Menuju konten utama

Inggris Lolos 8 Besar Euro 2020: Football's Coming Home?

'Football's Coming Home' akan terus bergema dan semakin nyaring setelah Inggris menang lawan Jerman.

Inggris Lolos 8 Besar Euro 2020: Football's Coming Home?
Sepak Bola - Euro 2020 - Babak 16 Besar - Inggris v Jerman - Stadion Wembley, London, Inggris - 29 Juni 2021 Pemain Inggris Harry Kane merayakan mencetak gol kedua mereka. ANTARA FOTO/Catherine Ivill/Pool via REUTERS/wsj.

tirto.id - "Es kommt nach hause..."

Demikian cuit akun resmi tim nasional sepak bola Jerman usai memastikan lolos ke babak 16 besar Euro 2020 dan mendapati lawan yang bakal dihadapi adalah Inggris. Kalimat yang sama dalam bahasa Inggris barangkali lebih familier di telinga kita: "It's coming home."

Tapi sepak bola tak kembali ke Jerman. Mereka keok 0-2 tadi malam (30/6/2021) di Stadion Wembley. waktu Indonesia.

Rivalitas Lawas

It's coming home

It's coming home

It's coming

Football's coming home

Demikian penggalan lagu yang aslinya berjudul 'Three Lions'--yang liriknya ditulis dan direkam oleh dua komedian, David Baddiel dan Frank Skinner, dengan musik yang diaransemen oleh Ian Broudie dari The Lightning Seeds. Lagu ini dikumandangkan sebagai 'seruan perang' yang mengiringi timnas Inggris di Piala Dunia 2018 oleh para suporter yang mendatangi Rusia, fans di berbagai platform media sosial, juga dalam laporan-laporan--yang biasanya diglorifikasi--media massa.

Lagu itu sebetulnya sudah menjadi anthem tak resmi timnas Inggris sejak Euro 1996 yang digelar di kandang mereka. The Football Association (FA) sendiri yang meminta Baddiel dan Skinner untuk menulisnya.

Menariknya para suporter Jerman juga mengadopsi lagu itu dalam turnamen tersebut, dimulai ketika laga semifinal melawan Inggris. "Seluruh stadion menyanyikan 'Football's Coming Home'. Itu membuatmu merinding. Tidak masalah apakah Anda orang Inggris atau Jerman. Itu tak terlupakan," kata kapten Jerman kala itu, Jürgen Klinsmann, yang harus menonton kawan-kawannya bertanding dari tribun akibat cedera. "Kami menyanyikannya di balkon di Frankfurt setelah final dan penonton tidak begitu paham, tapi setelah itu lagu tersebut menjadi sangat populer di Jerman."

Jerman berhasil mengalahkan sang rival di kandangnya, Stadion Wembley, melaju ke final, lantas mengalahkan Republik Ceko dan meraih gelar Euro yang ketiga. Es kommt nach Hause!

Sebelum laga 16 besar Euro 2020 digelar, Jerman dan Inggris sudah bertarung dalam laga resmi sebanyak 32 kali. Jerman unggul di 15 laga, empat laga berakhir imbang, dan Inggris memenangkan sisanya.

Sekilas kedua negara tampak imbang. Namun sesungguhnya angin lebih mengarah ke Jerman. Setelah menjuarai Piala Dunia 1966, Inggris selalu takluk di tangan Die Mannschaft di babak knockout turnamen besar--empat kali. Jerman bahkan tak terkalahkan dalam tujuh pertandingan terakhir di Wembley.

Jerman tiba di babak 16 besar sebagai peringkat kedua di grup F atau 'grup neraka' yang berisi juara bertahan Portugal dan juara dunia Perancis. Sedangkan Inggris, selain lolos dengan status juara di grup B, adalah satu-satunya tim yang belum kebobolan (setelah gawang Italia dibobol Austria di 16 besar).

Pers Inggris, yang terkenal andal dalam urusan membesar-besarkan performa timnas mereka, memberi tempat sakral untuk laga ini. Mereka menyebutnya sebagai 'rivalitas lawas' atau laga penuh dendam. Sebaliknya, mengingat rekor pertemuan sejauh ini, para pengamat dan pemain Jerman memandang laga ini tak ubahnya perayaan. Italia, yang bertemu dengan Jerman di sembilan final, bahkan Perancis dan Belanda, ada di deretan teratas tim yang sangat ingin dikalahkan. Tim-tim ini yang oleh Jerman lebih pantas dianggap seteru abadi.

Lain Cerita di Wembley Kini

Banyak perubahan sejak pertemuan terakhir kedua tim di Piala Dunia 2010 lalu, yang berakhir dengan kemenangan telak 4-1 untuk Jerman.

Pelatih Inggris saat ini, Gareth Southgate, tak lagi pusing apakah memasang antara Frank Lampard dan Steven Gerrard atau memainkan keduanya, sedangkan Jerman untuk pertama kalinya tampil di turnamen besar tanpa striker-striker haus gol seperti Miroslav Klose atau Mario Gómez.

Di media sosial, para suporter ramai-ramai menekan Southgate untuk memberikan kesempatan bermain lebih untuk nama-nama seperti Jadon Sancho dan Jack Grealish. Skema tiga bek pun dipertanyakan.

Suasana panas pun terjadi beberapa saat sebelum pertandingan. 'Ten German Bombers' dinyanyikan para fans Inggris di luar stadion. Lagu yang dianggap FA "racially offensive" ini mulanya dinyanyikan oleh anak-anak Inggris semasa Perang Dunia II. Sementara di dalam stadion yang terisi 50% kapasitasnya (tetapi tampak jauh lebih padat), para suporter tuan rumah mencemooh lagu kebangsaan Jerman. Setelah seluruh pemain berlutut sebelum laga dimulai--wujud solidaritas untuk isu rasisme, cemoohan di stadion terdengar lagi.

Laga yang bisa dibilang ajang pembalasan Inggris pun dimulai. Jerman lebih banyak menguasai bola pada menit-menit awal, namun Inggris lebih dulu mendapatkan peluang berbahaya melalui tendangan jarak jauh melengkung Raheem Sterling pada menit ke-15. The Three Lions mendapatkan momentum; mereka terus menekan.

Bola lebih banyak bergulir di sisi kiri Inggris yang dimotori Sterling dan Luke Shaw, (atau sisi kanan Jerman yang diisi Matthias Ginter dan Joshua Kimmich). Inggris menempatkan beberapa pemain sekaligus di titik tersebut demi mengurai penjagaan ketat terhadap striker Harry Kane, yang nyaris tidak mendapatkan kesempatan menyentuh bola.

Baik Kimmich maupun Robin Gosens, dua bek sayap agresif Jerman, dipaksa lebih banyak bertahan demi menjaga lini pertahanan mereka yang terus ditekan. Kendati demikian, Jerman bukannya tanpa peluang. Memasuki setengah jam pertandingan, striker Timo Werner berhasil lolos dari kawalan. Sayang tembakannya masih bisa diblok kiper Jordan Pickford.

Babak pertama ditutup dengan peluang emas Kane yang menyambut bola liar tapi masih bisa digagalkan Jerman. Skor masih 0-0. Penguasaan bola Inggris 53%, padahal Jerman biasanya tampil dominan.

Babak kedua dibuka dengan tendangan voli Kai Havertz yang masih bisa ditepis Pickford. Selebihnya, serangan kedua tim buntu.

Pada menit ke-68 pelatih Jerman Joachim Löw memasukkan Serge Gnabry untuk menggantikan Werner--Jerman kembali bermain tanpa striker murni. Pada saat yang bersamaan, Southgate memasukkan Jack Grealish menggantikan Bukayo Saka.

Enam menit kemudian, tembang Seven Nation Army milik The White Stripes berkumandang. Lagu itu bergemuruh usai Sterling menceploskan bola ke gawang Manuel Neuer berkat pertukaran bola apik di sisi kiri yang melibatkan Grealish si pemain pengganti dan Shaw. Inggris 1, Jerman 0.

Jerman mulai tersadar. Untuk beberapa detik, sejarah yang memihak mereka tampak bakal terulang ketika Thomas Müller berlari menerobos pertahanan Inggris. Tetapi tendangan sang Raumdeuter melebar. Penonton bersorak.

Alih-alih bermain aman, Inggris terus menyerbu pertahanan Jerman. Menit ke-85, umpan silang matang dari Grealish berhasil disundul dengan mudah oleh Kane menuju jala gawang Neuer. 2-0.

Löw merespons dengan memasukkan lebih banyak pemain menyerang, Leroy Sané dan pemain muda yang pernah memperkuat tim Inggris junior, Jamal Musiala.

Infografik Its Coming Home

Infografik Its Coming Home

Namun semua sudah terlambat. Sang spesialis turnamen itu harus tersingkir lebih awal. Dengan hasil ini, di masa depan, Jerman barangkali akan lebih memperhitungkan Inggris sebagai rival serius.

Permainan tanpa arah Jerman yang menatap laga ini bak perayaan dihukum kegigihan dan kesolidan anak-anak asuhan Southgate. Pada pertandingan ke-300 di Wembley, Inggris lolos ke delapan besar sekalian menuntaskan dendam.

Laga yang diselenggarakan 4 Juli nanti bakal mempertemukan Inggris dengan Ukraina di lokasi netral, Stadio Olimpico, Roma, Italia. Jika lolos semifinal, Inggris akan kembali ke Wembley. Jika berhasil masuk final, pertandingannya pun akan digelar di tempat tersebut. Sebuah keuntungan yang teramat ingin dicicipi Kane dkk.

Pada saat yang sama ketika pemain Inggris berkeliling lapangan untuk memberi aplaus untuk para suporter di Wembley, tagar #ItsComingHome memuncaki trending topic worldwide di Twitter.

Dengan kemenangan ini pula untuk sekarang hingga setidaknya beberapa hari ke depan keriuhan 'Football's Coming Home' akan terus bergema di udara.

Baca juga artikel terkait EURO 2020 atau tulisan lainnya dari R. A. Benjamin

tirto.id - Olahraga
Penulis: R. A. Benjamin
Editor: Rio Apinino