Menuju konten utama

Fenomena Alphelion Adalah Apa, Benarkah Jadi Penyebab Suhu Dingin?

Fenomena alphelion adalah fenomena saat posisi bumi sedikit lebih jauh dari biasanya terhadap matahari.

Fenomena Alphelion Adalah Apa, Benarkah Jadi Penyebab Suhu Dingin?
Ilustrasi Cuaca Dingin. foto/istockphoto

tirto.id - Beredar pesan berantai di aplikasi WhatsApp yang menyebutkan bahwa mulai 22 Agustus mendatang akan terjadi cuaca yang lebih dingin karena adanya fenomena alphelion.

"Mulai besok hingga 22 Agustus cuaca akan lebih dingin dan lebih dingin dari tahun lalu. Ini disebut fenomena Albelian. Dimulai besok pagi jam 5-27. Kita tidak hanya akan melihat tetapi juga mengalami efek dari Fenomena Alphelion. Ini akan berakhir pada Agustus 2022. Selama ini kita akan mengalami cuaca dingin yang belum pernah ada sebelumnya.. karena itu.. badan kita pegal-pegal dan tenggorokan tersumbat, demam, batuk dan masalah pernapasan terjadi. Oleh karena itu, lebih baik memperkuat sistem kekebalan tubuh Anda dengan vitamin dan produk makanan sehat lainnya. Jarak antara Matahari dan Bumi adalah 90.000.000 km. Tapi selama Fenomena Alphelion ini, jarak antara keduanya akan meningkat menjadi 152.000.000 km. Itu adalah peningkatan 66%. Silakan bagikan ini dengan keluarga, teman, dan orang yang Anda cintai," isi pesan berantai tersebut.

Lantas, apakah benar akan terjadi fenomena alphelion dan apa sebenarnya fenomena alphelion itu?

Sub Koordinator Bidang Prediksi Cuaca BMKG, Ida Pramuwardani saat dihubungi redaksi Tirto menjelaskan bahwa fenomena alphelion adalah fenomena saat posisi bumi sedikit lebih jauh dari biasanya terhadap matahari.

"Fenomena ini tidak secara langsung memberikan dampak berupa penurunan suhu yang ekstrem," tegasnya.

Menurutnya, penurunan suhu di bulan Juli hingga Agustus ini umumnya disebabkan oleh beberapa faktor yaitu,

1. Tutupan awan yang tidak signifikan atau minimnya tutupan awan menyebabkan sinar matahari atau radiasi matahari dapat lepas secara langsung ke angkasa.

2. Kurangnya uap air di udara yang berperan untuk menampung panas.

3. Tiupan massa udara dingin dari wilayah benua Australia.

"Ketiga hal inilah yang menyebabkan suhu di wilayah Indonesia cenderung lebih rendah dari pada umumnya di musim kemarau seperti ini," ujarnya.

Sementara itu terkait suhu dingin ekstrem, Ida mengatakan bahwa suhu dingin baru bisa dikatakan ekstrem saat mencapai 3 derajat lebih rendah dari rata-rata normalnya.

Selain itu, setiap daerah tentu juga memiliki nilai normal yang berbeda, maka ambang batas ekstrem setiap daerah juga berbeda beda. Sedangkan berdasarkan hasil pengamatan BMKG, suhu udara terendah sepekan terakhir, tercatat di Stasiun Meteorologi Frans Sales Lega, di Ruteng, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur dengan suhu mencapai 10.2 hingga 12.8 derajat C, pada 24 Juli 2022.

"Ini paling dingin seminggu terakhir. Jadi suhu paling minimum yang tercatat dari stasiun BMKG di seluruh indonesia," pungkas Ida.

Baca juga artikel terkait FENOMENA ALPHELION atau tulisan lainnya dari Nur Hidayah Perwitasari

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Nur Hidayah Perwitasari
Editor: Iswara N Raditya