tirto.id - Inggris sedang menghadapi resesi dan masalah penurunan standar hidup terbesar dalam catatan. Hal itu diakibatkan melonjaknya biaya hidup yang banyak menghabiskan gaji orang-orang.
Seperti diberitakan BBC pada Sabtu, 19 November 2022, analis pemerintah mengatakan, pendapatan rumah tangga akan turun sebesar 7 persen dalam beberapa tahun ke depan.
Bahkan, diprediksikan, jumlah orang yang menganggur akan meningkat lebih dari setengah juta orang atau 500 ribu orang.
Direktur lembaga pemikir Institute for Fiscal Studies, Paul Johnson mengatakan, lonjakan harga energi global telah membuat Inggris menjadi negara yang lebih miskin.
Berdasarkan perkiraan Office for Budget Responsibility (OBR), kata dia, dua tahun ke depan pendapatan rumah tangga akan mengalami penurunan terbesar. Selain itu, tagihan energi dan makanan juga melonjak karena perang Rusia-Ukraina dan pandemi.
Menteri Keuangan Inggris, Jeremy Hunt mengatakan, kenaikan pajak sebesar £55 miliar dan pemotongan pengeluaran akan menyebabkan "penurunan yang lebih dangkal" dengan lebih sedikit pekerjaan yang hilang.
Analis mengatakan kenaikan harga kemungkinan akan mencapai puncaknya sebesar 11 persen dalam tiga bulan terakhir tahun ini, sebagian besar berkat skema jaminan harga energi pemerintah yang membatasi tagihan.
Namun, inflasi masih akan "mengikis upah riil dan menurunkan standar hidup" tahun ini dengan selisih terbesar sejak tahun 1956.
Sementara itu, The Guardian melaporkan, Inggris sudah jatuh ke dalam resesi dan diprediksi akan berlangsung lebih dari satu tahun.
Office for Budget Responsibility (OBR) mengatakan, akan terjadi penurunan standar hidup terbesar karena inflasi akan mendorong ekonomi jatuh ke dalam resesi.
OBR mengatakan, perekonomian akan menyusut sebesar 2 persen dan akan meningkatkan angka pengangguran sebesar 505.000 pada paruh kedua tahun 2024.
"Prospek fiskal jangka menengah telah memburuk secara material sejak perkiraan kami pada Maret karena ekonomi yang lebih lemah, suku bunga yang lebih tinggi, dan inflasi yang lebih tinggi," kata OBR.
Diperkirakan, pada tahun 2024, harga rumah akan turun sebesar 9 persen, sementara tingkat bunga rata-rata utang hipotek akan mencapai puncaknya di angka 5 persen. Tingkat pengangguran juga akan mencapai puncaknya pada paruh kedua tahun 2024.
Inggris sudah dilanda krisis ekonomi yang cukup parah sejak awal November 2022 lalu, bahkan berdampak pada inflasi dan melambungnya harga pangan karena biaya hidup yang tinggi.
The Guardian memberitakan, inflasi harga pangan Inggris melambung tinggi dengan kenaikan tahunan sebesar 11,6 persen pada Oktober lalu. Bahan pokok yang naik antara lain: teh celup, susu dan gula serta makanan segar.
Kenaikan harga makanan segar pada bulan Oktober sebesar 13,3 YoY, sedangkan bulan September sebesar 12,1 persen. Sedangkan inflasi non-makanan naik dari 3,3 persen (September) menjadi 4,1 persen (Oktober).
Editor: Iswara N Raditya