Menuju konten utama
Tirto & NU Online

Hijrah ala Kaum Sufi: Menyisihkan Selain Allah di dalam Hati

Para sufi menempatkan hijrah sebagai kebulatan tekad untuk Allah dan rasul-Nya. Hijrah adalah kekuatan batin dalam menyisihkan segala sesuatu selain Allah di dalam hati.

Hijrah ala Kaum Sufi: Menyisihkan Selain Allah di dalam Hati
Ilustrasi [Foto/Shutterstock]

tirto.id - Hijrah adalah episode penting bagi seorang Muslim untuk membenahi diri. Secara harfiah "hijrah" berarti “meninggalkan”. Istilah itu kemudian sering kali dimaknai sebagai perpindahan dari satu keadaan ke keadaan lainnya.

Hampir semua yang berkaitan dengan hijrah diambil dari hadis terkenal. Hakikat hadis hijrah ini diinterpretasikan oleh ulama fikih sebagai pesan penting Rasulullah tentang niat seseorang dalam berbuat baik.

Tafsir tersebut tidak jauh berbeda dari pemahaman para sufi. Mereka menempatkan hijrah sebagai kebulatan tekad untuk Allah dan rasul-Nya.

Syekh Ibnu Abbad, misalnya, mengatakan bahwa hijrah adalah tuntutan eksplisit terhadap manusia untuk membulatkan hati semata-mata kepada Allah. Hijrah sekaligus merupakan larangan implisit untuk memberikan hati pada hal-hal yang bersifat duniawi.

Karena itu, menurut kaum sufi, hijrah bukanlah perpindahan secara fisik, geografis, atau perilaku yang kasat mata. Bagi mereka, hijrah berfungsi sebagai kekuatan batin dalam menyisihkan segala sesuatu selain Allah di dalam hati.

Penjelasan lebih lanjut mengenai hijrah ala kaum sufi bisa disimak dalam artikel berikut ini.

Baca juga artikel terkait RAMADAN 2019 atau tulisan lainnya dari Ivan Aulia Ahsan

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Ivan Aulia Ahsan
Editor: Fahri Salam