tirto.id - Kementerian Agama (Kemenag) mengerahkan Petugas Perlindungan Jemaah (Linjam) dan Media Center Haji (MCH) Madinah untuk melakukan survei lapangan ke Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armuzna).
Survei itu untuk memetakan titik-titik krisis yang berpotensi membahayakan jemaah haji. Kepala Satuan Operasional (Kasatop) Armuzna, Jaetul Muchlis memimpin langsung survei itu.
"Titik-titik krisis sudah kita upayakan untuk kami petakan," ujar Muchlis dalam keterangan resmi Kemenag yang diterima tirto pada Kamis (1/8/2019).
Menurut Muchlis, titik krisis di Armuzna salah satunya ada di Mina. Sebab, waktu kritis salah satunya pada tanggal 10 dzulhijjah, yakni awal jemaah haji melakukan lontar jumrah aqobah.
"Biasanya di situ ada waktu-waktu yang menurut pemahaman dan keyakinan merupakan waktu afdol," ujar Muchlis.
"Ini waktu kritis bagi kami petugas MCR sehingga penting bagi jemaah haji menghindari waktu kritis atau waktu terlarang bagi jemaah haji, dengan melihat keamanan dan kondisi jemaah haji," tambah dia.
Muchlis menerangkan, sejumlah jemaah haji Indonesia memiliki postur tubuh lebih kecil dibanding jemaah negara lain. Sementara lebih dari 60 persen jemaah haji Indonesia dalam kondisi risiko tinggi dan lanjut usia (lansia).
"Ini survei bersama petugas kita yang masuk Mobile Crisis Rescue terdiri dari beberapa unsur, perlindungan jemaah, Tim Gerak Cepat Kemenkes, P3JH, Tim Promotif Preventif dan Media Center Haji di dua jalur nanti jalur bawah dan jalur atas," kata Muchlis.
Dia menambahkan penempatan petugas pada jalur bawah dan atas merupakan bentuk antisipasi kedatangan jemaah haji Indonesia dari tenda-tenda di Mina.
"Ada 11 pos stasioner di Mina dan tim mobile crisis. Tim mobile crisis inilah yang nantinya secara mobile melakukan operasi tugas dan fungsinya di jamarat satu, dua, tiga dan jamarat dasar," kata dia.
"Setelah ke Mina, para petugas juga berkeliling ke Muzdalifah dan Arafah melihat pos-pos petugas haji Indonesia lainnya," lanjut Muchlis.
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Addi M Idhom