tirto.id - Kebakaran di Bukit Teletubbies, kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) pada Rabu (6/9/2023) lalu disebabkan oleh flare atau suar.
Flare ini digunakan oleh sekelompok pengunjung yang tengah melakukan sesi foto prewedding di kawasan tersebut.
Akibat dari insiden ini, seorang manajer wedding organizer akhirnya ditetapkan sebagai tersangka dan diamankan oleh Polres Probolinggo untuk menjalani proses hukum lebih lanjut.
Tersangka dituduh lalai dalam melakukan sesi foto prewedding, apalagi menggunakan flare yang membuat rumput kering di kawasan Bukit Teletubbies mudah terbakar.
Apa Itu Flare dan Bagaimana Cara Menggunakannya dengan Benar?
Flare atau suar adalah jenis alat piroteknik yang dirancang bisa menghasilkan cahaya api yang sangat terang. Flare sebenarnya termasuk ke dalam visual distress signal atau tanda bahaya visual. Jadi, flare merupakan jenis perlengkapan keselamatan yang harus ada di setiap kapal.
Secara umum, ada dua jenis flare dengan fungsi yang berbeda, yaitu:
- Collision Avoidance Flares: suar yang mengeluarkan cahaya putih dan dirancang untuk memberitahu kapal lain tentang posisi kita.
- Distress Flares: suar yang hanya boleh dipakai sebagai tanda bahaya. Biasanya akan mengeluarkan warna merah atau oranye.
Penting untuk diketahui juga bahwa alat piroteknik seperti flare dapat menghasilkan nyala api yang sangat panas. Karena itu, flare yang tidak digunakan dengan tepat bisa menyebabkan kebakaran, apalagi jika berdekatan dengan benda yang mudah tersulut api.
Cara dan Aturan Penggunaan Flare
Flare hanya boleh digunakan sebagai sinyal tanda bahaya. Penggunaannya pun tidak bisa sembarangan karena ada aturan yang harus dipatuhi.
Aturan utama dalam penggunaan flare adalah hanya boleh dinyalakan ketika kita berada dalam kondisi berbahaya atau mengancam nyawa.
Selain itu, flare hanya dinyalakan ketika ada pesawat/kapal/orang lain yang terlihat oleh kita.
Dengan demikian, flare atau sinyal bahaya yang kita nyalakan dapat langsung diketahui oleh orang lain dan penyelamatan bisa segera dilakukan.
Mengutip dari Maritime Safety Victoria, berikut cara penggunaan flare yang aman:
- Pastikan untuk selalu membaca dan mengikuti instruksi yang tertera pada flare.
- Pastikan angin berhembus dari belakang tubuh sehingga nyala suar tidak mengarah ke Anda.
- Genggam flare tepat pada area pegangannya. Tabung logam flare akan sangat panas, jadi jangan pegang flare sembarangan.
- Buka tutup flare bagian atas.
- Saat memegang flare, pastikan untuk selalu menjauhkan flare dari tubuh Anda.
- Jangan pernah melihat langsung bagian atas flare.
- Dengan memakai tangan lainnya, tarik dan lepaskan tanda kuning pada flare (penting diingat untuk selalu membaca instruksi pemakaian karena setiap flare bisa berbeda-beda).
- Setelah flare dinyalakan, pastikan untuk memegang dan mengarahkan flare ke atas atau jauhkan dari tubuh Anda. Pastikan juga arah angin selalu dari belakang.
- Setelah selesai (jika nyala api atau asapnya sudah habis), jatuhkan atau buang flare ke dalam air. Jangan pernah membuang flare ke dalam kapal.
Cara Menyimpan Flare yang Benar
Tak hanya soal penggunaan, penyimpanan flare juga harus diperhatikan agar lebih aman. Berikut cara menyimpan flare seperti direkomendasikan oleh laman Endeavour Sailing:
- Simpan di tempat yang kering, misalnya wadah khusus flare.
- Simpan di tempat yang mudah dijangkau dan pastikan semua kru kapal mengetahui lokasi penyimpanannya.
- Perhatikan masa kedaluwarsa flare pada kemasannya. Flare umumnya memiliki umur simpan hingga tiga tahun.
Penulis: Erika Erilia
Editor: Nur Hidayah Perwitasari