Menuju konten utama

Forestra 2024, Jeda Terbaik & Persembahan bagi Pohon-Pohon

Ugoran Prasad, “Kami merasa manggung buat pohon-pohon. Perasaan ini bergetar, susah diterjemahkan. Jika perasaan bisa diterjemahkan, kesannya jadi sepele.”

Forestra 2024, Jeda Terbaik & Persembahan bagi Pohon-Pohon
Forestra 2024. FOTO/Tim Dokumentasi Forestra 2024

tirto.id - Lima pekan sudah Forestra 2024 berlalu. Namun, panggung empat level dalam aksen hitam itu, deretan pohon pinus dalam balutan kabut tebal itu, suguhan musik dengan sound yang melenakan telinga itu, tata cahaya dan gambar latar yang menciptakan kesan surreal itu, begitu lekat di ingatan, lazimnya karya-karya monumental.

Akhir pekan, seperti biasa, kawasan Cikole, Bandung Barat, dipadati wisatawan. Sekalipun jalanan penuh dan kendaraan cuma bisa merayap, setibanya di lokasi, perjuangan mereka yang mendatangi kawasan Orchid Forest pada Sabtu terakhir Agustus 2024 itu terbayar kontan.

Sebelum sampai di hadapan panggung utama, kemegahan hutan pinus lebih dulu menyambut para penonton Forestra 2024. Suasana seperti ini, sebagaimana disampaikan penonton asal Jakarta Eggi Hadian, sejenak membikin pengunjung lupa akan hiruk pikuk dan keruwetan kota.

Venue Forestra istimewa. Mungkin venue outdoor terbaik di area Bandung. Suasananya yang serba hijau gampang menimbulkan perasaan syahdu,” kata Eggi.

Pukul 15.30, Nadin Amizah naik panggung. Tampil dalam balutan gaun kuning gading, selaras dengan rambutnya yang kemerahan, Nadin sesekali melenggak ke sana kemari sembari melepaskan alas kaki. Aksi ini membuatnya terlihat seperti seorang peri dari negeri dongeng tengah menikmati kebebasannya sendiri.

"Saya Nadin Amizah, lahir di Bandung, saat ini tinggal di Bekasi," ungkap Nadin, mengenalkan diri.

Penyanyi 24 tahun itu benar-benar menjadi pusat. Sihir suaranya membetot orang-orang untuk bergegas memenuhi area tempat duduk beralas rumput. Di antara desau angin dan pepohonan, nada-nada dari band pengiring serta lengking suara Nadin Amizah sungguh membuai dan melenakan.

Jika Anda pertama kali melihat penampilan langsung Nadin Amizah, Forestra menggoreskan sesuatu yang sukar dilupakan. “Lagu-lagu mellow dibawakan di tengah hutan, pesannya langsung menghunjam perasaan. Mengesankan,” ungkap Eggi Hadian.

Nadin Amizah Forestra 2024

Penyanyi Nadin Amizah di acara Forestra 2024. FOTO/Tim Dokumentasi Forestra 2024

Sehabis Nadin, giliran band mitos Majelis Lidah Berduri (Melbi) unjuk gigi. Jika penampilan Nadin membuai, aksi Melbi menyulut energi. Diawali denting piano yang mengiringi Ugoran Prasad melantunkan “Selat Malaka”, aksi Melbi menerbangkan imajinasi penonton ke dunia yang berbeda.

“Terima kasih Forestra, sudah mengundang kami sekelompok dukun semi profesional dari Kasihan, Bantul, Yogyakarta,” ungkap Ugoran Prasad, sang vokalis.

Bayangkan, lirik semacam “Aku nikahi engkau Tan Malaka dengan mas kawin tiket kapal laut seputar Asia”, “Di jalan tertulis jejak luka/Pemerintah tak bisa membacanya”, atau “Kota sudah dikepung tentara”, dibawakan dengan lantang dan bertenaga di tengah suasana hutan pinus yang sentimental.

“Kawal terus putusan MK! Kawal terus putusan MK!” Teriakan Ugo disambut tepuk tangan riuh dari arah penonton.

Cholil Mahmud, vokalis Efek Rumah Kaca, kedapatan menyaksikan penampilan Melbi bersama Morgue Vanguard. Digelar sepekan berselang setelah aksi Peringatan Darurat Kawal Putusan MK, Forestra dinilai Cholil sebagai sebuah jeda.

“Ini semacam rehat dari situasi tegang yang terjadi belakangan. Ketika diajak tampil di Forestra, kami tidak berharap bakal ada di situasi seperti ini. Meski ini semacam rehat, jangan sampai lengah. Jadikan ini momentum untuk memikirkan langkah-langkah berikutnya,” ungkap Cholil kepada awak Tirto.id, Sabtu (31/8/2024).

Efek Rumah Kaca (ERK) menjadi salah satu penampil yang berkolaborasi dengan Erwin Gutawa Orchestra, selain Nadin Amizah, Isyana Saraswati, Scaller, Diskoria, dan Tulus. Selain mereka, ada juga penampilan pembuka (tanpa iringan orkestra) dari Nadin Amizah, Majelis Lidah Berduri, Jason Ranti, dan The Adams.

Dengan jajaran penampil seperti itu, Forestra yang diselenggarakan oleh ABM by Barry Akbar menawarkan berbagai varian jenis musik bagi penonton. Selepas Melbi, suasana kembali dibikin rileks oleh Jason Ranti dengan gitar akustiknya. Sehabis break, sebelum Erwin Gutara Orchestra mengiringi para penampil utama, The Adams mendapat kesempatan lebih dulu untuk menggebrak panggung. Dinamika pertunjukannya begitu terasa.

Cholil, ditanya apakah ERK ada rencana lanjutan menjalin kolaborasi dengan Erwin Gutawa Orchestra, tersenyum.

“Diajak bawain 3 lagu aja udah senang. Kami sudah lama mengagumi karya-karya Mas Erwin dan Mas Jay. Jadi, diajak main di sini aja udah sebuah kehormatan,” kata Cholil.

Ugoran Prasad menyebut penampilan bandnya di Forestra tak ubahnya sebuah persembahan bagi pohon-pohon. Alasan Ugo, dilihat dari arah panggung, yang terlihat di hadapan hanyalah kemegahan pepohonan—betapa kecilnya manusia. Hal yang sama juga berlaku dari arah penonton. Segagah apa pun panggung empat level berdiri, di belakangnya menjulang pepohonan yang lebih tinggi.

“Kami merasa manggung buat pohon-pohon. Perasaan bergetar. Perasaan ini susah diterjemahkan. Jika perasaan bisa diterjemahkan, kesannya jadi sepele,” ungkap Ugo, di sesi tanya jawab dengan media.

Lepas dari keterangan Ugo, Barry Akbar, penggagas Forestra, menyebut setiap tiket yang dijual di Forestra 2024 juga dialokasikan untuk upaya pencegahan kebakaran hutan di Sumatera Selatan, bekerjasama dengan Greenpeace.

Majelis Lidah Berduri Forestra 2024

Grup musik Majelis Lidah Berduri acara Forestra 2024. FOTO/Tim Dokumentasi Forestra 2024

Sajian Terbaik

Jay Subyakto, Direktur Artistik Forestra, sengaja membiarkan panggung terbuka tanpa backdrop berupa screen atau kain penutup di belakangnya.

”Saya enggak pernah mau referensi dari luar. Misalnya kayak U2 di Sphere. Enggaklah. Kita punya alam yang luar biasa yang bisa kita pakai sebagai proyektor, tinggal tembak ke pepohonan. Nanti juga akan ada karaokestra, lirik lagu ditembak ke pohon,” tutur Jay, dalam jumpa pers Forestra 2024 di Orchid Forest Cikole, Kamis (18/7/2024).

Pernyataan Jay terbukti. Ketika Erwin Gutawa Orchestra tampil membawakan “Angin Malam” dalam format karaoke, penonton sing a long membaca lirik yang terpampang di udara, melayang-layang di atas panggung. Sebuah kombinasi magis yang memanjakan telinga dan mata.

Kemegahan artistik itu belum tentu bisa dinikmati semua penonton. Mereka yang duduk di kejauhan boleh jadi tidak melihat suguhan ajaib itu—entah karena posisi duduknya tidak strategis atau pandangannya terhalang kabut tebal. Namun begitu, semua pengisi acara masih bisa dinikmati penampilannya.

Sound-nya benar-benar jernih. Bahkan sambil terpejam pun, pertunjukan ini bisa dinikmati. Seakan-akan pohon-pohon pun ikut bernyanyi,” ungkap Novia, salah seorang pengunjung asal Cimahi. Pendapat Novia tidak berlebihan. Dengan format amfiteater, posisi panggung dan tempat duduk penonton disusun sedemikian rupa di antara julangan pepohonan.

Menurut Alvin Iqbal, salah seorang panitia, untuk mendirikan panggung gigantis tersebut tak ada sebatang pohon pun yang dikorbankan. “Mas Jay keukeuh gak boleh ada pohon yang ditebang. Dalam perhitungan Mas Jay, posisi panggung dengan pohon-pohon seperti ini paling enak secara akustik,” ungkap Alvin kepada reporter Tirto.id.

Ketika Nadin kembali ke panggung melantunkan “Bertaut” dengan iringan string yang kental, lagu itu seolah memberi isyarat bahwa meski hidup terus berjalan seperti bajingan, di Forestra 2024, perumpamaan itu sejenak tertangguhkan.

Kelindan keindahan antara musik dan hutan, ditambah senyum dan decak kagum yang terpancar dari paras orang-orang—bahkan di tengah kegelapan—menimbulkan kesan bahwa sepanjang pertunjukan “nyawa pun nyala kar’na Forestra”.

Isyana Saraswati menyebut kesempatan tampil di Forestra sebagai kehormatan sekaligus pengalaman unik yang sulit ditemukan padanannya di tempat lain.

"Berdiri di panggung Forestra, kembali tampil di tengah keindahan alam yang memukau dan didukung oleh puluhan pemain orkestra yang luar biasa, rasanya seperti kembali ke jati diriku yang sebenarnya. Ini adalah momen istimewa yang menggabungkan musik dan alam dalam cara yang istimewa," ungkap Isyana.

Erwin Gutawa Forestra 2024

Komponis Erwin Gutawa beraksi pada acara Forestra 2024. FOTO/Tim Dokumentasi Forestra 2024

Makin malam, kabut tebal yang merayap di kaki gunung Tangkubanperahu, di atas hutan Cikole, berubah menjadi embun. Embun pun turun menghujani area Forestra. Tulus sampai terlihat kikuk mengenalkan dirinya berkali-kali, lantaran sebelum lanjut menyanyi ia mesti menunggu para pemain orkestra lebih dulu melap-lap alat musik mereka.

Dengan venue yang sepenuhnya terbuka, penonton dan penampil sama-sama kebasahan. Namun, animo melanjutkan pertunjukan tak surut sedikit pun. Dalam situasi dan sajian seperti ini, Forestra patut disebut sebagai salah satu pertunjukan musik terbaik di Indonesia tahun 2024.

“Keberhasilan ini bukan hanya menciptakan pengalaman mendalam dan sulit dilupakan, tapi juga merupakan momen yang memperlihatkan betapa kuatnya ikatan alat musik yang dikembalikan ke alam, yang saling melengkapi, untuk menciptakan sesuatu yang benar-benar istimewa dan berkesan,” kata Erwin Gutawa, sang Music Director Forestra.

Baca juga artikel terkait KONSER MUSIK atau tulisan lainnya dari Zulkifli Songyanan

Penulis: Zulkifli Songyanan
Editor: Zulkifli Songyanan