangan industri kendaraan listrik di negara-negara ASEAN.
Selain itu, para pemimpin juga berkomitmen membangun ASEAN sebagai hub produksi global bagi industri kendaraan listrik guna mendukung pertumbuhan ekonomi kawasan yang berkelanjutan.
Langkah tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan ruang kebijakan negara-negara anggota ASEAN dalam memanfaatkan keunggulan komparatif.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menyampaikan estimasi pasar kendaraan listrik di Indonesia mencapai 2,7 miliar dolar Amerika Serikat (AS) pada 2027.
Sebagai pemilik 23 persen cadangan nikel dunia, Indonesia sedang mengembangkan ekosistem industri kendaraan listrik dari hulu sampai ke hilir.
Ditargetkan produksi mobil listrik mencapai 600 ribu unit dan 2,45 juta sepeda motor listrik per tahun pada 2030 dengan pengurangan total emisi karbon dioksida 3,8 juta ton.
KTT Ke-42 ASEAN mengangkat empat prioritas kerja sama, diantaranya memperkuat arsitektur kesehatan, dan memperkuat ketahanan pangan termasuk kelancaran rantai pasok dan fasilitasi perdagangan.
Selain itu, juga memperkuat ketahanan energi dalam mendukung transisi energi ke arah energi bersih dan terbarukan (EBT), termasuk pengembangan ekosistem kendaraan listrik di kawasan, serta memperkuat stabilitas keuangan dalam menghadapi external shocks.
Editor: Intan Umbari Prihatin