tirto.id - Gempa berkekuatan 6,7 Skala Richter (SR) mengguncang Papua Nugini pada Rabu (7/3/2018) dini hari menurut seismolog Amerika Serikat.
Gempa yang terjadi sepekan setelah gempa besar di wilayah sama yang menewaskan sedikitnya 67 orang itu berpusat pada kedalaman 33 kilometer menurut badan survei geologis Amerika Serikat (US Geological Survei/USGS), sepeti dikutip Antara.
Ini merupakan gempa susulan terkuat yang melanda daerah pegunungan terpencil negara Pasifik tersebut. Dilaporkan, para petugas penyelamat masih kesulitan mencapai desa-desa yang aksesnya terputus akibat gempa berkekuatan 7,5 SR pada 26 Februari lalu.
Bencana pekan lalu digambarkan pejabat Australia yang berada di negara itu sebagai gempa terbesar yang melanda daerah dataran tinggi tersebut dalam satu abad. Ribuan orang masih mengungsi dan kesulitan mendapatkan makanan dan air bersih di Provinsi Southern Highlands, Western, Enga dan Hela, menurut Palang Merah.
Sementara jalan-jalan yang terblokir, listrik yang padam dan serangkaian gempa susulan yang sangat kuat menghambat usaha penyelamatan.
Pemerintah belum merilis jumlah korban resmi. Daerah yang terdampak gempa berada sekitar 600 kilometer barat laut ibu kota Port Moresby.
Air dan sanitasi menjadi kebutuhan utama warga lokal, sementara para pekerja bantuan tidak bisa menggunakan truk-truk besar ke sejumlah area karena jalan-jalan rusak akibat tanah longsor.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) juga mencatat gempa berkekuatan 6,8 SR yang kembali melanda Bovendigoel, Papua pada Selasa (6/3/2018) pada 21.13 WIB.
Menurut informasi BMKG, pusat gempa berada di darat sekitar 247 km tenggara Bovendigoel dengan kedalaman 47 kilometer. Gempa ini dirasakan cukup kuat hingga Tanah Merah, Merauke, dan Wamena. Meski begitu, gempa ini tidak berpotensi tsunami.
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari