Menuju konten utama

Gaji 438 Guru Honorer Dipotong Jadi Rp1.750.000

Sedikitnya 438 Guru Tidak Tetap (GTT) atau honor di lingkungan Pemerintah Kota Pekanbaru, Riau memprotes dilakukannya pemotongan gaji mereka dari Rp2.100.000 menjadi Rp1.750.000 sejak Juli 2016.

Gaji 438 Guru Honorer Dipotong Jadi Rp1.750.000
Guru honorer yang tergabung dalam Forum Honorer Komunikasi Kategori 2 Indonesia (FHK2I) berunjuk rasa di depan Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, Senin (31/10). Mereka menuntut Pemprov Jabar mengalokasikan dana anggaran murni 2017, adanya standar UMK/UMP bagi guru, dan kelayakan honor. ANTARA FOTO/Agus Bebeng.

tirto.id - Sedikitnya 438 Guru Tidak Tetap (GTT) atau honorer di lingkungan Pemerintah Kota Pekanbaru, Riau memprotes dilakukannya pemotongan gaji mereka dari Rp2.100.000 menjadi Rp1.750.000 sejak Juli 2016.

Dewi Yulianora, salah satu guru honorer Kategori 2 (K2) di SDN 16 Pekanbaru Dewi Yulianora di Pekanbaru, Selasa (27/12/2016) mengatakan kepada Antara bahwa dia dan rekan seprofesi harus menerima potongan gaji yang bervariasi tergantung jenjang pendidikan.

"Saya biasa terima gaji Rp2.100.000 perbulan, sejak Juli dipotong hanya mendapat Rp1.750.000 per bulan," keluhnya.

Padahal sebut dia gaji tersebut sudah dipatok untuk kebutuhan biaya hidup dan anak sekolah serta keluarganya.

"Mana cukup untuk biaya hidup," katanya "Kalau dipotong seperti ini kami harus cari ke mana kurangnya."

Ia merinci besaran pemotongan untuk guru lulusan sarjana sebelumnya Rp2.100.000 menjadi Rp1.750.000, tamatan D3 honornya dipotong menjadi Rp1,650.000 dan SMA menjadi Rp1.500.00 per bulan.

"Makanya kami protes agar gaji kami 2017 dikembalikan ke nilai Rp2.100.000 per bulan" kata guru honorer sejak 2004 ini.

Berkaitan dengan masalah ini Pelaksana tugas (Plt) Wali Kota Pekanbaru Edwar Sanger membenarkan adanya pemotongan tersebut oleh Pemerintahan Kota (Pemko) Pekanbaru. Pihaknya mengaku pemotongan gaji itu tersebut untuk menyesuaikan dengan regulasi yang ada. Apalagi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pekanbaru 2017 sudah disahkan. Sehingga tidak mudah untuk mengubahnya.

"Tentu yang tahu sebagai pengguna anggaran Pemko ini adalah Sekdako," tegasnya beralasan.

Namun demikian ia berjanji akan meminta tim TAPD Pekanbaru bersama-sama utusan para guru yang protes membahas dan menyelesaikannya.

"Kami berharap ada solusi terbaik," kata dia.

Ditanya dasar apa Pemko Pekanbaru melakukan pemotongan honor para guru Edwar kembali menerangkan dikarenakan keuangan yang krisis.

Pasca-menurunnya penerimaan daerah dari berbagai sektor, DBH, DAU dan pajak membuat biaya yang harus ditalangi pemko dan biaya pembangunan tidak tercukupi alias minus.

"Kan kemampuan keuangan kita yang kurang selama ini kan, saya rasa semua tahu lah begitu saya masuk jadi Plt sudah begitu," tegas Edwar.

Namun demikian, sebut Edwar, hal ini masih bisa dibicarakan dengan baik. Siapa tahu ada perubahan keuangan tahun depan sehingga bisa di revisi. Walau yang pasti APBD 2017 sudah disahkan.

Sekedar informasi, belakangan Pemko Pekanbaru sudah memutuskan melakukan pengurangan pembayaran gaji honor Tenaga Harian Lepas yang bergantung pada Satuan Kerja Pekanbaru. Tujuannya untuk mencukupkan keuangan daerah yang menipis akibat tidak tercapainya penerimaan anggaran.

Edwar berdalih pemotongan tersebut dilakukan Pemko daripada merumahkan sebahagian besar THL yang dikhawatirkan berdampak negatif.

Pihaknya berharap tahun depan akan ada peningkatan pada penerimaan dan keuangan daerah.

Baca juga artikel terkait GURU HONORER

tirto.id - Pendidikan
Sumber: antara
Penulis: Agung DH
Editor: Agung DH