tirto.id - India telah meluncurkan model pesawat ulang-alik miliknya pada Senin (23/5/2016) sebagai bagian dari upaya negeri tersebut untuk membuat roket-roket yang bisa digunakan kembali seperti pesawat sehingga perjalanan antariksa dapat lebih murah dan mudah.
Pesawat ulang-alik berukuran tujuh meter milik India lepas landas dari pelabuhan antariksa di Sriharikota yang terletak pada bagian tenggara negeri itu. Pesawat ulang-alik tersebut didorong sejauh 70 kilometer ke atmosfer menggunakan roket seberat 15 ton.
"Lift-off dimulai pukul 7:00 pagi dari landasan peluncuran pertama di sini," kata kepala ruang angkasa India Devi Prasad Karnik kepada AFP, seperti dikutip dari The Express Tribune.
"Kami telah berhasil menyelesaikan misi RLV sebagai sebuah demonstrator teknologi," katanya.
Organisasi Penelitian Antariksa India (Indian Space Research Organisation/ISRO) telah mengembangkan pesawat ulang-alik bersayap, yang disebut Reusable Launch Vehicle atau RLV-TD, seberat 1,7 ton dengan anggaran satu miliar rupee (sekitar Rp201 miliar) selama periode lima tahun.
"Dalam uji penerbangan berikutnya, kami akan berupaya mendaratkan kendaraan yang dapat digunakan kembali di lokasi tertentu sehingga kami bisa menggunakannya lagi untuk meluncurkan lebih banyak satelit,” ungkap K. Sivan, direktur pusat penelitian antariksa yang mengembangkan kendaraan itu di ISRO, sehari sebelum peluncuran kepada AFP.
"Latihan [pada Senin] akan memungkinkan kami mengumpulkan data tentang kecepatan hipersonic dan pendaratan otonom dan informasi berguna lainnya," kata Sivan.
India menghadapi kompetisi keras, termasuk dengan perusahaan-perusahaan global, yang mengembangkan roket yang dapat digunakan kembali setelah Badan Aeronautika dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mengakhiri program ulang-aliknya pada 2011.
Roket yang bisa digunakan lagi akan memangkas biaya dan limbah di industri antariksa, yang baru-baru ini dinilai menimbulkan kerugian jutaan dolar AS karena mesin-mesin yang harus dibuang setelah peluncuran.
SpaceX milik miliarder Elon Musk dan Blue Origin milik bos Amazon Jeff Bezos sebelumnya sudah berhasil menjalankan uji peluncuran. SpaceX menguji kekuatan roket Falcon 9 pada Desember sementara New Shepard milik Blue Origin sukses menyelesaikan peluncuran ketiga dan pendaratan vertikal bulan April tahun ini.
Sementara itu, Badan Antariksa Rusia, Jepang, dan Eropa juga mengembangkan teknologi yang sama dan sedang dalam tahap pengujian.
Namun demikian, ISRO berharap mengembangkan ulang-alik hemat tersebut dengan usaha sendiri dalam upaya memenuhi permintaan besar dan menguntungkan dari negara-negara lain untuk mengirim satelit mereka ke orbit.
ISRO menjadi berita utama global tahun 2013 setelah sukses meluncurkan misi tak berawak ke Mars dengan biaya hanya 73 juta dolar AS, jauh lebih sedikit ketimbang ongkos misi Maven Mars NASA yang sampai 671 juta dolar AS.