Menuju konten utama

Gejala Klinis PMK pada Sapi-Kambing & Fatwa MUI soal Hewan Kurban

Berikut ini penjelasan tentang gejala Klinis PMK pada Sapi dan Kambing, serta Fatwa MUI soal hewan kurban yang terkena penyakit mulut dan kuku.

Gejala Klinis PMK pada Sapi-Kambing & Fatwa MUI soal Hewan Kurban
Petugas memeriksa mulut seekor sapi saat pemeriksaan hewan ternak terkait wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) di Pasar Hewan Ngadirejo, Temanggung, Jawa Tengah, Rabu (25/5/2022). ANTARA FOTO/Anis Efizudin/tom.

tirto.id - Komisi Fatwa MUI menetapkan bahwa hewan yang terkena Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) dengan gejala klinis kategori berat tidak sah untuk jadi hewan kurban.

Keputusan MUI tersebut tertuang dalam Fatwa Nomor 32 Tahun 2022 tentang Hukum dan Panduan Pelaksanaan Ibadah Kurban saat Kondisi Wabah PMK.

"Hewan yang terkena PMK dengan gejala klinis kategori berat seperti lepuh di kuku hingga terlepas dan/atau menyebabkan pincang atau tidak bisa berjalan, serta menyebabkan sangat kurus, tidak sah dijadikan hewan kurban," kata Ketua MUI Bidang Fatwa, KH Asrorun Niam Sholeh dalam siaran pers MUI pada Selasa, 31 Mei 2022.

Niam melanjutkan, hewan itu baru sah dikorbankan apabila sudah sembuh dari PMK pada hari-hari berkurban yaitu tanggal 10, 11, 12, dan 13 Zulhijah (saat Idul Adha dan hari tasyrik).

Kata Niam, hukum berbeda diterapkan untuk hewan yang terkena PMK dengan gejala klinis ringan. Jika gejala PMK masih ringan, hewan sah menjadi kurban.

Dalam penjelasan MUI, sejumlah gejala klinis PMK kategori berat pada hewan berupa:

  • Lepuh pada kuku hingga terlepas
  • PMK menyebabkan hewan pincang atau tidak bisa berjalan
  • PMK menjadikan hewan sangat kurus atau kurus permanen
  • Penyembuhan butuh waktu lama atau tidak dapat disembuhkan.

Sementara itu, di kasus PMK kategori ringan, gejala klinisnya seperti:

  • Lepuh ringan pada celah kuku hewan
  • Kondisi hewan lesu
  • Hewan tidak nafsu makan
  • Hewan mengeluarkan air liur lebih dari biasanya.

Gejala Klinis PMK pada Sapi dan Kambing

PMK termasuk penyakit sangat menular yang menyerang semua hewan berkuku belah atau genap. Hewan yang mungkin tertular PMK seperti sapi, kerbau, babi, kambing, domba, hingga hewan liar seperti gajah dan rusa.

Di Indonesia, penularan PMK pada hewan ternak pertama kali ditemukan di tahun 1887. Penularan PMK saat itu dipicu oleh kedatangan sapi impor dari Belanda.

Setelah itu, wabah PMK sempat beberapa kali melanda tanah air. Sebelum Indonesia dinyatakan bebas PMK pada 1990, wabah terakhir PMK di Jawa terjadi pada tahun 1983.

Mengutip data di laman Kementan, penyebab PMK (Penyakit Mulut dan Kuku) pada hewan adalah virus RNA yang masuk dalam genus Apthovirus, keluarga Picornaviridae. Virus PMK serotipe yaitu O, A, C, Souther African Territorie (SAT-1, SAT-2, SAT-3), dan Asia-1.

Berdasarkan penjelasan dari Dosen FKH UGM, Prof. Wasito yang dilansir laman Universitas Gadjah Mada, virus PMK memiliki waktu inkubasi dalam kurun waktu 2-14 hari. Di beberapa kasus, gejala PMK muncul dalam waktu kurang dari 24 jam setelah virus menginfeksi.

Virus PMK berkembang dalam jaringan faring, kulit, dan menyebar ke seluruh tubuh hewan melalui sirkulasi darah. Kemudian, akan terbentuk lepuh pada faring.

"Gejala awal akut [PMK] yaitu hipersalivasi [saliva berlebih], sapi tampak tidak bahagia, demam, dan nafsu makan turun. Kalau gejala sudah kronik, akan terbentuk lepuh, erosi, dan mengelupas," terang Wasito.

Gejala klinis penyakit PMK bisa bervariasi antar-individu hewan ternak. Pada ternak sapi, penyakit PMK bisa tampak sangat jelas. Sebaliknya, gejala PMK pada kambing atau domba biasanya tampak ringan.

Menukil buku Kesiagaan Darurat Veteriner Indonesia Seri Penyakit Mulut dan Kuku (2022) terbitan Ditjen PKH Kementan, berikut sejumlah gejala klinis PMK pada sapi dan kambing.

1. Gejala klinis PMK pada sapi

  • Terjadi hipersalivasi (keluar air liur berlebih)
  • Terjadi kepincangan
  • Kelenjar submandibular terlihat jelas membengkak
  • Sapi lebih sering berbaring
  • Sapi mengalami kelesuan dan penurunan nafsu makan
  • Suhu tubuh sapi mencapai 40-41 derajat celcius
  • Di kasus sapi perah, produksi susu turun drastis
  • Muncul lesi berupa vesikel/lepuh atau erosi di daerah mulut
  • Lepuh itu di lidah, gusi, langit mulut, bibir, selaput lendir pipi
  • Awalnya lepuh kecil, berwarna putih, dan berisi cairan
  • Lalu, lepuh cepat membesar hingga berdiameter 3 cm
  • Vesikel-vesikel itu akan gabung jadi satu lepuh cukup besar
  • Lepuh itu biasanya akan pecah dan sel epithel terkelupas
  • Akibatnya, ada bekas tukak/erosi dengan dasar merah
  • Pecahan lepuh di lidah bisa terlihat sampai 1 bulan
  • Muncul juga lepuh di teracak/kuku kaki dan lingkar kukur
  • Vesikel/lepuh di kuku tampak jelas, kecuali jika kena lumpur
  • Akibat lepuh di kuku, sapi akan pincang atau malas berdiri
  • Saat sembuh, kadang kuku terkelupas memicu kepincangan kronis
  • Vesikel juga dapat ditemukan di puting atau ambing sapi
  • Akibat PMK, tingkat kematian di sapi muda bisa 50%.

2. Gejala klinis PMK pada kambing dan domba

  • Gejala biasanya tampak ringan
  • Biasanya tidak banyak lesi muncul
  • Lepuh biasanya terbentuk di sekitar puting
  • Lepuh juga bisa muncul di antara teracak kaki dan korona kuku
  • Lepuh di mulut biasanya sulit terlihat
  • Namun, lepuh bisa timbul di lidah dan gusi
  • Kambing atau domba terlihat sakit dan malas berdiri
  • Jika PMK parah, kaki kambing/domba pincang mendadak.

Baca juga artikel terkait PENYAKIT MULUT DAN KUKU atau tulisan lainnya dari Addi M Idhom

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Iswara N Raditya