Menuju konten utama
Periksa Data

Berapa Kali Jepang Diterpa Tsunami Satu Dekade Terakhir?

Bencana alam pada 1 Januari 2024 adalah pertama kalinya "peringatan tsunami besar" dikeluarkan sejak gempa dan tsunami tahun 2011 di Tohoku.

Berapa Kali Jepang Diterpa Tsunami Satu Dekade Terakhir?
Header Periksa Data Bencana Tsunami Jepang. tirto.id/Fuad

tirto.id - Membuka tahun baru 2024, Jepang kembali diterpa bencana tsunami. Bencana alam ini diawali dengan gempa bumi sebesar 7,6 Magnitudo, tak jauh dari Semenanjung Noto. Setelahnya, gelombang tsunami setinggi 1,2 meter menerjang Kota Wajima, Prefektur Ishikawa, pada Senin (1/1/2024).

Titik pusat gempa tersebut memang dekat dengan Prefektur Ishikawa yang berada di sisi barat Pulau Honshu, pulau terbesar di Jepang.

Bencana gempa dan tsunami ini telah memakan korban sebanyak 48 orang, per 2 Januari 2024, berdasarkan informasi dari kantor berita nasional Jepang, NHK.

Rangkuman dari informasi NHK, beberapa kota lain juga melaporkan adanya gelombang tsunami. Kota Toyama, Prefektur Toyama, juga dilaporkan telah diterpa tsunami dengan ketinggian 0,8 meter. Diikuti oleh Kota Kanazawa, Prefektur Ishikawa (ketinggian tsunami 0,7 meter), Pulau Okushiri, Hokkaido (0,5 meter), Kashiwazaki, Prefektur Niigata, dan Kota Sakata, Prefektur Yamagata (0,4 meter).

Dalam artikelnya, NHK juga mengatakan bahwa ini adalah pertama kalinya "peringatan tsunami besar" dikeluarkan sejak bencana gempa dan tsunami tahun 2011 di Tohoku. Peringatan ini dikeluarkan jika ada potensi munculnya gelombang tsunami dengan ketinggian 3 meter atau lebih.

Meskipun kemudian, Badan Meteorologi Jepang (Japan's Meteorological Agency, JMA) telah menurunkan status peringatan tersebut ke satu tingkat di bawahnya (Tsunami Advisory).

Jepang menjadi negara yang cukup sering berhadapan dengan bencana tsunami. Berdasarkan data JMA, sejak tahun 2000 saja sudah ada sekitar 20 kejadian tsunami di Negeri Matahari Terbit.

Tsunami pada 11 Maret 2011 akibat gempa bumi di Tohoku menjadi yang paling besar. Berawal dari gempa bumi berkekuatan 9,1 magnitudo, gempa tersebut menimbulkan gelombang tsunami yang mencapai 9,3 meter. Catatan ketinggian gelombang tsunami ini adalah yang tercatat oleh JMA, sebelum alat pengukur mereka terdampak dan tidak bisa mengukur lebih jauh.

JMA juga mencatat dampak dari tsunami dan gempa di Tohoku memakan korban jiwa sebanyak 19.279 orang, 6.233 orang hilang dan sekitar 2.599 lainnya tidak diketahui statusnya. Bencana ini juga menghancurkan 121.996 rumah, 282.941 setengah hancur, dan 748.461 rumah lainnya mengalami kerusakan.

Sementara catatan International Tsunami Information Center, ketinggian maksimum dari gelombang tsunami dari bencana ini mencapai 38,9 meter. Catatan mereka juga menyebut 500 ribu rumah hancur dan 98 persen di antaranya adalah karena tsunami. Secara khusus disebutkan juga kalau gempa dan tsunami menjadi penyebab bencana nuklir di Fukushima.

Sejak bencana tsunami hebat tersebut, Jepang juga masih harus berhadapan dengan sejumlah bencana tsunami. Berdasarkan catatan JMA, terdapat empat bencana tsunami antara tahun 2016-2024.

Pada 22 November 2016 di Prefektur Fukushima terjadi gempa berkekuatan 7,4 magnitudo yang kemudian menyebabkan susulan tsunami setinggi 1,44 meter. Untungnya tidak ada korban jiwa meski tercatat ada 21 orang yang hilang dan 9 rumah rusak.

Tahun 2019, tepatnya pada 18 Juni, gempa bumi 6,7 magnitudo di Prefektur Yamagata juga memicu tsunami dengan ketinggian gelombang 0,11 meter. Berdasarkan data JMA, bencana ini menyebabkan 1.580 rumah rusak sebagian dan 43 orang hilang.

Kemudian pada 16 Maret 2022, gempa berkekuatan 7,4 magnitudo di Prefektur Fukushima kembali memacu tsunami dengan ketinggian 0,2 meter. Tsunami ini menelan 4 korban jiwa, sementara 247 orang dikabarkan hilang. Dampak lain dari tsunami pada Maret 2022 ini adalah 217 rumah hancur secara keseluruhan dan 4.556 rumah lain hancur sebagian, melansir data JMA.

Baca juga artikel terkait PERIKSA DATA atau tulisan lainnya dari Alfons Yoshio Hartanto

tirto.id - Periksa data
Penulis: Alfons Yoshio Hartanto
Editor: Farida Susanty