tirto.id - John Mayer dalam rangkaian World Tour 2019 akan melakukan konser di Jakara pada 5 April 2019 mendatang. Konser akan digelar di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD Tangerang.
Sepanjang karir bermusiknya, oleh Rolling Stone Mayer pernah dijuluki sebagai “New Guitar Gods”, meraih penghargaan Grammy sebanyak tujuh kali, Best Male Pop Vocal, Best Solo Rock Vocal Performance, dan lain-lainnya. Beragam lagu juga telah ia ciptakan.
Di tengah berbagai prestasi John Mayer, ternyata dia memiliki ambisi dan idealisme dalam bermusik. Melansir Billboard, dia punya niatan untuk membawa kembali kesejatian musik.
Cara yang dilakukan Mayer untuk mewujudkan ambisinya itu dengan memusatkan dirinya pada energi kreatif dengan seniman lain.
Dia pernah bergabung dengan grup Dead & Company yang terdiri dari musisi-musisi Bob Weir, Mickey Hart, Bill Kreutzmann, Oteil Burbridge, dan Jeff Chimenti.
Dia juga pernah rekaman dan tampil dengan beberapa artis, termasuk Frank Ocean, Ed Sheeran, Shawn Mendes, dan Travis Scott.
Musisi-musisi lain yang akrab dengannya, di antaranya Eric Clapton, Stevie Wonder, dan Buddy Guy.
“Saya hanya sangat gila berpartisipasi,” jelas Mayer seperti dikutip Billboard. Dengan berpartisipasi Mayer tidak berusaha menyedot perhatian siapa pun. Dia dianggap kawan-kawannya sebagai pembawa energi psikadelis.
“Pengalaman paling dinamis dan kreatif adalah saat para musisi membuat album pertama, kedua dan ketiga mereka. Di situlah lahar panas, dan saya senang berada di sana.”
Ambisi Mayer juga ingin mengembalikan peran penyanyi-penulis lagu sebagai pencari kebenaran yang memimpin pemikiran dan menjadi panduan moral. Baginya, perubahan besar bisa datang dari sana.
Billboard menulis ketika membuat lagu tidak hanya mengandalkan kemampuan gitarnya yang memukau atau blues-nya yang bonafid, tapi dia juga menyusun lirik yang mudah dingat, berbunyi spesifik, dan dapat berdering secara universal.
Misal di lagu “Daughters” merupakan lagu yang intim tentang seorang anak perempuan dengan ayahnya.
“Saya ingin membuat musik untuk sebuah komunitas,” kata Mayer.
Ada dua alasan utama bagi Mayer mengapa dibutuhkan penyanyi-penulis lagu. Pertama, media sosial dan polarisasi politik memicu rasa sakit dan kesedihan yang luar biasa. Kedua, musik telah menjadi ‘sangat dangkal’, musisi terlalu berfokus untuk menjadi ‘wow’.
“Ini [karya musik] adalah kerajinan tangan. Itulah yang memungkinkan Anda mendengar sesuatu berulang-ulang, alih-alih mendengarkan satu kali,” ucap Mayer.
Menurut Mayer, dunia musik berubah setiap empat minggu, bahkan tiga minggu. "Jadi, jika Anda tidak mengeluarkan lagu dalam waktu sebulan setelah Anda menulisnya, Anda mungkin ketinggalan.”
Sementara itu, Steve Baltin penulis yang fokus pada isu-isu musik sebagaimana opininya yang ditulis di Forbes mengisahkan sebuah konser Mayer pada 21 April 2017 lalu di Los Angeles.
Mayer memainkan konser selama lebih dari 2 jam untuk 17.000 fansnya. Dalam konser itu Mayer memperlihatkan sesi konser akustiknya dan mengucapkan terima kasih pada penggemarnya.
“Memberiku kebebasan untuk membuat musik yang tidak lengkap dengan orang manapun,” ujar Mayer pada kerumunan penonton.
Awalnya, Mayer terkenal ketika tampil di bandara. Wajahnya juga sering muncul di majalah yang menghiasi toko-toko souvenir di bandara. Dia berbicara sebenarnya dia tidak ingin terkenal seperti sekarang.
“Pikiran musik yang tajam lebih penting, realitasnya Mayer sangat berbakat dalam musik. Mustahil untuk tidak berhasil,” tulis Steve.
Meski sebenarnya, Mayer cukup puas menjadi superstar yang terlupakan bagi sebagian besar penggemar musik.
Pesan Mayer, "Anda belum selesai ketika hanya mengatakan hal yang paling mengejutkan. Anda sudah selesai ketika hal yang paling mengejutkan tersebut membuat mata bergoncang.”
Editor: Yandri Daniel Damaledo