Menuju konten utama

Fokus Kemendag di 2018: Kendalikan Inflasi dan Tingkatkan Ekspor

Presiden Joko Widodo meminta Kementerian Perdagangan berfokus mengendalikan inflasi, meningkatkan kapasitas ekspor dan mendorong revitalisasi pasar rakyat.

Fokus Kemendag di 2018: Kendalikan Inflasi dan Tingkatkan Ekspor
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukito (ketiga kiri) saat melakukan sidak (inspeksi mendadak) harga sembako di Pasar Kranggot Cilegon, Banten, Kamis (15/6/2017). ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman.

tirto.id - Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita mengatakan ada tiga hal yang ditekankan Presiden Joko Widodo untuk menjadi fokus sektor perdagangan pada 2018. Ketiganya ialah menjaga stabilitas harga yang bisa berdampak pada pengendalian inflasi, peningkatan kemampuan ekspor dengan membuka sejumlah pangsa pasar baru, serta revitalisasi pasar rakyat.

“Presiden menekankan agar tetap mengendalikan inflasi sehingga pertumbuhan ekonomi tidak sia-sia. Manakala pertumbuhan ekonomi tinggi, namun dengan inflasi tinggi maka akan menggerus kemampuan masyarakat,” kata Enggartiasto di kantornya, Jakarta pada Kamis (4/1/2018).

Menurut dia, pemerintah berupaya agar inflasi di 2018 dapat tetap terjaga. Kendati laju inflasi di 2017 relatif terkendali, yakni 3,61 persen, namun pemerintah terus akan menekan inflasi di tahun ini.

Enggartiasto berencana melakukan penentuan harga eceran tertinggi (HET) untuk sejumlah jenis bahan pokok, pendaftaran usaha bagi para distributor, serta pendaftaran gudang. Dengan demikian, pemerintah bisa memantau stok bahan pokok yang ada di gudang distributor guna menghindari terjadinya pelanggaran.

Sampai sekarang, penetapan regulasi HET telah diberlakukan pada beras, gula pasir, minyak goreng, dan daging sapi beku. Khusus untuk beras, HET ditetapkan berdasarkan wilayah dan jenisnya.

“Untuk itu kita tidak bisa kerja sendiri. Kita bekerjasama dengan stakeholders lain, seperti Kementerian Pertanian dan Satuan Tugas (Satgas) Pangan dari Polri,” ucap Enggartiasto.

Ia mengakui tingkat inflasi tahunan di 2017 mengalami kenaikan. Berdasarkan data BPS, laju inflasi pada 2015 dan 2016 berturut-turut adalah sebesar 3,35 persen dan 3,02 persen.

Sementara untuk kelompok bahan makanan, ia mengklaim inflasi sebesar 1,26 persen dengan andil senilai 0,25 persen merupakan yang terendah dalam enam tahun terakhir. Tak hanya itu, inflasi bahan makanan selama puasa tahun lalu yang senilai 0,86 persen, turun saat Lebaran menjadi 0,69 persen.

“Di 2018 ini kami akan lebih ketat dalam mengendalikan. Kami tidak akan membiarkan harga naik secara berlebihan,” kata Enggartiasto.

Dia menambahkan untuk capaian kinerja ekspor 2017 telah melampaui target. Enggartiasto mengatakan total ekspor Indonesia mencapai 170,30 miliar dolar AS. Rinciannya, ekspor migas sebesar 15,50 miliar dolar AS dan ekspor nonmigas 154,80 miliar dolar AS.

Pertumbuhan ekspor pada periode Januari-November 2017 (year-on-year) mencapai 17,20 persen. Sedangkan di 2018 ini sendiri, pertumbuhan ditargetkan mampu berada di kisaran angka 5-7 persen.

“Angka 5-7 persen itu perhitungan dari APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi 5,4 persen,” ujar Enggartiasto. “Biarkan dulu berjalan (dengan 5-7 persen). Kalau terlalu besar jaraknya, maka APBN jadi tidak kredibel.”

Untuk upaya merevitalisasi 5.000 pasar rakyat pun masih akan terus dilakukan di tahun ini. Sejak program mulai dicanangkan pada 2015, ia mengklaim Kemendag telah merenovasi 2.715 unit pasar rakyat. Pada 2018 ini, pembangunan pasar rakyat ditargetkan mampu mencapai 1.592 unit.

Baca juga artikel terkait INFLASI atau tulisan lainnya dari Damianus Andreas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Damianus Andreas
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Addi M Idhom