Menuju konten utama
Pandemi COVID-19

Faisal Basri Sebut Dampak Ekonomi akan Lebih Buruk Tanpa Lockdown

Faisal Basri mengingatkan kalau kebijakan lockdown masih diulur-ulur, maka dampak ekonominya akan jauh lebih berat dari yang dikhawatirkan terjadi selama periode karantina wilayah itu.

Faisal Basri Sebut Dampak Ekonomi akan Lebih Buruk Tanpa Lockdown
Ilustrasi Virus Corona. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Ekonom senior Universitas Indonesia Faisal Basri mendesak pemerintah segera melakukan lockdown terutama Jakarta yang menjadi episentrum pandemi Corona atau COVID-19 di Indonesia.

Faisal mengingatkan kalau kebijakan itu masih diulur-ulur, maka dampak ekonominya akan jauh lebih berat dari yang dikhawatirkan terjadi selama periode lockdown itu sendiri.

“Nanti negara lain sudah rebound, kita rebound-nya lebih lama. Lebih baik kita pahit dalam jangka pendek, tapi ceria hadapi jangka menengah dan panjang. Ketimbang gini-gini saja,” ucap Faisal dalam akun Instagram Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Jumat (27/3/2020).

Faisal menilai sebab pemerintah masih menahan-nahan keputusan lockdown terjadi karena pertimbangane ekonomi. Pemerintah menurutnya khawatir kalau ekonomi harus merosot dan berujung resesi bila aktivitas perekonomian harus berhenti sepenuhnya beberapa saat.

Namun, ia mengingatkan penerapan lockdown justru membuat dampak ekonomi lebih mudah diantisipasi. Ia mencontohkan lockdown bisa cukup 2 minggu sampai 1 bulan saja alih-alih mengulur waktu yang tanpa disadari membuat penyebaran virus makin sulit ditekan.

“Kita ikuti timeline virus. Kalau buat timeline sendiri, virus tidak kompromi,” ucap Faisal.

Gara-gara sikap lamban pemerintah itu, Faisal tak heran bila Corona sudah mencangkup 28 provinsi bahkan berpotensi menyentuh 34 provinsi dalam waktu dekat.

Jika dibandingkan dengan Amerika Serikat yang segera membatasi pergerakan New York sebagai episentrum, ia menyayangkan langkah pemerintah yang menunda-nunda Jakarta tak kunjung di-lockdown.

Faisal juga menyayangkan sikap lembaga di pemerintahan lainnya yang kerap memasang optimisme berlebihan padahal penanganan Corona tak mencerminkan pandangan itu. Ia mencontohkan Bank Indonesia tetap memprediksi pertumbuhan ekonomi di kisaran 4 persen.

“Walah ini itung-itungannya gimana. Memang tidak sensitif terhadap bahaya virus ini. Kalau tidak segera di-contain secepatnya, hari gini ngomong pertumbuhan 4 persen, memalukan,” ucap Faisal.

Faisal lantas mengingatkan jika pemerintah tidak segera berbenah penanganan Corona, maka sulit berharap kepercayaan pasar akan bisa pulih sepenuhnya. Meski IHSG dan rupiah belakangan mulai pulih usai kebijakan stimulus di AS dan negara lainnya, ia mengingatkan pasar bereaksi terhadap kebijakan suatu negara menangani Corona.

Bila perlu Faisal menilai pemerintah tak lagi perlu mengulur-ngulur kebijakan dengan alasan kajian. Menurutnya di tengah situasi genting ini, pemerintah bisa mengundang setidaknya 10 orang pakar dan merumuskan kebijakan saat itu juga.

Stock market yang kinerjanya paling bagus adalah Cina. 3 minggu lalu paling buruk, sekarang paling baik. Kemudian Korea juga bagus. Jadi kembali, tangani virus dulu,” ucap Faisal.

Baca juga artikel terkait WABAH VIRUS CORONA atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Abdul Aziz