tirto.id - Menjelang Natal dan Tahun Baru, Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) menyatakan permintaan dan kenaikan harga untuk bahan pokok (bapok) pangan belum ada perubahan signifikan. Kondisi ini tetap meskipun ada cuaca ekstrem yang mengakibatkan sejumlah daerah terjadi banjir, seperti di Jakarta.
“Distribusi barang pasti ada kendala karena banjir, tapi masih belum tahu dampaknya itu menjelang Natal dan Tahun Baru atau pasca itu. Kami belum pelajari, karena pasokan ini masih aman untuk 3-4 hari yang akan datang,” ujar Ketua Umum IKAPPI Abdullah Mansuri kepada Tirto pada Rabu (13/12/2017).
Ia menyebutkan kenaikan tinggi permintaan dan harga bapok itu biasanya berada pada rentang 20-23 Desember, yang menurutnya menjadi zona yang perlu diwaspadai oleh pemerintah.
Pada rentang tersebut pemerintah harus memastikan kalau pasokan bapok tersedia, karena hampir semua bapok akan mengalami kenaikan permintaan dibarengi dengan harga, seperti beras, bawang merah, ayam, telur, cabe, dan minyak goreng.
Berdasarkan pemantauan, saat ini ada kenaikan harga bapok dibandingkan dua hari yang lalu di hampir semua daerah. Kenaikan tersebut masih sekitar Rp200-300.
- Beras premium (Beras Sentra 1) dari Rp11.700 per kg menjadi Rp11.900 per kg.
- Minyak goreng dari Rp11.500 per liter menjadi Rp12.100 per liter.
- Cabai merah besar (cabai TW) dari Rp35.200 per kg menjadi Rp35.500 per kg.
- Cabai rawit merah dari Rp26.500 per kg menjadi Rp26.800 per kg.
- Bawang merah dari Rp28.000 per kg menjadi Rp28.100 per kg.
- Ayam dari Rp32.500 per kg menjadi Rp32.800 per kg.
- Telur ayam ras dari Rp23.500 per kg menjadi Rp23.800 per kg.
“Daging sapi relatif lebih terjaga Rp120 ribu per kg. Daging bagus paha belakang Rp125 ribu per kg. Tapi, kalau daging semur yang murni Rp117-118 ribu,” sebutnya.
Sementara itu, ia mengatakan untuk gula cenderung mengalami kenaikan lebih intens, dibandingkan bapok pangan lainnya. Pada Minggu (10/12/2017) harga gula sekitar Rp12.800, saat ini Rp13.500.
“Naik terus dua hari sekali. Kenaikannya lebih tinggi sedikit dibandingkan yang lain. Gula ini pasokan enggak begitu bagus di pasar,” kata Abdullah.
Sementara itu, ia menerangkan bahwa permintaan bapok untuk Natal dan Tahun Baru memang relatif tidak tinggi, dibandingkan pada musim Ramadan dan Lebaran. Pada Natal dan Tahun Baru kenaikannya sekitar 30 persen, sedangkan pada Ramadan dan Lebaran bisa 50-100 persen.
“Kalau harga relatif susah kami prediksi karena ada faktor cuaca, kelancaran distribusi. Itu yang kami enggak bisa diprediksi,” ungkapnya.
Abdullah mengatakan bahwa kenaikan permintaan yang kemudian bisa diikuti oleh harga, merupakan siklus tahunan menyambut Natal dan Tahun Baru. Termasuk kondisi cuacanya yang dapat mempengaruhi ketersediaan pasokan dan menggoyang harga.
“Tahun kemarin masih ada banjir, tanah longsor,” tambahnya.
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Yuliana Ratnasari