tirto.id - Rabies adalah salah satu virus berbahaya yang berasal dari hewan yang dapat berisiko besar jika menyerang manusia karena dapat menyebabkan radang pada otak. Bagaimana ciri-ciri seseorang yang terkena penyakit rabies dan apakah benar penderita rabies akan takut air?
Melansir Medical News Today, penyakit rabies ini dapat disebarkan oleh hewan kepada manusia melalui gigitan dan cakaran. Jika gigitan atau cakaran hewan itu dibiarkan, maka seseorang itu berisiko fatal terkena infeksi yang dapat menjalar ke beberapa bagian tubuh.
Di Amerika Serikat, setiap tahunnya terdapat sekitar 1 hingga 3 orang yang terjangkit penyakit rabies. Pada kurun waktu di tahun 2008-2019, AS mencatatkan 25 asus rabies pada manusia, dengan delapan di antaranya melibatkan orang yang tertular rabies di luar negeri.
Menurut sejumlah sumber, penyakit rabies ini masih menjadi masalah di seluruh dunia, terlebih rabies ini disebut-sebut menjadi salah satu penyebab kematian akibat paparan infeksinya yang tak segera ditangani secara medis.
Penyakit rabies sendiri kebanyakan berasal dari hewan bertaring. Menurut para peniliti, 99% gigitan anjing bisa menyebabkan penyakit rabies. Hewan lainnya yang dapat menyebarkan virus rabies yakni hewan yang sudah terkena infeksi rabies seperti terkena serangan hewan lainnya.
Namun, beberapa hewan seperti anjing hutan, rakun, kelelawar, sigung, dan rubah, dipercaya memiliki virus rabies serta beresiko besar dapat menularkannya.
Virus rabies dikategorikan sebagai virus RNA dari keluarga rhabdovirus yang dapat mempengaruhi tubuh dimana virusnya masuk melalui sistem saraf tepi secara langsung kemudian berpindah ke otak.
Pada saat virus rabies mulai menjalar ke dalam tubuh, terutama masuk ke dalam sistem saraf, maka virus rabies akan menghasilkan peradangan akut pada otak dengan resiko tertingginya dapat memicu koma hingga kematian.
Ciri-Ciri Penyakit Rabies pada Manusia
Gejala awal jika seseorang terinfeksi virus rabies yakni kebanyakan diawali dengan gejala seperti keluhan penyakit flu, kemudian demam, sakit kepala, dan nyeri otot.
Selain itu, gejala rabies juga dapat menimbulkan gejala khas seperti kesemutan, nyeri, dan gatal yang sangat mengganggu di area gigitan hewan.
Mengutip Medical News Today, gejala dari penyakit rabies ini dapat berkembang melalui lima tahap yang berbeda, yakni melalui inkubasi, prodrome, periode neurologis akut, koma, hingga kematian.
Inkubasi
Proses inkubasi adalah waktu sebelum beberapa gejala mulai terasa. Menurut sumber medis, biasanya gejala ini akan berlangsung selama 2-3 bulan atau bisa juga dimulai 1 minggu sejak gigitan hingga 1 tahun.
Gejala dari infeksi rabies ini akan semakin cepat muncul jika sumber gigitan dari hewan yang terindikasi memiliki virus rabies semakin dekat dengan otak atau wilayah kepala.
Akan tetapi, seseorang yang terkena gigitan hewan terutama anjing liar disarankan agar segera ditangani secara medis tanpa harus menunggu adanya gejala yang muncul agar penyebaran virusnya dapat terdeteksi dan dihentikan.
Prodrome
Di masa prodrome ini, pengidap penyakit rabies akan merasakan gejala awal yang mirip dengan flu, termasuk demam tinggi, sakit kepala, kecemasan, nyeri sendi, sakit tenggorokan, batuk, mual, muntah, hingga ketidaknyamanan di lokasi gigitan.
Periode Neurologis Akut
Di fase ini, pengidap rabies akan merasakan gejala kebingungan dan agresi, kelumpuhan parsial, otot berkedut, otot leher kaku, kejang-kejang, hiperventilasi dan kesulitan bernapas, produksi air liur semakin banyak, muncul buih di mulut, takut air, takut cahaya, hingga halusinasi dan pernapasan semakin cepat namun tidak konsisten.
Koma dan Kematian
Seseorang yang terpapar virus rabies memiliki indikasi mengalami koma kemudian meninggal dalam waktu 3 hari. Hal ini dapat dipicu karena penyebaran virusnya tidak segera ditangani dengan benar
Diagnosis Rabies
Pada dasarnya, penyakit rabies ini tidak mudah dikenali secara kasat mata meskipun menunjukan beberapa gejala yang mirip dengan rabies. Untuk memastikannya, tenaga kesehatan profesional harus melakukan beberapa tes terlebih dahulu untuk menyimpulkan apakah seseorang tersebut terpapar rabies atau tidaknya.
Melalui tes laboratorium, tenaga kesehatan dapat menemukan adanya antibodi, namun antibodi tersebut justru tidak muncul sampai pada tahap akhir perkembangan virus. Hal tersebut bisa jadi indikasi awal penyebaran virus rabies mulai menjalar.
Seseorang yang pertama kali terkena gigitan atau cakaran hewan yang berkemungkinan mengidap rabies, disarankan agar segera mencucinya selama 15 menit menggunakan air sabun sebagai tahap pertolongan pertama guna meminimalkan jumlah partikel virus.
Jika dirasa ada yang mulai janggal, maka dianjurkan agar segera memeriksakan ke dokter untuk mendapatkan serangkaian suntikan termasuk vaksin rabies yang bisa mengobati potensi infeksi rabies.
Hal tersebut dianjurkan dilakukan sebab jika tidak ada pengobatan yang efektif bisa berakibat fatal hingga berujung kematian.
Cara Mencegah Infeksi Rabies
- Vaksinasi rabies secara teratur untuk hewan peliharaan terutama anjing atau hewan lainnya yang terindikasi memiliki virus rabies
- Meminimalisir impor hewan dari negara-negara tertentu
- Menjaga hewan peliharaan serta mengawasinya
- Jangan mendekati hewan liar
- Jauhkan kelelawar dari rumah
Apakah Benar Pengidap Rabies Takut Air?
Masih mengutip Medical News Today, salah satu gejala yang muncul akibat paparan virus rabies ini yakni seseorang akan merasa takut pada air atau hidrofobia.
Hal tersebut dilandaskan pada infeksi virus rabies yang dapat menyebabkan kejang hebat di tenggorokan pada saat seseorang yang terpapar itu mencoba untuk menelan ludah.
Di waktu yang sama, pengidap rabies akan diikuti oleh pikiran halusinasi hingga adanya pikiran menelan air bisa menyebabkan kejang. Sehingga, tak aneh jika pengidap rabies tampak seperti orang yang takut air karena dimotori oleh impresi gigitan hewan yang menularkan virus rabies melalui air liurnya.
Selain disebut dapat menyebabkan seperti takut pada air, seseorang yang terpapar infeksi virus rabies juga disebut-sebut dapat memiliki gejala fotofobia atau ketakutan akan cahaya.
Penulis: Imanudin Abdurohman
Editor: Dipna Videlia Putsanra