Menuju konten utama
IHSG Hari Ini 21 Desember 2022

IHSG Rabu Pagi Dibuka Stagnan, Ini Faktor Pemicunya

IHSG dibuka stagnan di level 6.763 pukul 09.00 WIB, pada perdagangan Rabu (21/12/2022).

IHSG Rabu Pagi Dibuka Stagnan, Ini Faktor Pemicunya
Karyawan beraktivitas di dekat grafik pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (15/7/2019). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/foc.

tirto.id - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka stagnan di level 6.763 pukul 09.00 WIB, pada perdagangan Rabu (21/12/2022). Posisi tertinggi indeks mencapai 6.817 dan terendah ada di level 6.771.

Mengutip RTI Business, nilai transaksi IHSG pagi ini sudah Rp255 miliar dan kapitalisasi pasar mencapai Rp9.377 triliun. Selain itu, setidaknya ada 172 saham yang bergerak menguat dan 170 saham melemah. Sementara sisanya 210 stagnan.

Financial Expert Ajaib Sekuritas, Chisty Maryani mengatakan, pergerakan indeks hari ini diprediksi bergerak mixed dalam range 6.692 – 6.811. Setelah perdagangan kemarin IHSG ditutup melemah sebesar -0,17% atau -11,38 poin di level 6.768.

Pergerakan indeks pagi ini dipengaruhi beberapa faktor. Pertama realisasi APBN 2022 tercatat sebesar Rp2.717,6 triliun atau 87,5 perden dari target. Pemerintah harus merealisasikan penyerapan anggaran mencapai 100 persen hingga akhir tahun 2022.

Sementara itu, anggaran sektor Kesehatan dipangkas untuk tahun 2023 mendatang. Sebelum pandemi, sektor kesehatan memiliki anggaran dengan kisaran Rp80-90 triliun. Pada 2020, anggaran naik menjadi Rp102,18 triliun dan Rp201 triliun pada 2021.

Pada 2022, anggaran sektor kesehatan tercatat sebesar Rp136 triliun dan akan diturunkan pada tahun 2023 menjadi Rp85 triliun seiring masa transisi pandemi menjadi endemi.

Dari mancanegara, World Bank kembali memangkas prospek pertumbuhan ekonomi China di 2022 ini menjadi 2,7 persen, turun dari proyeksi sebelumnya pada Juni 2022 sebesar 4,3 persen. World Bank juga memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi China 2023 dari 8,1 persen menjadi 4,3 persen.

Sementara itu, Bank Of Japan (BOJ) mengubah kebijakan pengendalian kurva imbal hasil (Yield Curve Control). Saat ini imbal hasil (yield) Surat Utang Pemerintah Jepang bertenor 10 tahun naik menjadi 0,5 persen dari sebelumnya 0,25 persen, dan BOJ mempertahankan target (yield) JGB tenor 10 tahun di level 0 persen.

Baca juga artikel terkait IHSG DIBUKA atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Bisnis
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin