Menuju konten utama

Jangan Mencari Dory

Kesuksesan film Finding Nemo membuat banyak orang benar-benar ingin menemukan Nemo dan menjadikannya peliharaan. Populasi Nemo di kehidupan nyata terancam. Tahun ini, sekuel Finding Nemo yang berjudul Finding Dory dirilis. Para aktivis bergegas melakukan kampanye agar Dory tak bernasib sama seperti Nemo.

Jangan Mencari Dory
Finding Dory. Foto/www.pixar.com

tirto.id - Nemo dan Dory hanyalah nama fiktif belaka. Di dunia nyata, Nemo adalah jenis ikan clownfish dan Dory bukanlah jenis ikan dori yang biasa disantap di restoran. Dory dalam Finding Dory menjadi nama tokoh jenis ikan blue tang. Tentu saja keduanya tak bisa bicara bahasa manusia.

Tahun 2003, film Finding Nemo dirilis. Kesuksesan film animasi ini meraup pendapatan senilai $936,7 juta di seluruh dunia. Jika dirupiahkan dengan nilai tukar tahun itu, nilainya berada di kisaran Rp8 triliun. Padahal ongkos pembuatannya hanya $94 juta. Walt Disney Pictures dan Pixar Animation Studios untung besar.

Finding Nemo bercerita tentang usaha keras Nemo untuk bertemu kembali dengan keluarganya. Dikisahkan, Nemo terpisah dari keluarganya. Ia diambil manusia dari laut dan dimasukkan dalam sebuah akuarium. Film berdurasi 100 menit itu berisi perjuangan Nemo untuk bisa keluar dari akuarium itu dan kembali ke laut.

Sayangnya, pesan tentang konservasi dalam film itu memberi dampak yang tak sejalan. Alih-alih meyakini bahwa tempat paling baik buat clownfish adalah di habitatnya di laut, banyak orang malah mengagumi ikan itu dan memilih untuk memeliharanya di akuarium.

Menurut laporan The Saving Conservation Nemo Fund, sebanyak satu juta clownfish diambil dari habitatnya di karang-karang untuk dipindahkan ke akuarium setiap tahunnya. Penjualan ikan jenis ini juga tercatat meningkat hingga 40 persen. Ini tentu mengancam populasi dan habitatnya.

Di Indonesia, clownfish ini sering disebut ikan badut. Hanya saja setelah ada film Finding Nemo, orang-orang lebih sering menyebutnya nemo. Ia adalah jenis ikan yang hidup di air asin. Populasinya tersebar di Samudera Pasifik, Laut Merah, dan Samudera Hindia. Clownfish biasanya hidup di perairan jernih yang hangat, dekat dengan terumbu karang dengan kedalaman kurang dari 50 meter. Di Indonesia, populasinya bisa dijumpai di Kepulauan Pahawang, Lampung.

Di laut, ikan badut bisanya hidup di dekan anemon. Anemon adalah binatang invertebrata yang tak punya tulang belakang ataupun skeleton pada seluruh tubuhnya. Anemon tampak seperti bunga, padahal sejatinya ia adalah hewan predator. Tubuhnya radial simetrik, columnar dan memiliki satu lubang mulut yang dikelilingi tentakel.

Ikan badut atau clownfish atau nemo membutuhkan anemon, pun sebaliknya. Anemon menjadi tempat berlindung bagi ikan badut. Sebagai imbalannya, ia akan menangkal ikan kupu-kupu yang suka memakan anemon. Ikan badut pun akan memakan invertebrata kecil yang merupakan parasit dan melekat pada tentakel anemon. Sebaliknya, kotoran ikan badut adalah nutrisi bagi anemon. Hubungan antara keduanya adalah sebuah simbiosis mutualisme.

Maka ketika populasi ikan badut terancam, terancam pula lah keberlangsungan anemon. Siapa yang akan melindungi anemon dari ikan kupu-kupu?

Finding Dory

Pada 16 Juni lalu, Finding Dory dirilis. Film ini berkisah tentang seekor ikan bernama Dory yang memiliki kebiasaan aneh dan juga pelupa. Dalam setiap tidurnya, Dory sering berenang tanpa sadar. Suatu hari, Dory tiba-tiba teringat rumah dan keluarganya. Ia pun bertekad untuk mencari rumahnya.

Tak kalah dengan pendahulunya, film ini juga sukses mengantongi $398,2 juta dalam waktu hanya sepuluh hari tayang. Pendapatan itu telah melewati ongkos produksinya yang mencapai Rp200 juta. Kini, tak hanya Nemo yang populer, Dory menambah daftar jenis ikan yang disukai anak-anak.

Kekhawatiran akan nasib buruk yang menimpa populasi Dory atau blue tang atau ikan tang biru di dunia nyata pun muncul. Sejumlah kampanye bertajuk Don't Find a Dory atau Jangan Temukan Dory lewat media sosial mulai digencarkan para aktivis konservasi. Pesan mereka jelas, cukup tonton saja filmnya, tak perlu membeli atau memelihara seekor blue tang.

Populasi ikan blue tang lebih rentan dibandingkan ikan badut. Mereka bereproduksi dengan melepaskan telur dan sperma di laut. Proses ini tak dapat dilakukan di dalam akuarium ataupun laboratorium. Berbeda dengan ikan badut yang masih bisa hidup dan bereproduksi dalam akuarium atau budidaya. Ini artinya, setiap ikan tang yang ada di toko ikan atau akuarium seorang teman, adalah ikan yang diambil dari alam liar, bukan budidaya atau penangkaran.

Direktur Saving Nemo Karen Burke da Silva mengatakan saat ini tujuh dari 23 spesies ikan badut sudah bisa dibudidayakan di Australia. Tetapi tidak dengan blue tang. “Banyak orang tidak tahu bahwa 90 persen spesies air laut yang kini hidup dalam akuarium justru diambil langsung dari alam liar,” katanya dalam laman resmi Saving Nemo.

Karen memperkirakan, saat ini sebanyak 400.000 ikan blue tang dijadikan koleksi atau hewan peliharaan setiap tahunnya. Jika demam akan Dory tak dibendung, maka bisa jadi jumlahnya terus bertambah.

Mencintai Nemo atau Dory harusnya diwujudkan dengan membiarkan mereka hidup damai di habitatnya, bukan mengurungnya dalam akuarium kecil, sendirian, tanpa teman.

Baca juga artikel terkait KONSERVASI LAUT atau tulisan lainnya dari Wan Ulfa Nur Zuhra

tirto.id - Humaniora
Reporter: Wan Ulfa Nur Zuhra
Penulis: Wan Ulfa Nur Zuhra
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti