Menuju konten utama

Inilah MOAB, Bom yang Dijatuhkan AS di Afganistan

Nama resmi bom yang disebut induk dari segala bom ini adalah Guided Bomb Unit-43/B Massive Ordnance Air Blast Bomb (MOAB). Ia digadang-gadang sebagai senjata non-nuklir paling kuat di gudang senjata Amerika.

Inilah MOAB, Bom yang Dijatuhkan AS di Afganistan
Ilustrasi gambar 3D Mother of All Bombs (MOAB). FOTO/crypticimages.

tirto.id - “Kami mempunyai tentara militer terhebat di dunia. Itu adalah misi yang sangat, sangat berhasil,” kata Presiden Donald Trump mengomentari perintahnya yang membuat satu distrik di Afganistan terbakar beberapa hari lalu, 13 April 2017.

Daerah target bom adalah di sejumlah kompleks terowongan dan gua di wilayah terpencil di Distrik Achin, provinsi Nangarhar, timur Afganistan, dekat perbatasan Pakistan. Militer AS mengklaim lokasi tersebut merupakan basis ISIS di Afganistan.

Dua hari setelahnya, juru bicara militer Afganistan menyatakan bahwa serangan tersebut menewaskan 94 anggota ISIS, termasuk empat komandannya. Diterbangkan oleh pesawat C-130 Hercules Military transport, bom ini meledak di atas permukaan tanah dengan radius 1 mil atau sekitar 1,6 km.

Induk dari Segala Bom

Bom berdaya ledak besar yang dijatuhkan di Afganistan itu biasa disebut MOAB alias Mother of All Bombs. Nama resminya Guided Bomb Unit-43/B Massive Ordnance Air Blast Bomb (MOAB), atau, dalam bahasa Indonesia: Unit Bom Kendali-43/B Bom Artileri Udara Berdaya Ledak Besar. Huruf B dalam nama bom tersebut menunjukkan fungsinya sebagai bom, sedangkan angka 43 adalah nomor seri bom AS.

Senjata ini dikembangkan oleh Albert L. Weimorts, Jr. dari Air Force Research Laboratory. Di masa pengembangannya, bom ini digadang-gadang sebagai senjata non-nuklir paling kuat di gudang senjata Amerika.

Menurut Global Security, MOAB pertama kali diuji coba pada 11 Maret 2003 di Eglin Air Force Base di Florida, dan diuji coba lagi pada 21 November 2003. Sejak saat itu, 15 MOAB diproduksi oleh McAlester Army Ammunition Plant di McAlester, Oklahoma.

Namun, keduanya barulah uji coba. Ledakan di Afganistan kemarin adalah debut MOAB dipakai dalam serangan militer. Seperti dilansir The Intercept, mantan pejabat militer AS yang bertugas di pemerintahan George W. Bush, Marc Garlasco, menyatakan AS sebelumnya tidak menggunakan MOAB karena penggunaannya dikhawatirkan melukai dan membunuh warga sipil.

Dengan massa sebesar 9.797 kg, panjang 30 kaki, dan diameter 40,5 inci, MOAB berukuran dua kali lebih besar dibanding ukuran bom atom yang menghancurkan kota Hiroshima. Berdasarkan namanya, MOAB merupakan senjata yang dapat dikendalikan dan ditembakkan dari udara ke darat dengan daya ledak besar.

MOAB dilengkapi dengan GPS seberat 10 ribu kg dan diisi dengan 8.500 kg bahan peledak berjenis H6. Bahan peledak jenis ini adalah campuran RDX/cyclotrimethylene trinitramine, TNT, dan aluminium. Menurut Arm Chair General, tidak seperti kebanyakan bom yang lain yang efek utamanya adalah pecahan baja, MOAB dirancang untuk menghasilkan peledak dengan gelombang kejutan dan menghasilkan ledakan sebanyak mungkin.

Bom ini cocok dipakai untuk menghancurkan kompleks terowongan. Gelombang tekanan yang disebabkan ledakannya, selain menyebabkan cedera dan kematian, juga bisa meruntuhkan terowongan bawah tanah. Serangan bom yang menghancurkan terowongan ini mencerminkan sifat AS yang selalu dinamis.

Selama bertahun-tahun, AS di Afganistan kerap menjatuhkan bom-bom di terowongan yang diyakini sebagai tempat persembunyian Taliban dan Al Qaeda. Aksi ini juga ditujukan untuk menakut-nakuti mereka agar tidak menggali terowongan baru.

Menanggapi senjata baru AS ini, mantan presiden Afganistan Hamid Karzai menyatakan bahwa pengeboman itu bukan perang melawan teroris, tetapi juga pengingkaran terhadap kemanusiaan.

“Dan yang paling brutal adalah, negara kami digunakan sebagai pengujian daras untuk senjata baru yang berbahaya itu,” tulis Karza di Twitter.

Menurut pernyataan militer AS di Afganistan, ledakan di distrik Achin, provinsi Nangarhar tersebut memakan biaya $16 juta, sedangkan biaya pengembangan MOAB sebesar $300 juta.

Infografik Guided Bomb Unit 43 B

Bussiness Insider menyebutkan di luar MOAB GBU-43, AS juga telah memproduksi GBU-57/B Massive Ordnance Penetrator (MOP), yang mampu menampung bahan peledak dua kali lebih banyak dibanding MOAB.

Sebelumnya, pada 2007, militer Rusia mengumumkan senjata tandingan MOAB yang mereka sebut sebagai The Father of All Bombs. Militer Rusia mengklaim senjata ini empat kali lebih kuat dibanding MOAB. Bom tersebut dilaporkan mengandung bahan peledak ‘thermobaric’ sebesar 7,8 ton. Suhu pada pusat ledakan dilaporkan lebih tinggi dua kali lipat.

Sebutan ‘Mother of All Bombs’ untuk Guided Bomb Unit-43/B Massive Ordnance Air Blast Bomb mendapat beberapa tanggapan di media sosial. Eric Stoller, seorang penulis di HigherEd menulis di Twitternya bahwa terlalu aneh memanggil sebuah senjata pembunuh dengan sebutan ‘Mother’. Mother of All Bombs melambangkan patriarki yang mematikan.

Pengguna Twitter lain menyebutkan bahwa serangan tersebut merupakan rancangan penindasan berbasis patriarki oleh orang kulit putih, “Kita tidak harus menggunakan kata “mother’, itu seksis sekali,” tulis mereka. Beberapa dari mereka menulis yang ditujukan langsung kepada BBC untuk berhenti menggunakan istilah “Mother of All Bombs” dalam pemberitaannya.

Tentu saja, seruan untuk menghentikan penggunaan senjata pemusnah massal yang bisa membunuh warga sipil adalah hal yang lebih utama ketimbang seruan untuk meributkan nama dan sebutannya.

Baca juga artikel terkait BOM atau tulisan lainnya dari Yulaika Ramadhani

tirto.id - Politik
Reporter: Yulaika Ramadhani
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Maulida Sri Handayani