tirto.id - Januari 2015 Wall Street Journal merilis laporan tentang hikikomori atau mengurung diri di Jepang. Dalam riset yang dilakukan Departemen Kesehatan Jepang diketahui ada 500 ribu sampai 2 juta orang hikikomori di negara itu.
Survei serupa dilakukan di Amerika Serikat, Hong Kong dan Spanyol. Hasilnya ada gejala serupa di negara tersebut. Hikikomori saat ini menjadi masalah serius di Jepang karena banyak penderitanya adalah anak muda yang semestinya bisa bekerja.
Hikikomori merupakan sebuah fenomena kalangan remaja ataupun orang dewasa muda di Jepang yang menarik dan mengurung diri dari kehidupan sosial.
Berdasarkan definisi dari Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Jepang, hikikomori adalah orang yang menolak keluar dari rumah dan mengisolasi diri mereka dari masyarakat dengan terus menerus berada di dalam rumah selama lebih dari enam bulan.
Hikikomori sering bermula dari enggan berangkat sekolah. Menurut Alan R dan Albert Gaw dalam jurnal “Hikikomori, a Japanese Cukture-Bound Syndrome of Social Withdrawal? A Proposal for DSM 5”, ada enam kriteria spesifik diperlukan untuk "mendiagnosis" hikikomori.
Pertama, menghabiskan sebagian besar waktu dalam satu hari dan hampir setiap hari tanpa meninggalkan rumah. Kedua, secara jelas dan keras hati menghindar dari situasi sosial.
Ketiga, simtom-simtom yang mengganggu rutinitas normal orang tersebut, fungsi pekerjaan (atau akademik), atau kegiatan sosial, atau hubungan antarpribadi. Keempat, merasa penarikan dirinya itu sebagai sintonik ego.
Kelima, durasi sedikitnya enam bulan. Keenam, tidak ada ganguan mental lain yang menyebabkan putus sosial dan penghindaran.