tirto.id - Banyal hal yang selama ini menjadi faktor pendorong kerja sama antar-negara ASEAN. Namun, tak sedikit pula faktor penghambat kerja sama negara-negara ASEAN.
Penguatan kerja sama antar-negara di Asia Tenggara menjadi salah satu alasan pendirian ASEAN, atau Association of Southeast Asian Nations (Perhimpunan Negara-negara Asia Tenggara). Ketika ASEAN berdiri pada 8 Agustus 1967, lima negara pendiri merasa memiliki persamaan nasib.
Situasi global usai Perang Dunia II yang kacau membuat sejumlah negara, terutama di Asia Tenggara, juga terkena imbasnya. Wilayah Asia Tenggara menjadi sasaran rebutan antara dua negara adikuasa yakni yang digolongkan ke dalam blok barat (Amerika Serikat) dan blok timur (Uni Soviet). Disebut sebagai Perang Dingin, situasi itu bikin cemas banyak negara berkembang.
Perang Vietnam merupakan salah satu peristiwa yang muncul akibat dari perang dingin. Terlebih lagi, dampak perang itu tidak hanya dirasakan oleh Vietnam tetapi juga negara-negara sekitarnya seperti Kamboja, Laos, dan Thailand.
Konflik-konflik itulah yang mendorong sejumlah negara di wilayah Asia Tenggara untuk membentuk organisasi yang diharapkan bisa menjadi wadah pemersatu. Tujuan utamanya ialah meningkatkan perdamaian, stabilitas regional, dan kerja sama demi keuntungan bersama.
Faktor Pendorong Kerja Sama ASEAN
Sejak awal berdiri pada 1967, negara-negara anggota ASEAN telah menjalin kerja sama di berbagai bidang. Hal itu dilakukan dengan tujuan mengatasi masalah yang dialami oleh setiap negara anggota.
Mengutip buku Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VIII SMP/MTS (2017) terbitan Kemdikbud, terdapat dua faktor yang mendorong terbentuknya kerja sama antarnegara ASEAN.
1. Perbedaan dan Kesamaan SDA (Sumber Daya Alam)
Kesamaan sumber daya alam antarnegara bisa menjadi salah satu faktor pendorong terbentuknya kerja sama. Misalnya, sejumlah negara penghasil minyak bumi membentuk OPEC (Organization of Petroleum Exporting Countries).
Namun, perbedaan sumber daya alam juga bisa menjadi pendorong terbentuknya organisasi. Di ASEAN, sejumlah negara-negara anggota menjalin kerja sama bilateral ekspor-impor untuk memenuhi kebutuhan masing-masing. Sebagai misal, Indonesia mengekspor hasil perkebunan ke Singapura dan Malaysia. Di sisi lain, Indonesia juga mengimpor beras dari Myanmar dan Thailand.
2. Perbedaan dan Kesamaan Wilayah (Kondisi Geografis)
Kesamaan letak geografis bisa menjadi salah satu pendorong adanya kerja sama antarnegara ASEAN. Karena kesamaan letak geografis, beberapa negara di suatu kawasan pada umumnya mengadakan kerja sama untuk menjaga stabilitas dan keamanan negara.
Faktor kesamaan ini bisa berkaitan dengan kedekatan wilayah, keterkaitan dengan satu perairan tertentu, atau berada di satu regional yang sama. Negara-negara ASEAN memiliki kedekatan dari segi jarak antar-wilayah. Selain itu, negara-negara ASEAN juga saling bersinggungan wilayahnya. Semua anggota ASEAN juga menempati regional yang sama, yakni Asia Tenggara.
Sementara itu, faktor perbedaan wilayah bisa mendorong kerja sama ketika membuat negara satu dengan yang lain saling bergantung. Sebagai contoh, Indonesia yang memiliki wilayah luas kaya akan komoditas ekspor perlu bekerja sama dengan Singapura yang memiliki pelabuhan berstandar internasional. Meski wilayahnya sempit, Singapura memiliki pelabuhan di jalur strategis pelayaran dunia, serta terhubung dengan banyak negara tujuan ekspor Indonesia.
Faktor Penghambat Kerja Sama ASEAN
Kerja sama antarnegara ASEAN tidak selalu berjalan mulus. Selama berdirinya organisasi tersebut, ketegangan antarnegara anggota tidak bisa dihindarkan.
Indonesia pernah bersitegang dengan Malaysia perihal perebutan wilayah teritorial. Filipina dan Malaysia juga pernah terlibat konflik kedaulatan atas Sabah.
Jika dirangkum, setidaknya ada 4 faktor penghambat kerja sama antar-negara ASEAN, meliputi: perbedaan ideologi, konflik dan peperangan, kebijakan protektif, serta perbedaan kepentingan setiap negara. Berikut ini penjelasannya.
1. Perbedaan Ideologi
Perbedaan ideologi tiap negara anggota ASEAN bisa menjadi penghambat kerja sama. Pasalnya, ideologi yang dianut tersebut merupakan landasan dari semua kebijakan yang diterapkan di setiap negara.
2. Konflik dan peperangan
Kondisi konflik dan peperangan yang terjadi di dalam negeri akan menghambat kerja sama yang hendak dijalin dengan negara lain. Selain itu, ketegangan antarnegara juga berpotensi mengancam rencana kerja sama yang sebelumnya hendak dijalin.
3. Kebijakan protektif
Suatu negara yang menerapkan kebijakan protektif dapat menghambat adanya kerja sama dengan negara lain. Misalnya, suatu negara tidak menerima impor hasil pertanian karena menilainya dapat menggerus pendapatan petani di dalam negeri.
Dampak kebijakan protektif ini dapat memengaruhi hubungan antarnegara sehingga menghambat kerja sama di berbagai bidang.
4. Perbedaan kepentingan tiap-tiap negara
Kerja sama luar negeri dibutuhkan bagi perkembangan dan masa depan semua negara, termasuk para anggota ASEAN. Akan tetapi, setiap negara bisa memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Hal inilah yang dapat menghambat kerja sama antar-negara.
Penulis: Fadli Nasrudin
Editor: Addi M Idhom