tirto.id - Asosiasi Sepakbola Malaysia (FAM) menyayangkan kinerja Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) yang tak dapat mengantisipasi intimidasi terhadap suporter Malaysia.
"FAM menganggap PSSI, melalui otoritas lokal, tidak bisa mengantisipasi insiden, dengan demikian gagal menepati janji yang telah disampaikan di depan umum," kata Sekretaris Jenderal FAM Stuart Ramalingam dalam keterangan di laman resminya, seperti dilansir Antara, Kamis (6/9/2019).
FAM menilai PSSI tak mampu mengendalikan suporter Timnas Indonesia baik sebelum, selama dan sesudah pertandingan Kualifikasi Piala Dunia 2022, di Stadion Utama Gelora Bung Karno, semalam.
Gangguan yang dialami suporter Malaysia tetap terjadi meski mereka menggunakan bus dengan pengawalan kepolisian untuk menuju dan meninggalkan stadion.
"Terkait keamanan suporter dalam pertemuan dengan FAM yang berlangsung pada 20 dan 27 Agustus 2019, juga dihadiri petinggi keamanan Malaysia, yaitu Wakil Komandan Pasukan Persekutuan (FRU) ACP Kamarulzaman Maarof," sebut Stuart.
Terkait intimidasi supoter Indonesia, FAM secara resmi melaporkan kejadian itu kepada FIFA dan AFC.
"Peristiwa tersebut mencemarkan citra sepak bola Indonesia," ujar Stuart.
Terkait pelaporan ke FIFA ini, PSSI menyikapinya dengan pasrah.
"Ya, kami harus terima jika FIFA menjatuhkan sanksi kepada kita. Kalau salah yang kita terima saja," ungkap Sekretaris Jendral (Sekjen) PSSI, Ratu Tisha Destria.
Ia mengapresiasi sikap suporter Malaysia yang tak terprovokasi dan bersikap positif. Ia bahkan menjamin tak membalas dan menjaga suporter Indonesia yang ke Malaysia dalam laga lanjutan Kualifikasi Grup G Zona Asia.
"FAM juga meminta masyarakat Malaysia untuk tetap menyambut baik suporter Indonesia yang datang ke Malaysia," ungkapnya.
Dalam laga semalam, Indonesia dipecundangi Malaysia 2-3. Dengan hasil ini, Indonesia berada di urutan buncit klasemen. Sedangkan Malaysia memuncaki klasemen dengan 3 poin.
Timnas Indonesia dijadwalkan bertandang ke Malaysia dalam laga lanjutan kualifikasi ini, Kamis, 11 September 2019.
Editor: Maya Saputri & Antara