Menuju konten utama

Fernandinho adalah Wujud Dominasi Manchester City atas Arsenal

City memakai dua formasi saat melawan Arsenal. Saat bertahan pakai formasi 4-3-3, dan saat menyerang jadi 3-4-3. Kuncinya ada di Fernandinho

Fernandinho adalah Wujud Dominasi Manchester City atas Arsenal
Suporter Manchester City menyaksikan laga Premier League. AP Photo/Jon Super

tirto.id - "Ini bukan masalah angka, tapi tentang bagaimana cara kamu bermain," kata Pep Guardiola. "Para pelatih akan menonton pertandingan kami [Manchester City] dari televisi dan saat mereka melihat betapa bagusnya permainan kami, mereka akan berada dalam tekanan."

Pep Guardiola berkata seperti itu pada Sabtu (2/2/2019), sehari sebelum Manchester City bertandingan melawan Arsenal di Stadion Etihad, Manchester. Pernyataan itu jelas ditujukan untuk memberikan tekanan terhadap Liverpool, sang pemuncak klasemen sementara di Premier League, yang baru akan bertanding melawan West Ham United pada Selasa (5/2/2019) nanti.

Namun, pernyataan itu sebetulnya juga bisa menjadi pedang bermata dua bagi City. Jika City gagal bermain bagus melawan Arsenal, apalagi sampai gagal meraih angka penuh, mental City bisa runtuh dan Liverpool akan berada di atas angin. Sebaliknya, jika City mampu bermain bagus dan berhasil meraih angka penuh, pernyataan Pep itu barangkali benar-benar akan mengintimidasi Liverpool: musuh anak asuh Jurgen Klopp tersebut bukan hanya West Ham, tapi juga jarak yang terpangkas menjadi dua angka karena permainan bagus yang diterapkan City.

Hebatnya, pemain-pemain City ternyata tahu betul bagaimana cara menyikapi pernyataan Guardiola itu. Pada hari pertandingan, mereka mampu membuktikan Guardiola tak hanya jago dalam menggertak: City berhasil mengalahkan Arsenal 3-1. Mereka juga menang dengan gaya.

Taktik Reaktif Arsenal

Unai Emery, pelatih Arsenal, melakukan pendekatan taktik yang mengejutkan dalam pertandingan melawan City. Setelah sempat bermain dengan formasi 4-4-2 berlian dalam beberapa pertandingan terakhir Arsenal, ia menerapkan formasi 4-4-2 flat di Etihad. Ia hanya menempatkan Alex Iwobi, satu-satunya pemain berkarakter menyerang di lini tengah. Sisanya Matteo Guendonzi, Lucas Torreira, serta Sead Kolasinac menjadi petarung di lini tengah. Itu artinya, Arsenal memilih untuk bermain bertahan.

Lantas, selain memanfaatkan Alex Iwobi, bagaimana cara Arsenal dalam menyerang?

Arsenal mengandalkan duet penyerang mereka, Alexandre Lacazette dan Pierre-Emerick Aubameyang. Saat bertahan mereka turun jauh ke belakang, lalu siap meledak ke lini depan dengan kecepatan yang mereka miliki ketika Arsenal mempunyai kesempatan untuk melakukan serangan balik.

Sayangnya, pendekatan taktik itu ternyata langsung berantakan ketika pertandingan baru belum genap satu menit. Aymeric Laporte, full-back kiri City, berhasil mencuri bola dari Iwobi di sektor kanan pertahan Arsenal. Mantan pemain Athetic Bilbao tersebut lantas mengirimkan umpan silang ke jantung pertahanan Arsenal. Bola mengarah ke Kun Aguero, penyerang City. Dengan sundulan kepala, Aguero pun berhasil membuat City unggul.

Yang menarik, Arsenal memang segera menyamakan kedudukan melalui sundulan Laurent Koscielny. Tapi, pendekatan taktik Guardiola ternyata terlalu dahsyat untuk mereka lawan.

"Mereka [City] menunjukkan superioritas mereka selama 90 menit penuh," kata Emery setelah pertandingan.

Peran Fernandinho

City memainkan dua formasi dalam pertandingan itu. Saat bertahan mereka bermain dengan formasi 4-3-3, sedangkan saat menyerang formasi City berubah menjadi 3-4-3. Kunci dari perubahan formasi itu adalah peran Fernandinho: ia sejatinya bermain sebagai salah satu bek tengah City, tapi ketika City menguasai bola, ia akan bermain sebagai gelandang bertahan.

Pendekatan itu digunakan Pep untuk menjaga keseimbangan permainan City. Mengincar serangan dari sisi lapangan, City tidak membiarkan dua full-back mereka terlalu aktif dalam menyerang. Tugas Walker dan Laporte, duet full-back City, dalam membantu serangan dari sisi sayap lantas dialihkan kepada Kevin de Bruyne serta David Silva, dua gelandang tengah City.

Dari sana, dengan adanya Fernandinho di lini tengah, City kemudian bisa mendapatkan dua keuntungan. Pertama, saat De Bruyne dan David Silva bermain melebar, Fernandinho bisa membantu Ilkay Gundogan dalam mengontrol lini tengah. Kedua, terutama saat Lacazette maupun Aubameyang bermain melebar, City tak perlu khawatir dengan serangan balik Arsenal.

Pendekatan taktik Guardiola itu ternyata manjur. Karena mendapatkan dukungan dari David Silva serta Kevin De Bruyne, juga tanpa perlu memikirkan soal pertahanan, Raheem Sterling dan Bernardo Silva bisa secara leluasa mengacak-ngacak pertahanan Arsenal. City pun tampak dominan di sisi lapangan.

Menurut catatan Whoscored, City setidaknya berhasil mengirimkan 18 umpan silang pada pertandingan itu, yang sebagian besar dilakukan oleh Sterling dan Bernardo Silva. Kemudian, dari 19 percobaan tembakan ke gawang yang dilakukan City, hampir semuanya berasal umpan-umpan silang itu. Kulminasinya: 12 di antara 19 percobaan tembakan itu berhasil mengarah tepat sasaran dan 3 umpan silang dari sisi kiri lini serang City berhasil dikonversi menjadi gol oleh Aguero.

"Saat Fernandinho maju ke depan, menjadi gelandang tambahan, ia sulit disadari oleh lawan karena muncul dari area yang tak terduga. Dua menit sebelum jeda, ia tiba-tiba muncul dari belakang lalu mengirimkan umpan lambung ke sisi kiri, ke arah Raheem Sterling [...] Sterling lalu melakukan umpan satu-dua sentuhan dengan Gundogan, mengirim umpan ke silang ke jantung pertahanan Arsenal, yang berhasil dimanfaatkan dengan baik oleh Aguero," tulis Jonathan Wilson di Sport Illustrated, menyoal gol kedua City yang menurutnya mampu mewakili pendekatan taktik Guardiola.

Baca juga artikel terkait PREMIER LEAGUE atau tulisan lainnya dari Renalto Setiawan

tirto.id - Olahraga
Penulis: Renalto Setiawan
Editor: Mufti Sholih