Menuju konten utama

Hakan Calhanoglu dan Riwayat Eksekutor "Free-kick" AC Milan

Kedatangan Hakan Calhanoglu dari Bayern Leverkusen memberi harapan baru untuk AC Milan.

Hakan Calhanoglu dan Riwayat Eksekutor
Hakan Calhanoglu, timnas Turki. Foto/UEFA

tirto.id - Meskipun titik bola tendangan bebas berada segaris dengan titik penalti, jarak eksekusi bola yang masih sejauh lebih dari 50 yard, membuat pemain lawan tidak merasa perlu membuat pagar betis. Jika Hamburg SV punya seorang Roberto Carlos barangkali Roman Weidenfeller, kiper Borussia Dortmund tidak akan selengah malam itu.

Para pemain Dortmund belum sepenuhnya sadar. Lawan mereka, seorang pemuda kurus berusia 20 tahun dari Turki saat itu, adalah pemain dengan kemampuan tendangan paling mematikan di kompetisi Bundesliga Jerman. Reputasi yang akan semakin dipoles dan akan terus menguat sampai beberapa tahun setelahnya.

Berdiri di dalam lingkaran tengah lapangan, pemain yang mengenakan nomor 9 pada musim 2013/2014 itu menatap tajam ke arah gawang. Langkah kakinya tidak cepat seperti eksekusi Cristiano Ronaldo, lebih seperti langkah atlet lompat galah. Sedikit jinjit dan seperti ancang-ancang hendak melakukan lompatan. Dengan tiga langkah sederhana, kaki kanannya sudah menghantam bola sangat keras. Ketika semua pemain Dortmund menyadari eksekusi sudah dilakukan, bola sudah telanjur melayang di udara.

Tidak ada lagi yang bisa dilakukan oleh para pemain Dortmund. Di udara, tendangan bola terlihat seperti sebuah eksekusi tendangan 3 poin dalam olahraga American-Football. Terlalu tinggi dan jadi terlihat akan jadi eksekusi sia-sia. Hamburg sudah memimpin 2-0 melawan Dortmund, mengharapkan gol dari eksekusi dari titik hampir separuh panjang lapangan adalah doa yang berlebihan.

Waktu sudah memasuki injury time di Hamburg Tolgay Arslan. Bola melayang lurus, sepertinya akan tepat jatuh ke pelukan Weidenfeller. Ketika bola take-off melayang ke angkasa, arahnya memang lurus dan terlihat seperti wajarnya tendangan gawang seorang kiper. Tapi begitu bola sudah kehilangan kekuatannya dan mulai mendapat tarikan gravitasi, tiba-tiba titik jatuhnya berbelok. Seolah-olah bola dikendalikan dengan remote control untuk menghindari jangkauan Weidenfeller

Laju bola mendadak terbang seperti knuckle shoot. Sayangnya, ketika Weidenfeller menyadari bahwa bola yang mendatanginya adalah bola berbahaya, ia terlambat. Gol. Seluruh penonton bersorak. Sorak yang lebih kepada teriakan tidak percaya bahwa ada tendangan bebas sejauh itu yang bisa dengan mulus masuk menjadi gol. Sorak yang juga muncul pada ujung bibir Juergen Klopp, pelatih Dortmund malam itu, dengan senyuman getir tentu saja. Sebuah ekspresi keterkejutan sekaligus pengakuan tulus dari seorang lawan. Seorang lawan yang bernama, Hakan Calhanoglu.

“Saya menonton highlights tendangan bebas lewat internet. Saya belajar bagaimana Cristiano Ronaldo mengeksekusi tendangan bebas. Tapi idola terbesar saya adalah Juninho Pernambucano,” kata Calhanoglu, “Dia adalah pelopor tendangan bebas yang ingin saya capai.”

AC Milan dan Para Eksekutor Tendangan Bebas

AC Milan yang sudah di bawah kendali Li Yonghong sejak April 2017 lalu (seorang pengusaha kaya raya dari Cina dengan latar belakang misterius) mendadak melakukan perburuan pemain yang mengejutkan dalam transfer musim panas ini. Hanya dalam tempo waktu dua pekan, Milan sudah menghabiskan dana lebih dari 1 triliun rupiah.

Dana yang dihabiskan untuk memboyong Matteo Musacchio, Franck Kessie, Ricardo Rodriguez, dan tentu saja, penyerang berbakat yang oleh Cristiano Ronaldo disebut sebagai pemain yang akan membuat timnas Portugal “ada di tangan yang tepat” kalau-kalau dirinya pensiun. Dia, Andre Silva dari FC Porto.

Memasuki minggu ketiga, Milan tidak juga mengendurkan aktivitas transfernya. Kedatangan Calhanoglu dari Bayer Leverkusen setelah merogoh kocek sedalam 20 juta euro adalah kabar mengejutkan berikutnya. Sebuah pembelian yang dinilai tepat, terutama setelah kabar tidak diperpanjangnya kontrak Keisuke Honda, pemain Jepang yang juga seorang spesialis tendangan bebas—dan menuntaskan laga terakhirnya untuk Milan dengan gol dari tendangan bebas saat mengalakan Bologna di pertandingan terakhir Serie A 2016/2017.

Kehadiran pemain berusia 23 tahun ini melengkapi kepingan skuad Milan yang dalam sejarah sempat kehilangan sosok pemain dengan kemampuan tendangan bebas mentereng dalam skuadnya. Dalam satu dekade terakhir, Milan memang memiliki banyak nama spesialis tendangan bebas.

Nama Andrea Pirlo tentu saja jadi yang nomor satu. Tepat 10 tahun yang lalu di Athena, Yunani, tendangan bebasnya “berhasil” dibelokkan oleh bahu Filippo Inzaghi dan mengonversinya menjadi gelar Champions League ke-7 yang dibawa Milan.

Selain Pirlo, dalam kurun waktu yang sama, masih ada nama-nama hebat lain. Ronaldinho sempat menghiasi daftar antrean eksekutor tendangan bebas Milan. David Beckham, penendang bebas paling ikonik dalam sejarah sepak bola pun rela antre pada dua kali masa peminjamannya di Milan.

Selepas Milan kehilangan Pirlo ke Juventus pada 2011, praktis nama besar seorang eksekutor tendangan bebas tidak lagi pernah ada dalam skuad Milan. Beberapa nama memang sempat muncul, seperti Robinho, Mark Van Bommel, sampai Ricardo Montolivo, tapi semua tahu nama-nama tersebut bukanlah eksekutor tendangan bebas kelas satu. Pilihan nomor dua jika salah satu di antara ketiganya bermain di tim seperti Barcelona atau Real Madrid.

Infografik Maestro tendangan Bebas AC milan

Tak Sekadar “Raja” Tendangan Bebas

Nama Honda sempat menjadi harapan ketika dikontrak Milan pada 2015/2016. Publik tidak mungkin lupa akan golnya untuk Jepang ke gawang Denmark pada babak grup Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan. Gol tendangan bebas dengan laju yang menawan itu bahkan tidak kalah dengan gol Giovani van Bronchost ke gawang Uruguay, gol terbaik Piala Dunia 2010 versi FIFA kala itu.

Sayang, kemampuan Honda yang bagus saat eksekusi tendangan bola mati ini tidak didukung dengan kemampuan open play yang menawan. Honda memang tidak bermain buruk selama dua musim memperkuat Milan, namun di sisi lain ia juga tidak bermain istimewa. Dinilai lambat, meskipun umpan-umpannya tidak sedikit yang benar-benar menolong Milan di beberapa situasi sulit. Sayangnya, Milan memang mengharapkan lebih dari Honda—selain soal kesadaran memperluas pasar di Asia dan Jepang pada khususnya.

Pada akhirnya kepergian Honda pun sama sekali tidak ditangisi, meskipun perilakunya sebagai pemain sangat sportif dan bersahabat (meskipun jarang dimainkan). Kedatangan Calhanoglu, yang dikenal sebagai “Raja Tendangan Bebas” di Bundesliga Jerman jauh lebih menjanjikan daripada Honda.

Selain kemampuan tendangan bebasnya, selama dua musim di Bayern Leverkusen, Calhanoglu pernah dan bisa bermain dalam tujuh posisi yang berbeda. Di bawah asuhan Roger Schmidt, Calhanoglu bisa menjadi seorang penyerang bayangan, gelandang serang, penyerang sayap kiri, penyerang sayap kanan, gelandang tengah, gelandang kanan, dan gelandang kiri.

Bagi Vincenzo Montella hal ini tentu saja merupakan potensi yang menggembirakan. Meski ada juga penilaian yang menganggap bahwa skuad Montella saat ini belum sementereng skuad milik Carlo Ancelotti saat menjuarai Liga Champions dua kali, atau semewah kedatangan Zlatan Ibrahimovich dan Robinho pada era Massimiliano Allegri.

“Milan? Mereka tidak terlalu meyakinkan saya, mereka belum mendatangkan satu pun pemain top,” kata Zvonimir Boban, legenda Milan.

Nama Calhanoglu dan Andre Silva mungkin masih merupakan nama potensial dan bukan nama top di telinga Boban. Namun barangkali Boban lupa bahwa Andriy Shevchenko, Ricardo Kaka, Pirlo, Frank Rijkaard, George Weah, dan bahkan dirinya sendiri bukanlah Marco van Basten, Ruud Gullit, atau Ronaldinho yang sudah “besar” sebelum mengenakan seragam Milan.

=========

Ralat: Pada inti berita sebelumnya ditulis bahwa "Hakan Chahanoglu adalah orang Turki kedua yang jadi bagian AC Milan dalam sejarah setelah pelatih Fatih Terim". Ini keliru. Yang tepat, selain pemain dan pelatih berkebangsaan Turki tersebut, satu pemain dari Turki lain bernama Ümit Aydın Davala, yang ditranfer ke Milan pada September 2001 hingga Juni 2002. Davala gagal jadi pemain utama Milan sesudah Terim, mantan pelatih Galatasaray yang melatih Milan, dipecat.

Baca juga artikel terkait AC MILAN atau tulisan lainnya dari Ahmad Khadafi

tirto.id - Olahraga
Reporter: Ahmad Khadafi
Penulis: Ahmad Khadafi
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti