Menuju konten utama

Fakta Viral Balita Naik Gunung Kerinci, Aturan dan Bahayanya

Apakah boleh ajak balita naik gunung seperti kasus viral balita naik Gunung Kerinci dan apa bahayanya?

Fakta Viral Balita Naik Gunung Kerinci, Aturan dan Bahayanya
Ilustrasi Mendaki Bersama Anak. foto/IStockphoto

tirto.id - Video seorang balita yang mendaki Gunung Kerinci tengah viral di media sosial. Dalam video yang beredar, tampak balita berjaket merah muda yang dituntun dan sesekali digendong oleh sang ayah melewati jalur pendakian terjal berbatu.

Video ini sontak menuai kontroversi di kalangan warganet. Mereka menilai bahwa balita sekecil itu tidak seharusnya mendaki gunung karena dianggap terlalu berbahaya. Tak sedikit juga netizen yang menghujat orang tuanya yang dianggap egois karena tidak memikirkan keselamatan si balita.

Gunung Kerinci sendiri merupakan gunung tertinggi di Sumatera yang berada di Provinsi Jambi. Gunung dengan ketinggian mencapai 3.805 mdpl ini juga dinobatkan sebagai gunung berapi tertinggi di Indonesia.

Meski demikian, balita berjaket pink dalam video viral tersebut rupanya berhasil mencapai puncak Gunung Kerinci. Hal ini diketahui dari postingan akun @rudyksty yang tak lain adalah sang ayah.

Balita tersebut rupanya bernama Baby Anna. Sang ayah yang memang gemar mendaki gunung sempat menceritakan pengalaman putrinya saat naik Gunung Kerinci selama 3 hari 2 malam.

Ia mengungkapkan bahwa pendakian tersebut dilakukan tanggal 15 Agustus 2023 dan berhasil mencapai puncak di hari ketiga atau pada 17 Agustus 2023. Pendakian ke Gunung Kerinci ini pun bukan pertama kalinya bagi Baby Anna. Lewat postingan ayahnya, Baby Anna diketahui pernah juga naik ke Gunung Arjuno-Welirang yang terletak di Jawa Timur.

Aturan Mendaki Gunung Bagi Balita

Video Baby Anna yang naik Gunung Kerinci menimbulkan pertanyaan apakah balita memang diizinkan untuk melakukan pendakian.

Jika dilihat dari surat Keputusan Kepala Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) tentang SOP Pendakian Gunung Kerinci, memang tidak ada larangan bagi balita untuk mendaki gunung.

Menurut ketentuan yang ada, calon pendaki berusia di bawah 17 tahun wajib menyerahkan surat izin orang tua/wali yang ditandatangani di atas materai Rp6.000. Selain itu, wajib pula melampirkan fotokopi KTP orang tua/wali.

Artinya, tidak ada aturan tentang batasan usia pendaki. Namun, untuk anak kecil atau balita memang seharusnya didampingi oleh orang dewasa.

Tak hanya itu, tanggung jawab dan keselamatan pendaki adalah tanggung jawab pribadi. Demikian pula dengan keselamatan balita harus menjadi tanggung jawab orang tuanya.

Jadi, apabila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, pihak orang tua/pendaki tidak berhak menuntut pihak pengelola (Balai Besar TNKS), maupun pemandu, porter, atau pemerintah daerah.

Bahaya Balita Mendaki Gunung

Mengenalkan alam seperti mendaki gunung pada anak-anak sejak dini adalah hal yang positif. Di luar negeri, hal seperti ini sebenarnya termasuk hal yang cukup umum dilakukan oleh para orang tua pencinta alam.

Meski demikian, penting untuk diingat bahwa orang tua juga harus tahu batas kemampuan anaknya. Menurut laman Summitpost, anak yang diajak untuk mendaki gunung setidaknya harus sudah bisa mengomunikasikan apa yang ia rasakan pada orang tuanya, misalnya menangis atau mengatakan langsung ketika merasa sakit atau tidak nyaman.

Di pihak lain, orang tua juga harus selalu peka dengan anaknya selama melakukan pendakian. Apabila sang anak merasa tidak nyaman dan menangis, orang tua tidak boleh memaksakan diri dan dianjurkan segera turun untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.

Mengutip dari situs Antara News, salah satu risiko berbahaya yang bisa dialami oleh balita yang naik gunung adalah hipotermia. Hipotermia sendiri adalah kondisi ketika suhu tubuh mendadak turun drastis yang umumnya disebabkan paparan udara dingin yang ekstrem.

Sehingga, sebelum mendaki gunung, orang tua wajib memastikan kesehatan dan kemampuan anaknya, melakukan persiapan yang maksimal, dan selalu waspada selama mendaki dengan sang buah hati.

Baca juga artikel terkait KESEHATAN PEREMPUAN atau tulisan lainnya dari Erika Erilia

tirto.id - Gaya hidup
Kontributor: Erika Erilia
Penulis: Erika Erilia
Editor: Nur Hidayah Perwitasari