tirto.id - Pada 21 November 2022, pemilik akun Facebook Sumarni Sri mengunggah tangkapan layar di grup Facebook bernama "Jokowi Presiden Gagal"(tautan). Tangkapan layar itu terlihat seperti potongan berita dan foto Presiden Jokowi dengan tambahan teks bertuliskan:
“Peneliti Australia Sebut: Jokowi ‘Presiden Tak Berkemampuan’ Tapi Memiliki Daya Rusak”.
Sementara foto Presiden Jokowi disandingkan dengan teks opini terhadap Presiden. Jokowi disebut culun, kurus, dan gagap sebagai presiden.
Melalui teks juga disebutkan Jokowi membuat rakyat terpecah-belah, umat beragama terkotak-kotakan, negara hancur, dan sebagainya.
Unggahan dari Sumarni memang tidak ramai. Hanya mendapat reaksi dari 4 pengguna Facebook. Namun unggahan ini dibagikan di grup yang beranggotakan hingga 10,1 ribu orang. Oleh karena itu, penting untuk melakukan periksa fakta terhadap unggahan Sumarni.
Lalu, benarkah ada peneliti Australia yang menyebut Jokowi Presiden tak berkemampuan dan memiliki daya rusak?
Penelusuran Fakta
Tim riset Tirto mengetikkan kata kunci “Peneliti Australia Sebut: Jokowi ‘Presiden Tak Berkemampuan” melalui mesin pencari Google. Kami pun langsung diarahkan pada tulisan periksa fakta dari Liputan6.com dan Mafindo. Keduanya merupakan lembaga pemeriksa fakta yang tersertifikasi International Fact-Checking Network (IFCN).
Baik Liputan6 dan Mafindo sama-sama menerbitkan periksa fakta ini pada 8 September 2020. Pasalnya, pada 7 September 2020, beredar tangkapan layar yang juga diunggah oleh akun Facebook Sumarni Sri. Bedanya unggahan pada 2020 tidak memisahkan tangkapan layar judul berita dan foto Presiden.
Pada unggahan tahun 2020, tangkapan layar itu menunjukkan logo dari situs IDNTODAY News. Seperti dituliskan Liputan6, tangkapan layar itu diunggah oleh akun Facebook Nazril Faturrahman dan dibagikan ke Grup Facebook “TETAP JOKOWI”. Sementara dari Mafindo, diketahui bahwa tangkapan layar yang sepertinya diambil dari situs IDNTODAY News itu dibagikan akun Facebook Alkhalifi.
Kami sendiri berusaha mengetikkan kata kunci “Peneliti Australia Sebut: Jokowi ‘Presiden Tak Berkemampuan idntoday”, tapi tidak menemukan artikel dari situs IDNTODAY News. Situs Idntoday.co seperti diperiksa oleh Mafindo juga tidak tersedia lagi.
Namun menurut Liputan6 dan Mafindo, tangkapan layar itu telah diedit. Judul artikel dari IDNTODAY sendiri berbunyi “Peneliti Australia Sebut Jokowi Seperti Wali Kota di Istana Presiden”. Sementara, menukil Mafindo, artikel IDNTODAY merupakan lansiran dari artikel berjudul “Peneliti Australia Sebut Jokowi Seperti Wali Kota di Istana Presiden” di Tribunnews.com pada 4 September 2020.
Kami menemukan artikel Tribunnews yang dimaksud. Artikel itu sendiri memuat hasil wawancara Ben Bland, Direktur Program Asia Tenggara di lembaga Lowy Institute, dengan ABC Indonesia mengenai buku terbarunya yang berjudul Man of Contradictions - Joko Widodo and the Struggle to Remake Indonesia.
Mengutip ABC Indonesia --situs berita, analisis, ficer, dan konten multimedia mengenai Australia dan belahan dunia lainnya-- Ben memaparkan bagaimana, "seorang pembuat mebel" berhasil menangkap imajinasi bangsa Indonesia tentang sosok pemimpin yang diidam-idamkan, tapi juga penuh 'kontradiksi'".
“Kontradiksi tidak sepenuhnya konsep yang negatif, tapi menyiratkan Jokowi sedang bertarung untuk mendamaikan banyak persoalan,” ujar Ben.
Sebagai tambahan informasi, buku yang ditulis oleh Ben ini diterbitkan pada 1 September 2020. Informasi mengenai buku 'Man of Contradictions - Joko Widodo and the Struggle to Remake Indonesia' dapat ditemukan di sini.
Melalui ABCIndonesia pula, Ben menjabarkan bagaimana Jokowi mengejar mimpi-mimpi ekonomi, memosisikan dirinya di tengah pergulatan demokrasi dan otoritarianisme, serta panggung internasional. Menurut Ben, Jokowi telah berhasil mencapai sejumlah pencapaian, kebanyakan di bidang infrastruktur dan kebijakan lain yang terfokus pada ekonomi.
Namun Ben juga menyampaikan bahwa semakin lama Jokowi berada di istana, semakin pudar janji-janjinya. Ben memaparkan secara singkat sejumlah kontradiksi Jokowi yang sebelumnya berasal dari non-elite politik hingga menjadi elit yang membangun dinasti politiknya sendiri.
Ben juga mengritik penanganan Covid-19 dengan jejak-jejak yang buruk.
“Pemerintahannya menunjukkan jejak-jejak buruk: tidak menghargai pendapat pakar kesehatan, tidak mempercayai gerakan masyarakat sipil, dan gagal membangun strategi terpadu," jelas Ben.
Menurut Ben, strategi politik Jokowi sangat sederhana, yaitu mendengarkan apa yang dikehendaki rakyat dan mencoba wujudkannya, seperti yang terlihat efektif saat ia menjadi Wali Kota Solo. Hanya saja, ketika memerintah sebuah negara dengan penduduk besar, ribuan pulau, beragam agama dan suku, maka politik menjadi semakin kompleks.
"Selama enam tahun berada di istana, dia belum bisa beranjak ke level strategis. Dia lebih sebagai seorang walikota di istana presiden," pungkas Ben. Bagian kalimat ini lah yang banyak dikutip di media, namun dipelintir oleh sebagian orang.
Namun, meski unggahan yang dimaksud telah dinyatakan ‘salah’ pada 2020, unggahan yang sama bisa saja disebarkan ulang dan ditambahkan dengan narasi-narasi baru atau klaim-klaim dengan konteks menyesuaikan situasi politik saat ini.
Kesimpulan
Berdasarkan penelusuran fakta yang telah dilakukan, tidak benar bahwa peneliti Australia menyebut Jokowi sebagai Presiden tak berkemampuan dan memiliki daya rusak. Tangkapan layar yang tersebar di Facebook merupakan hoaks lawas yang telah dinyatakan salah oleh lembaga pemeriksa fakta pada September 2020.
Peneliti Australia yang dimaksud adalah Ben Bland, Direktur Program Asia Tenggara di lembaga Lowy Institute. Pada 1 September 2020, Ben menerbitkan buku Man of Contradictions - Joko Widodo and the Struggle to Remake Indonesia.
Ben sendiri menjelaskan mengenai bukunya pada ABC Indonesia, yang mana pernyataan tersebut banyak dikutip di media, namun dipelintir oleh oknum tertentu. Maka unggahan Facebook Sumarni Sri bersifat salah dan menyesatkan (False & Misleading).
Editor: Nuran Wibisono