Menuju konten utama

Hari Perhubungan Nasional 2021: Tema 17 September, Sejarah Kemenhub

Sejarah Hari Perhubungan Nasional 17 September 2021 dan temanya.

Hari Perhubungan Nasional 2021: Tema 17 September, Sejarah Kemenhub
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi (kiri) melakukan salam siku dengan masinis kereta api Bima Jakarta–Surabaya saat peninjauan persiapan angkutan Natal 2020 dan Tahun Baru 2021 di Stasiun Gambir, Jakarta, Rabu (16/12/2020). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan.

tirto.id - Hari Perhubungan Nasional (Harbubnas) diperingati setiap tanggal 17 September. Hari Perhubungan Nasional 2021 mengangkat tema “Bergerak, Harmonikan Indonesia”.

Dilansir Kemenhub, tema ini mengajak semua insan perhubungan untuk berkolaborasi membawa perubahan lebih baik bagi sektor transportasi dan memberikan pelayanan prima bagi masyarakat Indonesia.

Dirjen Perhubungan Darat Budi Setiyadi selaku ketua Panitia Harhubnas Tahun 2021 menyampaikan, peringatan Harhubas merupakan momentum penting untuk mengingat kembali peristiwa bersejarah di bidang perhubungan.

Sejarah Hari Perhubungan Nasional 2021

Sejarah Hari Perhubungan Nasional 2021 tak bisa lepas dari lahirnya Kementerian Perhubungan yang dahulu bernama Departemen Perhubungan.

Pada masa itu, Dephub dipimpin oleh Ir. Abdulkarim. Sesuai dengan nama yang disandangnya, Departemen Perhubungan mengurusi masalah perhubungan.

Titik berat yang menjadi perhatian Departemen Perhubungan pada era 1945-1949 adalah perhubungan darat karena di antara beberapa sektor perhubungan seperti laut maupun udara belum bisa menjadi sarana optimal.

Angkatan laut masih terbatas jalur operasinya karena sebagian besar wilayah lautan Indonesia dikuasai oleh tentara sekutu, termasuk Belanda sehingga hubungan interinsuler ada dalam kekuasaan mereka.

Perkeretaapian menjadi perhatian utama dalam mengelola perhubungan darat pada masa itu karena jaringan angkutan darat lainnya seperti bus, truk, mobil masih dikuasai Jepang.

Pembenahan perkeretaapian sebagai sarana darat utama saat itu bukanlah suatu hal yang mudah untuk dilakukan sebab tingkat kerusakan kereta api cukup signifikan.

Pada masa Demokrasi Liberal ini terjadi perubahan bagi Departemen Perhubungan secara kelembagaan, yaitu dibentuknya Departemen Perhubungan Laut pada masa Kabinet Djuanda.

Dengan adanya departemen tersebut, maka urusan laut yang sebelumnya menjadi tanggung jawab Departemen Perhubungan, kini menjadi terpisah dan ditangani secara mandiri oleh Departemen Perhubungan Laut.

Berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 153 tanggal 10Juli 1959, Soekarno kemudian membentuk kabinet baru yang dikenal dengan sebutan Kabinet Kerja I.

Infografik SC Sejarah Hari Perhubungan Nasional

Infografik SC Sejarah Hari Perhubungan Nasional. tirto.id/Fuad

Dalam Kabinet Kerja I ini terjadi perubahan dalam struktur pemerintahan negara. Istilah Departemen Perhubungan tidak lagi digunakan dan sebagai gantinya dikenal dengan sebutan Kementrian Distribusi.

Perubahan yang cukup signifikan bagi Departemen Perhubungan terjadi pada masa pemerintahan Demokrasi Terpimpin ini.

Penataan demi penataan yang dilakukan dalam Departemen Perhubungan hingga menjadi Kementerian Perhubungan saat ini menyesuaikan struktur dan citra untuk menjadi bermanfaat bagi bangsa dan negara.

Hingga pada Tahun 1971, pemerintah menyatukan hari jadi atau hari bakti BUMN yang terkait dengan sektor perhubungan. Sejak itulah, Harhubnas diperingati setiap tanggal 17 September.

Hari Perhubungan Nasional yaitu diawali dengan Keputusan Menteri Perhubungan nomor SK.274/G/1971 tanggal 26 Agustus 1971 tentang Hari Perhubungan Nasional.

Peringatan Harbubnas memiliki 3 tujuan utama, yaitu:

1. Meningkatkan rasa kebersamaan dan jiwa korsa warga Perhubungan serta dengan mitra kerja jasa perhubungan pada umumnya.

2. Meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab untuk selalu ikut membudayakan peningkatan pelayanan yang lebih baik.

3. Meningkatkan penghayatan dan pengamalan 5 citra manusia Perhubungan.

Baca juga artikel terkait HARI PERHUBUNGAN NASIONAL atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Dipna Videlia Putsanra