tirto.id - KH Sholahudin Wahid (Gus Sholah), pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, mengingatkan agar Hari Santri Nasional, yang jatuh di setiap 22 Oktober, tidak diperingati dengan upacara saja. Menurut dia, semua santri harus menjadikan peringatan itu sebagai pemompa semangat untuk meningkatkan motivasi belajar dan kualitas daya saing.
"Tidak ada kata lain, harus belajar yang rajin, banyak membaca. Hari santri jangan hanya diperingati dengan upacara saja, tapi yang awal, harus belajar," kata Gus Sholah di Jombang, pada Minggu (22/10/2017) seperti dikutip Antara.
Ia mengatakan, pondok pesantren saat ini banyak yang sudah maju. Namun, semua masih harus dikembangkan, salah satu contohnya di Pesantren Tebuireng, Jombang. Di pesantren ini, Gus Sholah menilai masih harus ditingkatkan berbagai fasilitasnya serta kualitas sumber daya manusia para santrinya.
"Di Tebuireng perlu ditingkatkan lagi mudah-mudahan secepatnya baik. Ini juga harus terjadi pada semua pesantren. Jika ingin baik, semua tergantung pesantrennya, kemampuan guru, kesadaran pengasuh pesantren serta murid," kata adik almarhum KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) tersebut.
Peringatan Hari Santri Nasional 2017, di Pesantren Tebuireng, digelar berbagai macam kegiatan. Sebelumnya, telah digelar kegiatan seminar tentang resolusi jihad, membedah pemikiran dan perjuangan KH Hasyim Asyari yang dihadiri sejumlah tokoh penting lainnya pada Sabtu (21/10/2017).
Selain Gus Sholah, juga hadir Ketua MPR Zulkifli Hasan, Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Yudian Wahyudi, mantan Menteri Agama KH Tolchah Hasan serta pakar sejarah Ali Haidar.
Setelahnya, juga digelar "Istighatsah kubro" serta parade salawat banjari dan Ishari Cukir. Acara tersebut juga dilanjutkan dengan pembacaan kilas resolusi jihad oleh KH Sholeh Qosim yang merupakan pejuang hizbullah.
"Pada Minggu ini, kami mengadakan apel bersama dengan disertai drama kolosal perjuangan dan seni bela diri dan dilanjutkan kirab resolusi jihad," kata Kepala Pondok Pesantren Tebuireng Kabupaten Jombang Iskandar.
Sementara itu, peringatan puncak Hari Santri Nasional 2017 digelar Kementerian Agama di Lapangan Pancasila Simpang Lima Kota Semarang, Sabtu (21/10/2017) malam. Acara yang digelar sampai Minggu dini hari tadi itu dihadiri puluhan ribu orang.
Di acara itu, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin juga meresmikan penyerahan Kartu Indonesia Pintar (KIP) untuk 20.056 santri di Jawa Tengah. Lukman juga menerima penyerahan Rekor MURI Komik Terpanjang (300 meter) Hari Santri 2017.
Saat membuka puncak peringatan Hari Santri 2017 itu, Lukman menyatakan penetapan hari santri bermaksud sebagai penegasan tanggungjawab santri terhadap negara.
“Jadi dengan adanya hari santri, kaum santri itu dikukuhkan untuk memiliki kesadaran yang tinggi akan tanggung jawabnya terhadap eksistensi dan masa depan bangsa negara kita tercinta," kata dia seperti dilansir laman Kemenag.
Lukman mengimbuhkan, semua pesantren mengajarkan paham keagamaan dengan cara mensinergikan dua pendekatan, yakni tekstual dan nalar yang didudukkan secara proporsional dalam memahami teks keagamaan.
“Jadi kemampuan menggabungkan orisinalitas yang bersumber dari kitab turats (tradisi) yang jadi rujukan lembaga keislaman di dunia, ini yang tidak terlepas dari teks Alquran dan Hadits lalu dikombinasikan dengan kemampuan nalar, dengan membaca perkembangan zaman sesuai konteksnya,” ujar Lukman.
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Addi M Idhom