tirto.id - Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Rusli Abdullah mengatakan, musim kemarau 2019 ini bisa menjadi momentum yang tepat bagi Bulog untuk menyalurkan berasnya.
Menurut Rusli, menyusul adanya kekeringan, sejumlah daerah pasti akan tidak bisa berproduksi sehingga kekurangan pasokan menjadi tak terelakkan.
“Kalau begini nanti beras Bulog melimpah mungkin bisa di-drop di daerah-daerah yang terpapar kekeringan sehingga jadi stok di sana. Ini bisa didorong pemerintah,” ucap Rusli saat dihubungi reporter Tirto pada Senin (8/7/2019).
Apalagi saat sudah mencapai bulan Agustus 2019, lanjutnya, dampak kekeringan pada lahan tanaman padi mencapai puncaknya. Alhasil, pada bulan Agustus nanti dikhawatirkan malah dapat terjadi inflasi.
Pada situasi itu, Rusli menyebutkan, bagi daerah yang kekurangan beras, pasokan Bulog yang berlebih saat ini dapat dimanfaatkan.
Dengan demikian, pasokan beras Bulog dapat berangsur dikurangi sehingga tidak banyak mengalami kerusakan akibat menumpuk di gudang.
Sebelumnya, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengatakan, saat ini Bulog memiliki keterbatasan gudang sehingga ia tak yakin dapat menyerap beras petani lebih banyak lagi. Stok beras sekarang sudah mencapai 2,4 juta ton terdiri dari 2,2 juta ton cadangan beras pemerintah dan 143 ribu ton beras komersil.
Padahal, di akhir tahun 2019 saja, target serapan beras Bulog mencapai 1,8 juta ton. Padahal kapasitas gudang yang dimiliki hanya mencapai 2,7 juta ton.
“Kalau dipenuhin hanya 2,7 juta ton lah isinya. Itu sudah numpuk enggak karuan. Tidak ada space lagi untuk menyerap. Kalau kita nyerap harus sewa gudang,” ucap Buwas seperti dikutip Antara.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno