tirto.id -
Menurut Hasto, pemimpin seharusnya bertanggung jawab terhadap tindakannya. Menjadi pemimpin, kata Hasto harus senantiasa menggelorakan semangat rakyatnya, bukan hanya memperpanas masyarakat dengan bicara soal harga.
"Kalau di pihak Sandi pemimpin direduksi hanya hanya ukuran harga, Pak sandi ini kok pintar sekali menafsirkan harga. Harga nasi goreng Rp50rb bisa dipakai belanja, meskipun semuanya salah tafsiran harga itu, saudara-saudara sekalian," kata Hasto di kawasan Gajah Mada, Jakarta, Jumat (23/11/2018).
Hasto juga menasihati kader PDIP, menjadi pemimpin tak boleh merendahkan martabat masyarakat. Hal ini harusnya menjadi catatan agar pemimpin menjaga ucapannya.
"Menjadi pemimpin itu tidak boleh mencela merendahkan martabat rakyat dengan mengatakan wajahmu Boyolali," tegasnya.
Meski tak menyebut Prabowo, tapi kalimat ini kemungkinan besar memang diarahkan kepada Ketua Umum Partai Gerindra tersebut.
Prabowo sempat mengatakan bahwa "tampang Boyolali" tidak pernah masuk hotel-hotel mewah yang ia sebutkan di dalam pidatonya di Boyolali, Jawa Tengah. Meski sebagian yang datang tertawa, beberapa orang merasa hal ini tak patut dikatakan. Prabowo sendiri sudah meminta maaf atas pernyataannya.
"Ekonomi kita tidak di tangan bangsa kita sendiri. Saya lahir di Jakarta, saya besar di Jakarta. Saya memberi usia saya untuk bangsa ini, saya memberi jiwa saya dan raga saya untuk bangsa ini. Tapi begitu saya lihat keliling Jakarta, saya melihat gedung-gedung mewah. Gedung-gedung menjulang tinggi. Hotel-hotel mewah. Sebut saja hotel mana di dunia yang paling mahal, ada di Jakarta. Ada Ritz Carlton, ada apa itu, Waldorf Astoria, namanya saja kalian nggak bisa sebut. Ada Saint Regis, dan macam-macam itu semua. Tapi saya yakin kalian tidak pernah masuk hotel-hotel tersebut. Betul? Kalian kalau masuk, mungkin kalian diusir. Karena tampang kalian tidak tampang orang kaya, tampang-tampang kalian ya tampang Boyolali ini. Betul?" kata Prabowo.
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Yulaika Ramadhani