tirto.id - Sejak diluncurkannya pertama kali di Indonesia pada Maret 2016 lalu, layanan musik streaming Spotify mengalami perkembangan pesat. Tanpa membutuhkan waktu lama, perusahaan asal Swedia ini mampu menyapa banyak pendengar di Indonesia. Dalam waktu tiga bulan saja, pengguna di Indonesia untuk layanan ini telah menghabiskan waktu kurang lebih 1.165 miliar menit. Angka yang cukup sukses untuk ukuran layanan streaming.
Dari banyak pengguna di Indonesia, rata-rata dari mereka menghabiskan 90 menit per hari guna mendengarkan berbagai macam musik di Spotify, sebagian besar dari mereka biasanya akan mendengarkan pada pukul 12.00-16.00 WIB dan pukul 20.00-23.00 WIB.
Terkait dengan perkembangan itu, Managing Director Spotify Asia, Sunita Kaur, mengatakan: "Indonesia merupakan salah satu negara dengan perkembangan tercepat untuk Spotify di Asia Tenggara," katanya dikutip dari Antara.
Tidak hanya itu saja, Spotify juga berhasil melacak aktivitas pendengar musik di Indonesia dengan membaginya menjadi 5 kelompok kategori yakni: The Early Birds, The Busy Bees, The Midday Zombies, The Night Riders dan The Dream Chasers.
Untuk kategori The Early Birds adalah mereka yang biasa mendengarkan musik sebelum beraktivitas, tepatnya saat bangun pagi. Orang-orang dalam kategori ini biasanya akan menjadikan musik sebagai pendorong stamina sebelum benar-benar terbangun dan memulai aktivitas.
Sementara The Busy Bees adalah mereka yang mendengarkan musik pada pukul 09.00 pagi karena tuntutan sekolah maupun pekerjaan. The Midday Zombies adalah mereka yang mendengarkan musik pada siang bolong. The Night Riders adalah mereka yang mendengarkan musik untuk menjalani aktivitas pribadi di malam hari dan The Dream Chasers adalah mereka yang mendengarkan musik untuk istirahat di malam hari.
Beberapa daftar putar yang paling sering didengarkan pengguna Indonesia adalah beberapa Top Hits Indonesia (lagu-lagu hits Indonesia), Kopikustik (koleksi lagu akustik yang inspiratif), dan Generasi Galau (lagu-lagu galau yang menyayat hati). Selain itu, genre favorit pengguna spotify di Indonesia adalah jazz, Electronic Dance Music (EDM) dan indie: "Orang Indonesia sangat mencintai musik mereka, khususnya apabila tersedia dalam sebuah layanan yang dapat menghubungkan publik dan komunitas secara bersamaan," kata Sunita.
Keunggulan Spotify dibanding musik streaming lainnya adalah fitur Discover Weekly, fitur ini dapat memberikan rekomendasi musik bagi pendengar selama dua jam penuh, artinya fitur tersebut telah dikurasi secara khusus dan akan diperbarui dengan musik baru setiap minggunya. Jadi para pendengar juga direkomendasikan terhadap jenis musik tertentu yang sesuai dengan keinginan mereka.
Secara keseluruhan, Spotify beroperasi di bawah model bisnis freemium, dengan dua model streaming musik: Spotify Gratis (160kbit/s) dan Spotify Premium (hingga 320kbit/s). Selain perbedaan kualitas audio, pelanggan premium juga tidak akan terganggu dengan adanya iklan dan memungkinkan pendengar untuk mendownload musik dan mendengarkannya secara offline.
Sebelum hadir di Indonsia, Spotify telah lebih dulu hadir di Singapura, Malaysia, serta Filipina dan kini juga merambah ke Jepang. Terkait dengan alasan lebih dulunya negara-negara asia dibanding Indonesia, Sunita Kaur mengatakan kepada Tirto: “Kita launching di Malaysia, Hong Kong, dan Singapura dulu karena soal hak cipta yang lebih mudah. Tapi hal penting lain yang harus diingat adalah, saat bicara localizing untuk negara seperti Singapura lebih mudah. Karena negara itu berbicara Bahasa Inggris, dan tingginya penetrasi kartu kredit. Itu modal awal kami.”
Untuk di Indonesia Spotify premium bisa didapatkan dengan harga Rp14.990 per tiga bulan, sementara di Jepang 980 yen/bulan, di Singapura ditawarkan dengan harga $9,99 atau sekitar Rp97 ribuan, di Amerika biaya berlangganan Spotify Premium dipatok di harga $9,99 per bulan atau sekitar Rp130 ribuan. Untuk pengguna Malaysia, Spotify Premium ditawarkan pada harga awal RM 14.90 sebulan turun menjadi RM 2 selama 3 bulan.
Selain negara-negara di atas, layanan streaming musik asal Swedia itu kini telah hadir di 60 negara, di antaranya Argentina, Austria, Australia, Belgia, Brasil, Kanada, Denmark, Finlandia, Prancis, Jerman, Yunani, Hongkong, Irlandia, Italia, Belanda, Spanyol, Swedia, Swiss, Taiwan, Turki, Inggris dan Amerika Serikat.
Menilik Untung dan Rugi Spotify
Meskipun telah berhasil melakukan ekspansi ke berbagai negara, Spotify mengaku bahwa mereka belum mendapatkan keuntungan dari kerja kerasnya. Ketika pertama kali diluncurkan pada 7 Oktober 2008, perusahaan yang didirikan oleh Daniel EK ini mengaku rugi $31,8 juta pada tahun 2008.
Menurut laporan Music Business Worldwide, tahun 2015 lalu, total pendapatan spotify mencapai $2 miliar. Namun, perusahaan ini tetap tidak mendapat untung dan mendapat kerugian yang meningkat dari $181 juta menjadi $193 juta.
Meski demikian, dalam pengajuan pendanaan di Luksemburg, Spotify mengatakan kepada investor bahwa dalam banyak hal, tahun 2015 adalah tahun terbaik yang pernah dilalui perusahaan. Perusahaan ini juga mengalami dua kali peningkatan pendapatan melalui iklan dalam 12 bulan yakni senilai $219 juta.
Sementara pembayaran Spotify untuk industri musik (dikategorikan sebagai 'royalti, distribusi dan biaya lain) pada tahun 2015 mencapai $1,83 miliar. Hal ini berarti 84 persen total pendapatan mereka keluar untuk industri musik.
Total basis pengguna Spotify meningkat dari 60 juta pada akhir tahun 2014 juga menjadi 89 juta pada akhir 2015. Pada bulan Maret 2016, Chief Executive Daniel Ek mengatakan Spotify memiliki 30 juta pelanggan musik yang berbayar. Kebanyakan orang membayar sekitar $10 atau $12 per bulan untuk streaming musik ke komputer dan telepon.
Dari sekian banyak negara, mungkin Indonesia yang memiliki perkembangan pengguna Spotify paling pesat, hal tersebut bisa dilihat dari total waktu pendengar yang membludak hingga 1.165 miliar menit. Hal itu pun disadari oleh Managing Director Spotify Asia, Sunita Kaur: "Itu [1.165 miliar menit] bukan hal yang bisa terjadi di tiap negara."
Selain itu, Indonesia juga diperlakukan secara khusus mengingat kurang bagusnya penetrasi kartu kredit layaknya di negara-negara seperti Singapura atau Filipina. Menurut Sunita tak menutup kemungkinan jika pembayaran Spotify Indonesia dilakukan melalui ATM atau bahkan Alfamart.
Seperti katanya: "Indonesia adalah negara pertama yang mempunyai berbagai sistem pembayaran untuk Spotify."
Bagi Spotify, mengistimewakan Indonesia sangat penting karena merupakan pasar yang sangat menggiurkan. Apalagi, Spotify masih harus bersaing dengan layanan-layanan musik streaming lainnya, juga pembajakan yang sangat marak di Indonesia.
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti