Menuju konten utama

Filsafat & Critical Thinking Mulai Diajarkan di Sekolah Arab Saudi

Filsafat, critical thinking, hukum dan literasi keuangan bakal diajarkan di sekolah Arab Saudi sebagai bagian dari Vision 2030

Filsafat & Critical Thinking Mulai Diajarkan di Sekolah Arab Saudi
Ilustrasi. AP/STR

tirto.id - Departemen Pendidikan Arab Saudi mulai menerapkan kurikulum baru yang memuat filsafat dan critical thinking sebagai mata pelajaran yang bakal diajarkan di sekolah menengah atas mulai tahun ini.

Mengutip Arab News, Mantan Menteri Pendidikan Arab Saudi, Ahmed Al-Issa menerapkan program pendidikan ini yang diklaim dapat membantu pelajar dapat meningkatkan pemikiran mandiri.

Pemikiran mandiri itu, menurut Ahmed, bisa diperoleh dengan mengasah para siswa untuk aktif bertanya. Siswa juga diharapkan dapat menghormati sudut pandang yang berbeda dan meningkatkan kepercayaan diri siswa.

Penerapan mata pelajaran baru ini selaras dengan Vision 2030 Saudi yang pendidikan harus dikembangkan untuk fokus pada murid, bukan guru, menurut juru bicara untuk Departemen Pendidikan, Mubarak Al-Osaimi.

Vision 2030 juga memuat bahwa pendidikan harus difokuskan untuk menanamkan keterampilan bagi siswa, meningkatkan kepercayaan diri dan mempromosikan semangat kreativitas.

"Pemikiran kritis dan cara menyelesaikan masalah adalah keterampilan yang penting dan penting bagi kaum muda untuk menguasainya dalam membantu pengembangan diri," ujarnya.

Namun Departemen pendidikan Arab Saudi mengakui bahwa penerapan mata pelajaran baru membutuhkan waktu.

Usai memperkenalkan filsafat dan critical thinking, pemerintah bakal menambah mata pelajaran tentang hukum dan literasi keuangan di sekolah Arab Saudi.

Fahad Shoqiran seorang penulis dan peneliti Saudi yang juga mendirikan Riyadh Philosophers Group mengatakan bahwa Saudi kini tak hanya fokus pada pertumbuhan ekonomi tetapi mencakup budaya dan pendidikan.

"Mengajarkan filsafat membuat guru tak bisa lagi mengadopsi pendekatan dengan menghadirkan jawaban yang telah disediakan bagi para siswa, tetapi harus dilakukan dengan diskusi untuk mencari jawabannya," ujar Fahad, dikutip dari Al Arabiya.

Ia juga menekankan bahwa filsafat bukanlah mata pelajaran menghafal. Membaca dan memperkaya pikiran merupakan hal yang terpenting, menurutnya.

Dikutip dari Jerusalem Post, sebanyak 200 orang guru telah dilatih untuk mengajar filsafat. Sebelumnya pemerintah Arab Saudi melarang filsafat di ajarkan di sekolah dalam beberapa dekade.

Mulai tahun 1960-an, Sheikh Abdel-Aziz bin Baz dan para ulama Saudi mengeluarkan beberapa fatwa yang melarang pengajaran filsafat di sekolah-sekolah. Mereka memandang filsafat sebagai "sesat" dan "jahat" - ancaman terhadap pilar masyarakat Saudi.

Baca juga artikel terkait VISION 2030 atau tulisan lainnya dari Yantina Debora

tirto.id - Pendidikan
Penulis: Yantina Debora
Editor: Yantina Debora