tirto.id - Harga minyak dunia melonjak lebih dari dua persen pada Rabu (19/10/2016) atau Kamis pagi WIB menetap di 51,60 dolar AS per barel setelah adanya penurunan persediaan minyak AS. Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan persediaan minyak mentah turun 5,2 juta barel dalam pekan yang berakhir 14 Oktober.
Badan itu juga mengatakan bahwa impor minyak mentah AS turun sebesar 912.000 barel per hari pekan lalu menjadi 6,47 juta barel per hari. Ini adalah jumlah terendah sejak November 2015, yang membuat persediaan menurun.
"Ini laju impor terendah dalam sekitar 16 bulan terakhir, mengejutkan mengingat fakta bahwa produksi OPEC baru-baru ini mencapai tingkat rekor yang akan menyiratkan ketersediaan mudah," kata Jim Ritterbusch dari konsultan pasar minyak Ritterbusch & Associates yang berbasis di Chicago.
Pada patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November, naik 1,31 dolar AS atau 2,6 persen menjadi menetap di 51,60 dolar AS per barel, penutupan tertinggi sejak 14 Juli. Puncak sesi ini mencapai 51,93 dolar AS yang juga tertinggi dalam 15 bulan terakhir.
Sementara itu, minyak mentah Brent yang diperdagangkan di Londonrent, patokan dunia untuk minyak mentah, ditutup naik 99 sen, atau 1,9 persen, menjadi 52,67 dolar AS per barel.
Beberapa pelaku pasar tidak terkesan dengan penurunan persediaan minyak mentah tersebut, mengutip penambahan bensin yang besar 2,5 juta barel untuk pekan lalu dibandingkan perkiraan untuk penurunan 1,3 juta barel.
"Sementara angka utama bullish, kita tidak akan menyebutnya sangat bullish," kata Tariq Zahir, pedagang minyak mentah di Tyche Capital Advisors di New York.
Harga minyak mentah terus melonjak lebih dari 15 persen selama tiga minggu terakhir setelah Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) mengusulkan untuk menurunkan produksi pertama mereka sejak 2008 guna mengendalikan kelebihan pasokan global.
Khalid al-Falih, Menteri Energi Arab Saudi, yang mendominasi OPEC, mengatakan dalam konferensi Minyak & Uang di London "fundamental sedang membaik dan pasar jelas menyeimbangkan" setelah harga jatuh di bawah 30 dolar AS.
Tetapi Rex Tillerson, kepala eksekutif dari Exxon Mobil, perusahaan minyak terbesar di dunia, mengatakan kepada konferensi yang sama ia memperkirakan produksi minyak serpih AS, yang bertanggung jawab untuk membanjirnya pasokan, akan "rebound" (pulih) pada harga saat ini, demikian Antara.
Penulis: Yantina Debora
Editor: Yantina Debora