tirto.id - Pesawat Super Air Jet sedang menjadi perbincangan di media sosial, karena sebuah video viral yang beredar di TikTok. dalam video tersebut, seoran penumpang Super Air Jet membagikan pengalaman tak menyenangkan.
AC Super Air Jet mati saat terbang dari Bali menuju Jakarta pada Selasa, 21 Maret 2023. Dalam video berdurasi 40 detik itu, pemilik akun bernama Kent Sagopi memperlihatkan bayinya menangis karena kepanasan.
“Bayi 8bulan kami seperti habis gali sumur, seluruh badannya basah kuyub dan nafas tersengal2 dalam penerbangan ini,” tulis Kent Sagopi dalam keterangan video, dikutip Jumat (24/3/2023).
“Anak kami umur 8 bulan, sampek harus lepas celana dan badannya dilap pakai anduk basah biar g dehidrasi. Penumpang lain sampai bantu mengipasi. Kmn cabin crew nya? Mondar mandir hanya bikin panik. Air mineral dingin dan anduk kecil didapat dari penumpang sekitar," tulis pemilik akun.
Dalam kondisi AC mati seperti itu, penumpang menulis, penerbangan harusnya bisa return to base (RTB) atau kembali ke bandara keberangkatan karena sudah dinyatakan general emergency.
Kronologi Super Air Jet AC Mati
Pihak maskapai sudah buka suara. Direktur Utama Super Air Jet Ari Azhari mengatakan, AC pesawat mati terjadi pada penerbangan nomor IU-737 rute Bali menuju Jakarta dengan jenis Airbus 320-200 berkode registrasi pesawat PK-SAW.
Pesawat yang membawa 179 penumpang dan 6 kru Super Air Jet ini lepas landas pukul 17.55 WITA dari Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai pada Selasa (21/3/2023).
Di tengah penerbangan terjadi gangguan tekanan udara pada kabin. Gangguan tersebut membuat suhu udara di kabin menjadi lebih tinggi sehingga penumpang Super Air Jet kepanasan.
"Saat mencapai ketinggian 30.000 kaki di atas permukaan laut, ada indikasi sistem pengatur tekanan udara di kabin tidak berfungsi seharusnya (kurang maksimal), sehingga pilot harus menurunkan ketinggian pesawat, gangguan ini menyebabkan suhu udara di kabin menjadi lebih tinggi dari semestinya," demikian dikutip dari keterangan tertulis maskapai.
Pesawat Super Air Jet tetap terbang dan mendarat dengan selamat di Bandara Internasional Soekarno-Hatta pukul 18.40 WIB.
"Super Air Jet menyampaikan permohonan maaf yang dialami oleh para tamu super (penumpang)," kaya Ari.
Menurut keterangan, sebelum pesawat Super Air Jet lepas landas, seluruh aspek prosedur penerbangan dijalankan secara tepat hingga akhirnya pesawat diizinkan untuk terbang.
"Hasil pemeriksaan sebelum keberangkatan, bahwa semua sistem dan perlengkapan pesawat dalam kondisi prima dan siap terbang," kata Ari.
Saat ini manajemen masih melakukan memeriksa pesawat secara menyeluruh guna menemukan penyebab masalah teknis AC mati tersebut.
Kemenhub Akan Periksa Super Air Jet
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) bakal menginspeksi lebih lanjut terhadap peristiwa AC mati yang menimpa pesawat Super Air Jet rute Denpasar (DPS) menuju Jakarta (CGK).
"Saya mendapatkan informasi bahwa pesawat tersebut mengalami gangguan pada sistem pengatur tekanan udara di kabin sehingga membuat suhu udara di kabin pesawat tinggi dan penumpang menjadi tidak nyaman karena kepanasan," kata Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub Maria Kristi Endah Murni melalui keterangan tertulis pada Kamis (23/3) malam.
Ia mengatakan telah menginstruksikan direktorat terkait agar memberikan teguran kepada maskapai Super Air Jet atas permasalahan tersebut. Ditjen Perhubungan Udara juga menginspeksi lebih lanjut untuk memastikan bahwa pesawat tersebut aman untuk digunakan kembali.
Super Air Jet diminta untuk melakukan investigasi internal atas permasalahan tidak berfungsinya sistem pendingin kabin pesawat dan melakukan tindakan perbaikan yang diperlukan agar permasalahan ini tidak terulang kembali.
Selain itu, Super Air Jet diminta untuk membina personel penerbangan jika ditemukan melaksanakan tugas di luar standar operasional prosedur yang berlaku.
Ia juga mengimbau seluruh maskapai terus meningkatkan pelayanan serta mengutamakan keselamatan dan keamanan penerbangan, mengingat sebentar lagi akan menghadapi periode angkutan udara Lebaran 2023 di mana mobilitas masyarakat sangat tinggi.
Editor: Addi M Idhom